Menangis, Pak Guru Cerita Detik-detik Dirampok KKSB

Minggu, 22 April 2018 – 00:14 WIB
Rano Samsul Bahri, salah satu guru yang menjadi korban penganiayaan KKSB di Aroanop. Foto: KRISTOFORUS DUTEREM/Radar Timika/JPNN.com

jpnn.com - Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) berulah lagi di Kampung Aroanop, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua, Jumat (13/4) Lalu. Gerombolan KKSB itu melakukan tindakan keji terhadap para guru yang mengabdikan diri untuk mendidik anak-anak daerah pegunungan itu.

Salah satu korban, Rano mengaku peristiwa ini tidak menyurutkan niatnya untuk mendidik anak-anak di Aroanop.

BACA JUGA: Aniaya dan Perkosa Guru, Tindakan KKSB Dikecam DPR

KRISTOFORUS DUTEREM, Timika

RANO Samsul Bahri, adalah satu dari dua guru PNS yang ada di SD Aroanop, Distrik Tembagapura. Sejak 2016 lalu, ia baru bertugas di SD Aroanop. Kala itu, ia pertama kali menginjakkan tanah di Aroanop didampingi pimpinannya, sang Kepala Sekolah SD Aroanop, Philipus Lefteuw.

BACA JUGA: Tiga Anggota KKSB Aniaya dan Perkosa Guru

Awalnya ia tidak yakin bisa bertahan lama di kampung tersebut. Maklum, kampung yang berlokasi jauh dari pusat kota itu tidak terjangkau signal telekomunikasi dan terbatasnya segala akses yang biasa didapatkannya dengan mudah kala di kota.

Namun, setelah menjalani tugas selama beberapa bulan, dia justru cinta dengan nuansa di kampung tersebut. Bahkan, ia merasa sudah menyatu dengan masyarakat setempat.

BACA JUGA: Hanafi Rais Tanggapi Ryamizard soal Tantangan Perang OPM

Dengan rasa cinta akan profesi yang digelutinya dan rasa nyamannya bersama masyarakat setempat, masa tugas dijalaninya dengan tenang dan tanpa beban. Setidaknya perasaan itulah yang dirasakannya selama bertugas menjadi guru di pedalaman Mimika.

Namun ketenangan dan kenyamanan berubah pada Jumat (13/4) lalu, saat gerombolan KKSB masuk di kampung itu dan melakukan aksi kekerasan pada Rano dan rekan-rekannya.

"Secara mendadak, kami juga tidak tahu kalau mereka (KKSB) mau datang. Kejadian tepat pada hari Jumat, jam tiga sore. Kejadian tersebut berlangsung sangat cepat, sangat kilat sekali kedatangan mereka, datang dan pergi sangat cepat," tuturnya kepada wartawan di Hanggar Bandara Mozes Kilangin Timika, Kamis (19/4) lalu.

Rano mengisahkan seperti apa perlakuan gerombolan KKSB kepada mereka. "Mereka menyandera kita sekitar 45 menit. Dengan kedatangan mereka, tidak tahu apa tujuan mereka. Kami ditodong, seperti yang bapak-bapak sudah dengar. Kami ditodong pakai senjata api, terus yang laki-laki dipisahkan dari perempuan, yang laki-laki ditodong, senjatanya di kepala. Yang perempuan dipukul, ditendang," jelas Rano sambil mengeluarkan air mata, seolah tidak mampu melanjutkan cerita pilunya.

Selain mendapat perlakuan kekerasan dari KKSB, sejumlah barang berharga milik mereka juga dibawa pergi gerombolan KKSB. "Berselang 45 menit, mereka kabur membawa hasil rampokan mereka berupa 10 buah HP, empat buah laptop dan sebagian bama (bahan makanan, red). Bahkan kita punya pakaian juga diambil semua," ucapnya.

Rano menyebut, jumlah KKSB yang mendatangi mereka kemudian melakukan kekerasan dan perampokan, berkisar 20-an orang. Namun semuanya membawa senjata api dan beberapa ada juga yang membawa senjata tajam.

"Sekitar 20 orang lebih, semuanya menggunakan senjata api. Ada yang menggunakan senjata api, terus ditambah parang juga, sangkur, pisau. Jadi kita tidak berdaya. Tidak bisa berbuat apa-apa ,hampir semuanya pegang senjata api," jelasnya.

Setelah gerombolan KKSB itu pergi ke dalam hutan, warga setempat kemudian menolongnya, sampai akhirnya datang pasukan yang mengevakuasi pada Kamis (20/4) pagi.

Saat proses evakuasi, Rano mengaku di satu sisi ia merasa tenang telah terselamatkan dan pergi dari lokasi itu. Namun di sisi lain yang tidak kalah membuatnya sedih adalah ketika membayangkan anak didik mereka yang harus ditinggalkan dan tidak tahu kapan akan kembali belajar lagi.

“Jujur kami (para guru yang dievakuasi, red) kembali ke kota sini, kamia sebenarnya juga sangat sedih, karena anak-anak yang kita tinggalkan di sana tidak dapat bersekolah lagi,” kata Rano sambil kembali menangis.

“Saya sangat sedih tinggal beberapa minggu kita bertahan untuk mereka untuk melaksanakan ujian, namun kejadiannya sudah seperti ini. Kita bertahan, kita pikir dua minggu kedepan selesai ujian kita mau turun," ujar menghentikan ceritanya karena tidak mampu lagi menahan jatuhnya air mata.

Rano berharap, aparat gabungan TNI dan Polri bisa segera memulihkan situasi keamanan di Aroanop dan wilayah pegunungan Mimika, agar kehidupan masyarakat bisa kembali normal tanpa ada kekhawatirkan adanya gerombolan KKSB.

Bahkan, Rano tetap bertekad ingin kembali melanjutkan pengabdiannya sebagai guru untuk mendidik anak-anak di Aroanop, jika situasi keamanan sudah kembali kondusif tentunya.

" Mereka adalah anak–anak yang baik dan rajin, bahkan semangat mereka kesekolah itu sangat tinggi,” tutupnya. (*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jika Ada Perintah, Siap Perang Melawan OPM


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler