Melli

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Sabtu, 26 November 2022 – 21:42 WIB
Bendera Republik Islam Iran. Foto: arsip JPNN.com

jpnn.com - PERANG peradaban di Piala Dunia Qatar berlanjut. Kali ini Iran memenangi perang sejarah melawan Wales.

Dua negara itu memiliki tradisi peradaban yang berbeda. Iran dari Persia, sedangkan Wales dari jantung Eropa.

BACA JUGA: Iran

The Melli menggorok The Dragon dua gol tanpa balas dalam pertandingan pada Jumat (25/1).

Tim Melli -artinya tim nasional dalam bahasa Persia- melanjutkan tren kemenangan Asia atas tim-tim raksasa Eropa dan Amerika Latin. Setelah Arab Saudi menumbangkan Argentina dan Jepang menjegal Jerman, Iran menyusul dengan menumbangkan Wales.

BACA JUGA: Qatar

Iran sukses mengukir sejarah baru dengan meraih kemenangan pertama atas lawan Eropa di Piala Dunia. Pertandingan berjalan ketat dan mendebarkan.

Pertempuran yang keras dan saling serang mengalami stalemate atau jalan buntu sampai lima menit terakhir ketika satu pemain belakang Wales diusir ke luar lapangan setelah menerima kartu merah.

BACA JUGA: Samurai Biru

Pertahanan Wales langsung goyah. Iran melihat lubang kelemahan itu sekaligus mengeksploitasinya dengan dua gol Rouzbeh Cheshmi dan Ramin Rezaeian Semeskandi di injury time.

Hasil itu membuat Iran naik ke peringkat dua Grup B dengan tiga poin dari dua laga, sementara Wales terperosok menjadi juru kunci dengan satu poin.

Perang peradaban berikut tidak kalah seru ketika Iran bertemu Amerika Serikat dalam partai terakhir hidup mati. Pertandingan ini akan menjadi pertandingan sarat gengsi karena melibatkan perang peradaban yang sebenar-benarnya.

Di dalam negeri, Iran tengah menghadapi gejolak politik karena terjadi demonstrasi luas menentang aturan berhijab bagi perempuan. Gejolak di dalam negeri menjalar ke stadion di Qatar.

Bentrok antarsuporter Iran terjadi dengan muatan politik. Suporter yang mendukung pemerintah Iran menyerang suporter yang melakukan aksi protes dengan menyita bendera, kaus, dan barang-barang lain sebagai bentuk dukungan untuk gerakan menentang negara.

Sebelum pertandingan, di barisan luar stadion muncul berbagai seruan dari para pendukung maupun penentang demonstrasidi dalam negeri itu.

Kelompok pendukung demonstrasi anti-pemerintah meneriakkan "Wanita, Kehidupan, Kebebasan". Kelompok lainnya yang pro-pemerintah dan meneriakkan "Republik Islam!"

Timnas Iran menjadi sorotan karena pada pertandingan pertama melawan Inggris memboikot lagu kebangsaannya sendiri. Seluruh pemain Iran hanya diam dan tidak ikut menyanyikan lagu kebangsaan yang dimainkan sebelum pertandingan.

Iran kalah 2-6 dari Inggris.

Namun, situasi berubah pada laga Iran melawan Wales. Seluruh tim ikut menyanyikan lagu kebangsaan dengan takzim.

Mungkin semangat nasionalisme mereka tumbuh berkat lagu kebangsaan. Para pemain Iran bermain tak kenal lelah sampai detik terakhir.

Iran adalah tim terbaik di Asia dengan peringkat tertinggi. Di peringkat FIFA, Iran berada pada tangga ke-20, lebih tinggi dari Jepang di posisi ke-24, dan Arab Saudi di urutan ke 41.

Posisi Arab Saudi naik 10 peringkat setelah timnas Negeri Petrodolar itu mengalahkan Argentina. Karena posisi Iran sebagai tim terbaik Asia, maka The Melli diharapkan tampil lebih baik, meskipun berada di grup sulit bersama Amerika Serikat, Inggris, dan Wales.

Ini merupakan kali ketiga Iran lolos ke Piala Dunia secara beruntun, yakni pada edisi 2014, 2018, dan 2022.  Total, Iran sudah lolos 6 kali ke Piala Dunia sejak 1978.

Prestasi Iran di Piala Dunia memang tidak cukup bagus. Iran hanya sampai babak penyisihan saja.

Turnamen Qatar ini akan menjadi momen kebangkitan Asia. Iran bisa berharap lolos ke babak 16 besar.

Di level Asia, Timnas Iran masuk dalam jajaran tim elite. Mereka sudah meraih tiga gelar Piala Asia yang didapat pada edisi 1968, 1972, dan 1976. 

Timnas Iran bisa saja menjadi batu sandungan bagi tim mana pun di Piala Dunia. Beberapa pemainnya cukup mengenal sepak bola Eropa. Dua di antaranya ialah Sardar Azmoun dan Mehdi Taremi.

Mehdi Teremi merupakan penyerang FC Porto. Penampilannya mendapat perhatian setelah mencatatkan 20 gol dan 12 assist untuk FC Porto musim lalu.

Ia juga sudah mengemas delapan gol di Kualifikasi Piala Dunia 2022. Iran mencatat sejarah di pentas dunia atas nama Ali Daei yang memegang rekor pencetak gol terbanyak dunia selama 15 tahun.

Rekor itu baru dipatahkan oleh Cristiano Ronaldo pada tahun ini. Ali Daei mempunyai 109 gol bersama timnas Iran dan merupakan top skor sepanjang masa.

Rekor Ali Daei ini disalip oleh Cristiano Ronaldo dengan pencapaian 111 gol. Ronaldo mengungguli rekor Ali Daei setelah mencetak 2 gol bagi Timnas Portugal saat pertandingan kualifikasi piala dunia 2022 melawan Irlandia dengan skor 2-1.

Tidak ada penyerang Asia yang namanya lebih identik dengan raja gol daripada Ali Daei. Sebelum rekor dipecahkan oleh Ronaldo. tidak ada pemain yang lebih baik ketimbang Daei untuk urusan mencetak gol dengan seragam tim nasional.

Pele, Ferenc Puskas, dan Leonell Messi pun tidak seproduktif Daei. Hanya Cristiano Ronaldo yang bisa mengalahkan Ali Daei, itu pun setelah melewati waktu 15 tahun.

Rekor Iran di pentas sepak bola dunia bukan kaleng-kaleng. Dengan status sebagai penghuni peringkat tertinggi Asia, Iran sangat patut diwaspadai.

Setelah dihajar Inggris, Iran justru bangkit. Iran bisa menghajar Wales yang lebih dijagokan karena punya Gareth Bale.

Perang terakhir Iran untuk bisa menembus babak 16 besar akan ditentukan dalam pertandingan hidup mati melawan Amerika Serikat. Ini akan menjadi pertandingan yang sarat dengan gengsi politik.

Dua negara itu dikenal sebagai musuh bebuyutan dalam setengah abad terakhir. Di lapangan, pertandingan akan seru karena Amerika punya pemain-pemain hebat seperti Christian Pullisic.

Akan tetapi, Iran punya kolektivitas tim dan semangat juang yang lebih tinggi dari Amerika Serikat. Kalau bisa lebih berkonsentrasi ke lapangan dan suporternya bisa bersatu, tidak mustahil Iran akan mencatat sejarah emas dengan lolos ke babak perdelapam final.

Iran akan berperang all out melawan Amerika Serikaty (AS). Pada masa lalu Iran adalah negara satelit Amerika. Iran di era kekuasaan dinasti monarki Syah Reza Pahlavi merupakan negara boneka bagi Paman Sam.

Pada 1979, Revolusi Islam Iran yang dipimpin pemimpin Syiah Ayatullah Khomaini berhasil menjatuhkan kekuasaan Syah yang didukung penuh oleh AS. Syah terguling, kemudian melarikan diri bersama keluarganya ke Amerika Serikat.

Sejak itu, Iran menjadi musuh ideologis dan politis paling keras bagi Amerika. Sampai sekarang pun Amerika masih tetap menerapkan embargo perdagangan terhadap Iran.

Amerika berusaha keras mengisolasi Iran di pergaulan internasional. Namun, Iran tidak pernah menyerah dan tidak pernah tunduk kepada tekanan Amerika Serikat.

Semangat revolusi Iran benar-benar kokoh dan tidak pernah luntur. Pertandingan Iran vs Amerika di Piala Dunia ini akan menjadi ajang palagan mempertaruhkan gengsi politik dan peradaban.

Amerika harus waspada terhadap semangat revolusi Iran.(***)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler