Membayangkan Opor Ayam dan Rendang Lebaran? Ketahui juga Gejala-Gejala Stroke

Jumat, 07 Mei 2021 – 08:08 WIB
Ilustrasi opor ayam, salah satu hidangan khas Lebaran. Foto: Antara/istimewa

jpnn.com, JAKARTA - Mungkin saat ini Anda sudah membayangkan nikmatnya makan opor ayam atau rendang saat Lebaran pada pekan depan.

Dokter spesialis saraf RSUI, Dinda Diafiri menyarankan Anda tidak mengonsumsi makanan dan minuman (mamin) tinggi kalori serta gula berlebihan.

BACA JUGA: Waspada, Sering Buka Puasa dengan Gorengan Bisa Tingkatkan Risiko Terserang Stroke

Dokter Dinda mengatakan, mamin tinggi kalori serta gula berlebihan seperti opor, rendang, es cendol dan es boba bisa memincu terjadinya hipertensi dan stroke.

Di sisi lain, berkurangnya aktivitas fisik saat Lebaran, serta lupa minum obat juga dapat memicu kedua penyakit itu.

BACA JUGA: Hipertensi juga Mengancam Orang Muda, Begini Cara Menghindarinya

Oleh karena itu, Dinda, melalui siaran pers RSUI, dikutip Jumat (7/5), menyarankan Anda tak abai pada jenis asupan makanan dan minuman berlebihan, aktivitas fisik, serta minum obat secara teratur sesuai dengan petunjuk dokter.

Stroke di Indonesia masih menjadi pembunuh dan penyebab kecacatan nomor satu untuk penyakit tidak menular sejak tahun 2014 hingga saat ini.

Untuk mengenali tanda stroke, Anda bisa berpegang pada slogan Kementerian Kesehatan SeGeRa Ke RS yang merupakan akronim dari Senyum tidak simetris (mencong ke satu sisi), tersedak, sulit menelan air minum secara tiba-tiba; Gerak separuh anggota tubuh melemah tiba-tiba.

Kemudian, Bicara pelo/tiba-tiba tidak dapat bicara/ tidak mengerti kata-kata/ bicara tidak nyambung; Kebas atau baal, atau kesemutan separuh tubuh; Rabun, pandangan satu mata kabur, terjadi tiba-tiba; Sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan tidak pernah dirasakan sebelumnya, gangguan fungsi keseimbangan, seperti terasa berputar, gerakan sulit dikoordinasi (tremor/gemetar/sempoyongan).

“Jika mengalami gejala-gejala tersebut, pasien harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan, karena setiap detiknya sangatlah berharga. Stroke memiliki periode emas yaitu 4,5 jam, jika dalam periode emas itu dapat segera ditangani, risiko kematian dan kecacatan stroke dapat diturunkan. Jangan menunda ke rumah sakit dengan harapan gejala akan mengalami perbaikan dengan sendirinya," kata Dinda.

Dia menuturkan, orang dengan stroke harus segera dibawa ke rumah sakit demi bisa menyelamatkan bagian otak yang belum mengalami kematian sehingga dapat mencegah kematian jaringan yang terlalu luas.

Terkait penanganan lain stroke seperti tusuk jarum pada telinga, jari tangan, atau jari kaki saat mengalami gejala stroke, Dinda menegaskan hal ini tidaklah benar.

“Stroke terjadi karena adanya sumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak, bukan pada pembuluh darah tepi anggota tubuh lainnya. Melakukan tusuk jarum pada anggota tubuh berisiko infeksi bila jarum tidak steril. Seseorang memiliki gejala stroke harus segera dibawa ke rumah sakit," demikian tutur Dinda. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler