Meskipun jumlah kasus baru COVID-19 di negara bagian Victoria, Australia, sudah membaik, namun pelonggaran 'lockdown' hendaknya tidak dilakukan secara terburu-buru.
Peringatan itu dikemukakan pakar kesehatan masyarakat dari Universitas Melbourne Profesor Tony Blakey, yang membantu pemerintah setempat membuat 'roadmap' atau peta jalan menuju pelonggaran 'lockdown'.
BACA JUGA: Gugatan Din Syamsuddin dan Amien Rais Cantumkan Pendapat Ulama
Berdasarkan 'roadmap' tersebut, Victoria akan beralih ke Langkah Kedua pada 28 September, selama jumlah kasus baru tetap berada pada kisaran 30 hingga 50 kasus.
Jumlah kasus baru telah menurun, bahkan pada Senin kemarin (21/09) hanya ada 11 kasus dan hari Selasa ini (22/09) kasus baru tercatat 28 kasus.
BACA JUGA: Banyak Perempuan Indonesia Jadi Tulang Punggung Saat Pandemi COVID-19
Dengan demikian selama 12 hari berturut-turut, Victoria mencatatkan kasus baru di bawah 50 kasus per hari.
Khusus untuk wilayah metropolitan Melbourne, rata-rata kasus untuk 14 hari juga turun menjadi 32,8 pada hari Senin kemarin.
BACA JUGA: Info dari Letjen Doni: Dokter & Perawat Pasien Covid-19 Diberi Akomodasi Setara Hotel Bintang Tiga
Profesor Blakely mengatakan angka kasus dalam beberapa hari ini "sangat menggembirakan".
"Sekarang kita berada di titik yang sangat baik dalam hal pelacakan," katanya kepada Radio ABC Melbourne.
Menteri Utama Victoria, Premier Daniel Andrews bersikap sangat berhati-hati terkait pelonggaran lockdown.
Menurut rencana, pada Langkah Kedua nanti, jam malam dan batasan bepergian dalam radius 5 kilometer tetap diberlakukan. Photo: Pusat perbelanjaan seperti Block Arcade di Melbourne baru diperbolehkan beroperasi kembali bila lockdown sudah dilonggarkan ke tahap 3. (ABC News: John Graham)
Penitipan anak dan pra sekolah akan dibuka kembali, begitu pula dengan kegiatan belajar tatap muka bagi murid kelas 2, peserta ujian akhir dan murid sekolah khusus di semester empat.
Langkah Ketiga dalam roadmap pelonggaran lockdown dijadwalkan pada 26 Oktober.
Langkah Ketiga akan diberlakukan bila rata-rata kasus baru dan kasus misterius dalam 14 hari tak lebih dari 5 kasus.
Bila hal itu tercapai, maka jam malam akan dicabut, pembatasan untuk meninggalkan rumah akan ditiadakan, dan maksimal 10 orang diizinkan berkumpul di luar rumah.
Menurut Prof Blakely, yang perlu diingat adalah harus ada jarak waktu sekitar tiga minggu antara langkah-langkah pelonggaran tersebut.
Meski sudah dimungkinkan untuk melonggarkan pembatasan ini lebih awal dari tanggal 28 September, namun Prof Blakey tidak menganjurkan hal itu.
Alternatif lainnya yaitu menerapkan Langkah Ketiga lebih awal.
"Jika kita longgarkan pada 28 September sesuai rencana, mungkin kita bisa majukan tahap berikutnya dari 26 Oktober ke 19 Oktober," katanya.
Prof Blakely juga mengatakan tak keberatan bila aturan radius 5 km dan jam malam ditiadakan. Photo: Professor Tony Blakely memperingatkan perlu jarak waktu tiga minggu untuk mengubah setiap tahap pelonggaran lockdown. (Twitter: Professor Tony Blakely)
Sementara pakar kesehatan masyarakat dsari Universitas Deakin Catherine Bennett menjelaskan, begitu pembatasan sosial dilonggarkan maka pelacakan kontak untuk setiap kasus harus semakin diperluas.
Ia mencontohkan sebuah klaster di pinggiran kota Melbourne yang berkembang menjadi 43 kasus setelah dilakukan pelacakan yang luas dalam tempo 48 jam. Australia tak akan terapkan kekebalan massal
Sejumlah negara seperti Swedia mengambil pendekatan berbeda menghadapi penularan virus corona dengan menerapkan strategi kekebalan massal.
"Namun mereka harus membayar mahal (dengan tingginya kematian) untuk sampai ke tahap itu," kata Prof Blakely.
Kekebalan massal juga diterapkan di beberapa wilayah New York dan India.
Namun Prof Blakely mengatakan pihaknya tak akan menganjurkan strategi ini untuk Australia karena vaksin COVID-19 sendiri semakin dekat.
"Sangat gila untuk melakukan hal itu sekarang," katanya.
Dalam perkembangan lainnya, negara bagian New South Wales mencatat sejarah hari Selasa (22/09) tanpa adanya kasus baru COVID-19 dalam penularan di masyarakat.
Dari dua kasus baru yang ditemukan hari ini, keduanya berasal dari pendatang yang kini menjalani karantina di hotel.
Tak adanya kasus baru dari penularan dalam masyarakat ini terjadi tercapai untuk pertama kalinya sejak 8 Juli.
Sementara itu negara bagian Queensland mengumumkan akan segera membuka wilayah perbatasannya dengan New South Wales pada lebih banyak titik.
Hal ini dilakukan setelah Queensland mencatatkan tak ada kasus baru sejak kemarin, dan jumlah kasus aktif kini tinggal 16 kasus.
Meski titik perbatasan kedua negara bagian akan semakin banyak yang dibuka kembali, namun warga NSW yang ingin melintas ke Queensland tetap memerlukan surat jalan.
Artikel ini diproduksi oleh Farid M. Ibrahim dari berbagai sumber.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Satgas Catat Perkantoran Masih Lemah Terapkan Protokol Covid-19