'Chinatown' atau pecinan di Australia masih belum terlalu ramai meski sudah tak ada lagi aturan COVID-19. Anak-anak muda keturunan Tiongkok dan Asia malahan beralih ke tempat lain.
Sebagai imigran asal Tiongkok yang dibesarkan di Australia, Elizabeth Ching masih ingat jika kawasan 'Chinatown' di pusat kota Melbourne adalah tempat di mana ia bisa mengingat asal usulnya.
BACA JUGA: Mengapa Australia Akan Melakukan Referendum Terkait Warga Aborigin?
"Sekarang saya malah merasa seperti orang asing, perasaannya aneh."
Elizabeth, sekarang berusia 92 tahun, pindah ke Austalia di tahun 1930-an saat masih berusia tiga tahun.
BACA JUGA: Dua Pelaku Prank di Australia Dihukum Penjara karena Sebabkan Kebutaan
Ia mendapat julukan "the last empress of Melbourne Chinatown", keluarganya punya keterikatan dengan kawasan Pecinan selama puluhan tahun. Mereka memiliki restoran dan menggelar sejumlah festival sejak tahun 1980-an.
"Tapi sekarang saya tak tahu lagi mau bagaimana kawasan ini. Saya enggak merasa Chinatown ini sama seperti dulu," ujarnya.
BACA JUGA: Ternyata Ini Tujuan Wamendag Jerry dan DPR RI Bertemu ACCC
Pecinan yang ia maksud adalah kawasan Little Bourke Street di pusat kota Melbourne yang sudah ratusan tahun menjadi tempat untuk nongkrong, makan-makan, hingga perayaan budaya Tiongkok. Kawasan ini menjadi salah satu 'Chinatown' tertua di dunia.
"Sepertinya ini akan berakhir menjadi kawasan turis, ketimbang tempat yang serius. Saya rasa tempat ini kehilangan nyawanya yang dulu," ujarnya.
"Harusnya ada kemajuan. Ada perubahan kecil."
Banyak kawasan Pecinan di Australia yang jadi sepi pengunjung, bahkan sebelum pandemi COVID-19. Tapi sejak 'lockdown' diberlakukan, malah lahir 'Chinatown' di luar pusat kota, berkat anak-anak muda yang tidak terlalu punya keterikatan dengan kawasan Pecinan tua.
Perkembangan dari kawasan Pecinan baru ini disebut "ethnoburbs" oleh para pakar sosial yang menjadi sebuah tantangan bagi 'Chinatown' tradisional, dengan perubahan sosiokultur dan demografik membuat kawasan Pecinan yang baru bermunculan.
Mark Lane adalah walikota dari Whitehorse City, di mana kawasan Box Hill tumbuh berkembang.
Ia percaya jika popularitas Box Hill sudah melebihi 'Chinatown' yang ada di pusat kota Melbourne.
"Keragaman makanan yang kita miliki dari banyak budaya di Tiongkok benar-benar luar biasa," kata Mark.
"Box Hill adalah 'Chinatown' yang terbaik di Melbourne."
Box Hill mungkin jadi 'Chinatown' kedua di kota Melbourne, yang awalnya mendapat julukan "Xin Tang Li" (artinya Pecinan baru) untuk menargetkan anak-anak muda dan imigran baru, meski sebutan ini sempat menimbulkan kontroversi.
"Tapi tentunya persaingan yang sehat."
"Yang kita coba adalah menawarkan sesuatu yang berbeda dengan di pusat kota Melbourne, sebagai kawasan Pecinan pertama yang juga lebih menargetkan orang-orang Barat."
"Sementara di Box Hill kita menawarkan makanan yang berbeda-beda, lebih tradisional dan asli, ketimbang di pusat kota Melbourne."
Banyak warga yang tinggal di sekitar 'ethnoburb' merasa 'Chinatown' yang baru sudah memenuhi kebutuhan mereka dan fenomena seperti ini tidak hanya terjadi di Australia, tapi juga di belahan dunia lainnya.
Tapi mengingat Australia punya sejumlah kawasan Pecinan yang termasuk tertua di dunia, tentu ada perdebatan antara 'Chinatown' yang lama dan baru.'Ini bukan Disneyland'
Mark Wang, sepupu Elizabeth, tidak setuju kalau 'Chinatown' di pusat kota Melbourne disebut telah kehilangan pamornya.
"Ini adalah kawasan yang bersejarah."
"Kita adalah Chinatown tertua di dunia Barat, sejarah yang terus bertahan selama 170 tahun."
"Ini bukan sesuatu yang dibuat hanya untuk dilihat, ini bukan Disneyland."
Sama seperti Elizabeth, keluarga Mark juga punya keterikatan sejarah dengan kawasan Pecinan di pusat kota Melbourne.
Ayah Mark, David Wang, mendapat julukan 'the King of Chinatown'. Ia punya beberapa toko, selain juga mendukung keberadaan 'Chinatown' saat ini, dan menjadi pejabat untuk kawasan itu di tahun 1970-an serta mengimpor gerbang yang sekarang terlihat di Little Bourke Street.
Ia menjaga agar nilai sejarah 'Chinatown' tidak menjadi alat pemasaran, tapi sebagai bagian dari sejarah kota Melbourne yang harus dijaga.
Dalam sejarahnya, Mark mengatakan kawasan Pecinan selalu menghadapi banyak tantangan, tapi tetap bisa beradaptasi dan bertahan bahkan hingga di masa depan.
"Setiap kawasan Chinatown mengalami naik turun, tentu ada persaingan dengan Box Hill yang sekarang mendapat sebutan 'Chinatown'. Biarkan itu terjadi."
Mereka yang tidak setuju mengatakan jika saat ini pergeseran sejarah, bukan sekedar ingin memindahkan 'Chinatown' ke kawasan baru, tapi perubahan demografis, komunitas Tiongkok yang lebih beragam dan bukan hanya didominasi orang-orang dari suku Kanton.
Di Melbourne, bukan hanya di kawasan Box Hill, tapi juga area seperti Glen Waverley, Doncaster dan Springvale. Begitu juga di Sydney, 'Chinatown' yang baru kini ditemukan di kawasan Eastwood, Chatswood, Burwood dan Hurstville.
"Pokoknya kalau sudah coba makanan di Burwood, pasti kamu akan kembali!" tulis Burwood Chinatown di media sosial.
Juga bukan hanya kafe-kafe kecil, banyak kawasan 'Chinatown' yang baru mendapat ribuan pendukung dan pengikut, menjadikannya tempat yang populer saat pandemi COVID-19.
"Ini jadi tempat untuk menikmati makanan yang enak-enak, tempat berkumpul dengan keluarga dan teman-teman," kata Gina Liros, CEO dari Burwood Chinatown.
Selain menambah lebih banyak restoran dan tempat makan lainnya, area ini juga ditambah dengan fasilitas lainnya yang juga bisa dinikmati keluarga dan anak-anak.
Gina mengatakan dengan tegas jika kawasan 'Burwood Chinatown' tidak mencoba bersaing dengan kawasan Pecinan yang ada di pusat kota Sydney, yakni Haymarket, karena fokus kawasan tersebut lebih untuk turis bukan untuk melayani warga sekitar.
"Tentunya kita tidak punya sejarah yang panjang, tapi kita punya sejarah. Kita membangun sejarah sendiri."'Kita masih punya daya tarik'
Ada cerita yang mirip dengan kawasan Pecinan bersejarah di Amerika Serikat.
Seorang sosiolog dari University of California Los Angeles, Dr Min Zhou, sudah lama mengamati evolusi dari beberapa kawasan 'Chinatown' di Amerika Serikat dan melihat kemunculan 'Chinatown' baru karena kawasan Pecinan lama tak terlalu menarik bagi generasi muda.
Dr Zhou mengatakan kemiripan dengan kondisi di Australia adalah 'Chinatown' yang tradisional kebanyakan ditinggali oleh generasi yang lebih tua, budayanya tidak terlalu beragam, kebanyakan orang-orang Kanton. Artinya ada banyak tempat untuk yum cha, tapi sangat sedikit yang menawarkan makanan seperti 'Sichuan hot pot' atau bakmi Lanzhou.
"Sekarang, anak-anak muda sangat beragam, mereka tidak suka pergi ke kawasan Pecinan ... kecuali untuk perayaan seperti Tahun Baru Imlek."
Tapi, Dr Zhou mengatakan penting untuk kawasan Pecinan yang sudah lebih lama ada untuk menjaga sejarah, bukan kemudian meninggalkan atau melupakannya. Mereka tetap memiliki nilai sejarah tinggi bagi negara-negara seperti Amerika Serikat dan Australia.
Ia mengakui perlunya cara jualan yang lebih gencar agar orang-orang lebih banyak mendapatkan pengalaman-pengalaman seru yang ditawarkan terkait sejarah, budaya, makanan, seni, dan aktivitas sehingga menarik anak-anak muda juga.
Di Australia, ada usulan sekaligus harapan untuk memperbaiki 'Chinatown' dengan mengembangkan museum atau menambah pusat-pusat budaya untuk keluarga dan anak-anak.
Tapi seringkali usulan ini terbentur keterbatasan tempat, karena upaya mengurangi kemacetan di pusat kota.
Danny Doon, presiden dari lembaga bernama Melbourne Chinatown Precinct Association, adalah salah satu yang merasakan dilema ini.
"Ini adalah kawasan bersejarah … tidak ada ruang untuk pengembangan," ujarnya.
"Sementara untuk kawasan seperti Box Hill, dengan gedung-gedung yang baru, mereka bisa memiliki faktor yang membuat orang-orang terpukau dengan membuat sesuatu yang baru."
Keterbatasan yang dimiliki 'Chinatown' tradisional, yang sudah lebih dulu ada, tidak membuat nilai sejarahnya berkurang atau bisa digantikan karena ada satu hal yang membuat 'Chinatown' menjadi yang sebenarnya.
"Sebutan Chinatown sudah dikenal selama 150 tahun, sebuah nama ikonik yang mendunia merujuk pada tempat bersejarah," ujarnya.
"Kita masih punya daya tarik, orang-orang senang melihat hal-hal yang bersejarah, makanya datang ke Chinatown."
Apa pun masa depannya, menjaga kawasan Pecinan butuh tindakan proaktif, baik dari segi pembangunan dan pemasaran, serta tentu saja dari warga untuk mempromosikan sejarah yang dimilikinya, dengan menambah keberagaman makanan dan kebudayaan Tiongkok.
"Chinatown di pusat kota Melbourne selalu menjadi tempat yang memiliki hybridity," kata pakar urban dan warisan budaya urban Soon-Tzu.
"Ini terkait dengan banyak hal, seperti penemuan makanan dim sim yang terpengaruh dari makanan Kanton."
"Saya rasa adaptasi budaya seperti ini yang akan membuat Chinatown bertahan di masa depan."KreditReporter dan penulis: & Fotografer: (Melbourne) & Ilham Issak (Sydney)Tambahan foto-foto: , , Golden Age Group (Concept Images)Produksi dan penyunting:
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sapi Perah di Australia Diberi Makan Cokelat dan Permen, Bagaimana Dampaknya?