Menaker Ida Fauziyah Bahas Isu Disabilitas Hingga Kompetensi di Pertemuan Pertama EWG

Selasa, 08 Maret 2022 – 22:16 WIB
Menaker Ida Fauziyah berbicara di hadapan delegasi anggota G20 dalam pertemuan pertama EWG yang berlangsung secara virtual dan dimulai pada Selasa (8/3). Foto: Dokumentasi Kemnaker

jpnn.com, JAKARTA - Pertemuan pertama Presidensi G20 Indonesia kelompok kerja bidang ketenagakerjaan atau "The First Indonesia Presidency G20 Employment Working Group (EWG) Meeting" digelar mulai hari ini (8/3) hingga 10 Maret di Jakarta.

Pertemuan yang diselenggarakan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) secara virtual tersebut membahas isu perlindungan tenaga kerja disabilitas dan strategi penyediaan tenaga kerja kompeten.

BACA JUGA: Sekjen Kemnaker Ingin Side Event C20 jadi Ajang Berbagi Pengalaman Mengatasi Pandemi

Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah dalam forum tersebut mengungkapkan penyandang disabilitas adalah kelompok paling rentan ketika kehilangan pekerjaan di masa pandemi Covid-19.

Sebab, beban yang mereka rasakan akan terasa dua kali lipat lebih berat dibanding pekerja normal pada umumnya.

BACA JUGA: Menaker Ida Fauziyah Ingin Hasil Pembahasan EWG G20 Bermanfaat untuk Indonesia dan Dunia

"Bagi penyandang disabilitas kehilangan pekerjaan bisa sangat memukul perekonomian," kata Menaker Ida Fauziyah di hadapan delegasi anggota G20.

Menurutnya, situasi ini akan menimbulkan beban yang tidak proporsional mengingat mereka perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk menunjang keterbatasan fisiknya.

BACA JUGA: Menaker Ida Fauziyah Ajak IPPNU Ikut Memajukan Kualitas SDM di Era Digital

"Mereka membutuhkan perawatan khusus, seperti peralatan atau jasa tertentu guna mendukung aktivitas sehari-hari," ungkapnya.

Menaker Ida mengatakan penciptaan lapangan pekerjaan yang layak dan inklusif menjadi salah satu solusi terbaik untuk melindungi penyandang disabilitas.

Lapangan pekerjaan yang layak dan inklusif akan menjamin akses mereka untuk masuk ke dunia kerja.

"Saya berharap forum yang luar biasa ini dapat menemukan formula terbaik dalam rangka penciptaan lapangan pekerjaan yang layak dan inklusif sebagai bagian dari upaya untuk membantu kelompok rentan menghadapi tantangan di dunia kerja," ujar Menaker Ida.

Pada kesempatan yang sama, Menaker Ida juga menyoroti tren pertumbuhan dunia kerja global yang cepat, berkelanjutan, dan inklusif.

Untuk mengantisipasi hal tersebut Indonesia telah memiliki strategi penciptaan tenaga kerja kompeten yang sanggup beradaptasi dengan perubahan dunia kerja akibat disrupsi teknologi.

"Kami menyadari penciptaan lapangan kerja yang berkualitas harus dibarengi dengan penyediaan tenaga kerja kompeten," kata mantan anggota DPR RI itu.

Karena itu, kata Menaker Ida, pelatihan keterampilan (skilling), pelatihan keterampilan baru (reskilling), dan peningkatan keterampilan (upskilling) yang berkelanjutan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan perkembangan dunia kerja.

"Langkah ini penting untuk meyakinkan para pekerja bahwa kompetensi dan keterampilan mereka relevan dengan dunia kerja yang cepat berubah," tegasnya.

Menaker Ida menyadari dalam menyiapkan tenaga kerja yang kompeten dibutuhkan kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan.

Saat ini, Kemnaker terus mendorong swasta, baik perusahaan atau masyarakat umum untuk berkontribusi menciptakan tenaga kerja kompeten melalui pendirian lembaga pelatihan kerja.

Dia menegaskan pelatihan kerja bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan perusahaan, tetapi juga tanggung jawab bersama.

"Negara dan swasta memiliki pendekatan yang berbeda dalam menjalankan sistem pelatihan, baik berdasarkan konteks nasional atau lokal, pendekatan link and match, atau pendekatan berbasis komunitas," tutur Menaker Ida.

Menaker Ida menambahkan pertemuan ini jadi momen yang tepat untuk berbagi pengalaman di antara negara anggota G20 dalam hal penciptaan tenaga kerja kompeten melalui pelatihan kerja.

Dia menyakini diskusi ini dapat mengarah pada opsi atau rekomendasi kebijakan yang akan lebih mendorong kolaborasi antaranggota G20.

"Saya percaya bahwa kunci sukses dalam menghadapi tantangan ketenagakerjaan yang semakin kompleks di masa depan adalah kolaborasi yang setara dan produktif antara pemerintah, industri, serikat pekerja, organisasi masyarakat, akademisi, dan mitra pembangunan internasional. Kita semua harus saling mendukung dan bekerja sama," kata Menaker Ida.

Indonesia ditunjuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan G20 2022.

Pertemuan EWG pertama ini merupakan rangkaian dari lima pertemuan yang akan dilaksanakan pada 2022.

EWG kedua akan digelar di Yogyakarta pada Mei 2022, EWG ketiga di Jenewa pada Juni 2022, EWG keempat di Bali pada September 2022, dan akan ditutup dengan pertemuan Labour and Employment Ministers Meeting (LEMM) di Bali pada September 2022. (mrk/jpnn)


Redaktur & Reporter : Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler