Menaker Jelaskan Tiga Tantangan Bangsa

Buka Puasa Bersama Masyarakat Bekasi, Menaker Jelaskan 3 Tantangan Indonesia

Kamis, 31 Mei 2018 – 17:19 WIB
Menaker Hanif Dhakiri saat berbuka puasa bersama warga Bekasi. Foto: Istimewa

jpnn.com, BEKASI - Tiga tantangan bangsa Indonesia setiap periode yang dihadapi adalah masalah kemiskinan, pengangguran, ketimpangan sosial.

Namun, Pemerintahan Joko Widodo - Jusuf Kalla, telah berhasil mengurangi ketiga tantangan tersebut selama tiga tahun terakhir. Bahkan perkembangannya lebih maju.

BACA JUGA: Indonesia Ajak Anggota ILO Meningkatkan Dialog Sosial

"Angka kemiskinan terus menurun, ketimpangan sosial menurun. Angka pengangguran juga menurun. Posisinya sekarang 5,13 persen. Ini angka pengangguran terendah sejak Indonesia masuk reformasi," kata Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dhakiri saat memberikan sambutan dalam acara berbuka puasa di Kranji, kota Bekasi, Jawa Barat, Rabu (30/5).

Acara berbuka puasa dihadiri oleh tokoh masyarakat Kranji diantaranya KH Drs Fuadi Ahmad, KH Nutami, KH Jubah Ireeng, KH Mirhan Syamsuri, Lurah Kranji Ali Kristanto, Kyai Adam Malik, Kyai Ali Munir, Kyai Hamdani  serta tuan rumah Lilis Nurul Husna.

BACA JUGA: Ini Kunci Memenangkan Persaingan di Era Digital

Menteri Hanif menjelaskan, pemerintah terus berupaya mengatasi ketimpangan sosial dan kemiskinan masih menjadi problem di Indonesia yang salah satu disebabkan masalah kualitas SDM.

Angkatan kerja Indonesia sebesar 128 juta, namun sebanyak 60 persen lulusan SD/SMP.  Tenaga profesional juga masih sekitar 5 persen. Dengan kondisi itu, bagaimana Indonesia berkompetisi dengan negara-negara lain?

BACA JUGA: Menaker Siapkan Sanksi Bagi Perusahaan yang Tak Membayar THR

“Malaysia saja (profesional) sudah 20 persen" lanjut Menteri Hanif.

Ditegaskan Menaker Hanif, Pemerintah terus menggenjot untuk meningkatkan kualitas SDM agar mampu berdaya saing di pasar kerja. Salah satunya yakni melalui pendidikan dan pelatihan vokasi.

Akses pendidikan vokasi terus ditingkatkan. Misalnya di Kemnaker ada BLK atau BBPLK Bekasi.  Dulu kalau mau masuk BLK, syaratnya harus lulusan SMA atau sederajat. Tapi sekarang dibebaskan tanpa persyaratan.

"Meski usia 50 tahun dan sedang tidak bekerja bisa ikut BLK. Tak peduli usia berapa, pendidikan apa, siapa yang butuh skill, butuh ketrampilan, butuh kompetensi bisa datang ke BLK Pemerintah," katanya.

Menaker Hanif mengatakan, pelatihan gratis yang disediakan BLK pemerintah tersebut akan memberikan berbagai kejuruan. Mulai dari kejuruan otomotif, listrik,  AC, jahit menjahit, fesyen, animasi.

"Akses lebih dibuka untuk memastikan angkatan kerja lulusan SD/SMP 60 persen  tadi mendapatkan skill dan ketrampilan yang lebih baik," katanya.

Selain akses dan mutu pelatihan vokasi atau kerja yang disediakan pemerintah, pihaknya juga menyiapkan dua kebijakan sosial yakni pendanaan pelatihan.

Intinya agar pelatihan kerja agar ada pendanaannya lebih besar dari pemerintah atau skill development fund (SDF). Kedua, bantalan sosial untuk korban PHK atau unemployment benefit (UB).

"Dua kebijakan sosial itu penting karena pekerjaan di masa depan juga berubah. Salah satunya karena didorong perkembangan teknologi informasi yang juga cepat," ujar Menteri Hanif. (jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menaker Dengarkan Curhat Komunitas Anak Muda Depok


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Menaker   Kemnaker  

Terpopuler