Membayangkan Hidup setelah Krisis

Asia Menjadi Penyelamat Kapitalisme

Kamis, 25 Desember 2008 – 01:56 WIB
ANGGAP saja krisis keuangan dunia ini akan selesai akhir tahun depanBagaimanakah gambaran hidup setelah itu?

Skenario pokoknya ada tiga

BACA JUGA: Kiat Bernie, Padukan Bunga dan Romantisme

Pertama, keserakahan akan kembali lagi karena segala penderitaan akibat krisis sudah dilupakan
Berarti, kapan-kapan akan terjadi krisis lagi

BACA JUGA: Rekor sang Pendosa Beralih ke Bernie



Kedua, dunia begitu takut akan terulangnya krisis seperti ini, sehingga dibuatlah berbagai aturan yang melarang terjadinya kerakusan
Ketiga, dan ini saya tidak bisa membayangkan penerapannya: tetap boleh rakus, tapi satu bentuk kerakusan yang tidak akan menimbulkan krisis.

Anggap saja kemungkinan pertama itu model ’’sengsara membawa nikmat’’

BACA JUGA: Demi Mutu Saham, Korbankan Mutu Koran

Kemungkinan kedua ’’nikmat membawa sengsara’’Kemungkinan ketiga adalah ’’ejakulasi dua kali: nikmat membawa nikmat’’Saya yakin semua orang akan memilih yang ketiga: ketika muda dimanja, jadi tua kaya raya, dan ketika mati masuk surga.

Sudah barang tentu terlalu dini membayangkan bagaimana ’’hidup setelah krisis’’ nantiBukankah krisis ini begitu hebatnya, sehingga belum tentu kita semua tetap hidup?

Dua hari lalu, seorang fund manager terkemuka sudah bunuh diri di rumahnya yang besar di kawasan elite New York, Madison AvenueDia adalah Villebuchet, yang dari namanya sudah bisa diketahui berdarah PrancisVillebuchet adalah fund manager sukses yang mengatur uang milik orang-orang kaya PrancisUang itu ditempatkan di investment fund milik Bernard ’’Bernie’’ Madoff yang ternyata model investment uang berantai (lihat harian ini edisi 19 dan 20 Desember 2008).

Dana yang dikelola Villebuchet ikut jadi bagian dari uang Rp 600 triliun yang lenyap di tangan BernieDua hari lalu, dia minta pembantu di rumahnya untuk pulang agak awalMalam itu dia bilang akan lemburBesoknya, ketika si pembantu datang, rumah tersebut terkunciDia ditemukan tewas dalam posisi duduk di kursi kerjanya yang mahalObat-obat yang mematikan terserak di mejanya.

Mungkin akan banyak yang mati seperti itu atau setengah matiKeadaan dunia Barat (dunia kapitalis) sekarang ini sebenarnya ibarat masa akhir kehidupan Pak HartoYakni, ketika presiden kedua Indonesia itu berada di RS Pusat PertaminaBeliau memang hidup, tapi sebenarnya sangat bergantung pada alat yang disebut ’’life support’’Kalau alat itu dicabut, kehidupan langsung berakhir.

Begitu juga dengan dunia kapitalis Barat sekarang iniMasih hidup, tapi sebenarnya bergantung ’’life support’’Kapan-kapan ’’life support’’ itu dicabut, langsung ambruk seketikaKalau life support-nya Pak Harto waktu itu adalah ’’mesin bantuan pernapasan’’, life support-nya dunia kapitalisme sekarang ini berbentuk slang dana yang dikucurkan dari Federal Reserve (bank sentral) masing-masingAnggap saja Pak Harto ketika itu bergantung pada mesin bantuan pernapasan, dunia kapitalisme sekarang bergantung pada mesin transfusi darah.

Bayangkan kalau slang transfusi dari federal reserve itu dicabut: dunia kapitalisme sekarang langsung ambrukLalu, entah apa yang akan terjadi setelah ituDunia Arab sekalipun akan ikut ambrukTerlalu banyak dana Arab yang terputar di pusaran kapitalisme tersebut.

Sekarang ini saya jadi kepingin ke Dubai untuk melihat seberapa parah akibat krisis di Amerika itu menimpa salah satu negeri di Uni Emirat Arab tersebutSaya hanya baca di berbagai media Barat bahwa Dubai kini juga sudah sangat terpukul.

Maka, sebelum membayangkan bagaimana hidup setelah masa krisis, sebaiknya memang berdoa agar slang life support transfusi darah itu tidak putus atau tidak dicabutDengan demikian, dunia kapitalisme punya waktu untuk memperbaiki organ-organ rusak dalam tubuhnyaMasa untuk perbaikan organ-organ itu pasti amat panjang karena yang rusak adalah jantung-paru-hati-ginjal sekaligusBahkan juga otaknya

Dalam proses penyembuhan itu, Asia dianggap sebagai sumber donor ’’darah’’ yang meski kecil-kecil tapi banyak dan tersediaDi Barat memang banyak darah, tapi tidak bisa didonorkanMasing-masing memerlukan untuk dirinya sendiri-sendiriSekarang ini, lembaga-lembaga keuangan dunia sangat aktif mencari uang-uang kecil ke AsiaTermasuk ke Indonesia

Orang seperti saya ini dikejar-kejar oleh banyak lembaga keuangan yang menawarkan berbagai fasilitas yang menggiurkanSudah tak terhitung pihak yang menawari kartu kredit dengan plafon Rp 250 juta tanpa saya harus bayar iuran sama sekali.

Terlihat benar bahwa mereka memang perlu darah segar dari AsiaDi Indonesia, jumlah orang seperti saya ini bisa mencapai 20 juta orangIni data yang mereka pegangTahun lalu, saya pribadi membayar pajak pribadi (belum termasuk pajak perusahaan) sebesar Rp 3 miliar setahunBerarti, kekuatan ekonomi dari sejumlah orang Indonesia seperti saya ini sudah sama dengan kekuatan ekonomi satu negara Australia

Masih banyak lagi bentuk daya tarik yang mereka tawarkanMereka terus mengejar agar kita harus membelanjakan atau menyimpan uang di merekaSaya kagum pada kegigihan, usaha keras, dan keahlian mereka di bidang ini.

Dengan uang-uang segar itu, tubuh kapitalisme yang lagi bergantung pada life support lama-lama bisa memiliki darah sendiriLama-lama organ-organ tubuh mereka menjadi sehat kembaliSetelah tahap itu tercapai, life support bisa dicabut pelan-pelanDunia kapitalisme bisa kembali hidup normal.

Sebaiknya, setelah kehidupan menjadi normal, barulah bicara bagaimana gambaran hidup setelah krisisSaya membayangkan tiga skenario itu, tapi masih terlalu dini untuk mengemukakan uraian detailnyaKita belum tahu berapa lama proses yang diperlukan untuk tidak bergantung pada life support itu(*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sebuah Jalan Enak Menuju Bangkrut


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler