jpnn.com - GINEKOLOG di Inggris menyebut jumlah perempuan yang menjalani operasi di vagina mengalami peningkatan. Diduga, salah satu sebabnya adalah karena dorongan ingin terlihat sempurna seperti vagina perempuan yang muncul dalam adegan-edegan gambar atau pun film porno.
National Health Service ( NHS ) melakukan lebih dari 2.000 operasi guna membentuk kembali labia (bibir bagian dalam vagina) atau labiaplasty pada tahun 2010.
BACA JUGA: Fakta-Fakta Penting di Balik Kecanduan Seks
Prosedur ini meningkat lima kali dalam kurun sepuluh tahun. Demikian data yang diperoleh Royal College of Obstetricians dan Gynaecologists (RCOG).
"Mungkin ini merupakan puncak gunung es, apalagi ditambah jumlah prosedur yang dilakukan di sektor swasta, di mana data tidak dikumpulkan secara rutin," kata anggota komite RCOG, Profesor Sarah Creighton, seperti dilansir laman The Raw Story, Selasa (26/11).
BACA JUGA: Peneliti Temukan Obat Jet Lag
Menurut Profesor Sarah, tidak ada penyakit di labia ( empat bibir seperti lipatan kulit yang membentuk vagina) pada para perempuan yang ingin menjalani labiaplasty. Akan tetapi banyak perempuan yang datang dengan kebingungan terkait bentuk alat kelamin yang normal. Apalagi para perempuan itu melihat alat kelaminnya tidak serapi perempuan-perempuan yang digambarkan dalam pornografi.
Melihat fenomena gadis-gadis remaja menjalani operasi yang dirasa tidak perlu, komite menyatakan keprihatinannya. Bahkan terkadang prosedur yang dijalani perempuan itu jadi mirip dengan mutilasi organ genital perempuan yang merupakan bentuk kejahatan di Inggris.
BACA JUGA: Minuman Berpemanis Dapat Merusak Otak
Hanya ada sedikit data tentang risiko jangka panjang labiaplasty, terutama efeknya terhadap sensitivitas dan fungsi seksual. Karena itu, komite mengusulkan agar operasi vagina yang ditujukan untuk keperluan kosmetik tidak dilakukan perempuan berusia di bawah 18 tahun, setidaknya sampai alat kelamin eksternalnya terbentuk sepenuhnya.
"Semakin muda seorang perempuan menjalani labiaplasty, semakin tinggi jumlah operasi selama hidupnya, serta semakin besar risiko jaringan parut dan hilangnya sensitivitas," kata juru bicara British Society for Paediatric and Adolescent Gynaecology.
Para ahli juga merekomendasikan bahwa operasi tidak boleh dilakukan NHS kecuali jika hal itu benar-benar merupakan kebutuhan medis.
"Saya berharap bahwa ketika diterapkan, rekomendasi kami akan membantu meyakinkan banyak perempuan dan anak perempuan bahwa mereka normal, sehingga mereka tidak perlu operasi," kata Suzi Leathe, ketua komite etik RCOG. (fny/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Awas, Email Apnea Bisa Menggangu Kesehatan
Redaktur : Tim Redaksi