jpnn.com, ASAHAN - Terbongkarnya kasus pembunuhan Rudi Selamat, 45, oleh selingkuhan istrinya bernama Mahyaruddin S, menguak sebuah fakta baru.
Sang istri korban, Susilawati (Susi), 38, mengaku benih-benih cinta sudah tumbuh jauh hari terhadap Mahyaruddin.
BACA JUGA: Ayah Dibunuh Selingkuhan Ibu, Anak Korban Menangis Histeris
Dia menyebutkan beberapa bulan yang lalu, suaminya (Rudi) memberikan surat kuasa materai yang berisi kalau dia boleh menikah dengan lelaki manapun, karena saat itu mereka sudah tak ada kecocokan.
“Ada pak surat pernyataannya dan ditandatangani kepala desa. Almarhum ini (Rudi) dulunya memang sudah sering menyiksa aku pak. Seperti uang belanja tak dikasih, sering marah dan memukuli saya,” ujar Susi yang mengaku untuk kebutuhan sehari dia harus mencari uang tambahan dengan bekerja di salah satu mini market di Kisaran.
BACA JUGA: Alasan Susilawati Tega Habisi Nyawa Suami Demi Selingkuhan
Baca: Ayah Dibunuh Selingkuhan Ibu, Anak Korban Menangis Histeris
Susi tak tahan. Profesi korban yang hanya anggota Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) membuat dapur rumah mereka kadang tak berasap. Sambil tersedu-sedu, Ibu lima anak ini mengisahkan kalau korban jarang menafkahi keluarga.
BACA JUGA: Pensiunan TNI Tewas Dihantam Cucu Sendiri dengan Palu
“Aku terpaksa kerja sama orang di warung bakso. Karena almarhum jarang kasih uang. Kalau aku tanya soal uang belanja, aku sering dipukuli,” ujar Susi menceritakan kisah pilu keluarganya itu.
Dengan bekerja di warung bakso, Susi mendapat upah sekitar Rp40 ribu per hari. Disanalah ia sering bertemu dengan pelaku Mahyaruddin yang merupakan pelanggan di warung bakso tempat dia bekerja.
Singkat cerita benih cinta tumbuh. Mayharuddin yang berstatus duda kala itu menaruh hati pada Susi.
Mereka menikah siri. Susi berhasil meyakinkan Mahyaruddin bahwa ia bebas dipersunting pria manapun berbekal surat bermaterai yang ditandatangani korban. Saat peristiwa itu terjadi, Susi tengah hamil dua bulan. Dia mengandung anak Mahyaruddin.
Rupanya cinta Mahyaruddin dan Susi malah semakin membuat korban murka dan sakit hati. Hingga petaka pagi lewat duel maut itu merenggut nyawanya di rumah pelaku di Kampung Aek Polan, Kecamatan Buntu Pane, Kabupaten Asahan. Korban tewas setelah menerima beberapa tikaman di perut, ulu hati dan kepala dari pelaku.
Beruntung, pelarian Mahyaruddin bersama Susilawati terhenti di Rokan Hulu, Riau.
Baca: Cinta Segitiga Berujung Maut di Asahan Akhirnya Terungkap
Kapolres Asahan AKBP Faisal F Napitupulu menjelaskan pelarian kedua tersangka sudah sempat jauh. “Anggota kami di lapangan bertaruh nyawa untuk dapatin mereka di Rokan Hulu sana. Sampai naik sampan segala,” kata Kapolres Asahan AKBP Faisal F Napitupulu.
Kapolres mengatakan, mereka hanya butuh waktu empat hari untuk menangkap pelaku. “Mereka ditangkap Jumat (7/12) di Rokan Hulu, Riau. Begitu ditangkap, pelaku mengaku terpaksa melakukan pembunuhan karena kalah berkelahi. Katanya dia pergi ke belakang mengambil pisau dan menikam korban,” kata mantan Kapolres Nias Selatan itu.
Hal itu dibenarkan Mahyaruddin kepada wartawan saat berada di sel tahanan Mapolres Asahan usai dirinya dibekuk oleh Unit Jatanras Satreskrim Polres Asahan.
Menurut Mahyaruddin, begitu korban tahu kalau dia tinggal serumah dengan Susi, rupanya membuat Rudi menggila. Emosinya di atas puncak. Rudi cemburu. Pintu rumah yang dikunci dari dalam didobrak paksa. Suasana semakin gaduh ketika pintu dibuka.
Sejurus kemudian korban menghajar Mahyaruddin tanpa ampun di depan Susi dan dua anak mereka.
Duel bebas di dalam rumah tak terelakkan. Mereka baku hantam. Mahyaruddin semakin beringas menghajar pria yang dituduhnya sebagai selingkuhan istrinya itu tanpa ampun.
“Saya sudah minta tolong dan terus dihajar almarhum sampai kepala bocor. Karena saya pikir tak imbang, saya mau lari ke luar melarikan diri dari dapur belakang. Rupanya semua pintu sudah dikuncinya dari luar,” terang Mahyaruddin.
Karena terdesak dan kalah, pelaku merasa terancam. Dia melihat sebilah pisau di dapur belakang rumah, lantas menggunakan senjata tajam itu untuk melanjutkan pertarungan.
“Saya tak punya niat membunuh, pak. Pisau itu memang saya ambil karena saya sudah terancam dan kalah berantam sama almarhum,” ujar Mahyaruddin membela diri.
Sama-sama tersulut emosi, pelaku menikam tubuh korban tanpa ampun. Susi sempat ingin memisahkan keduanya. Namun perempuan itu tak sanggup. Seketika, korban tewas bersimbah darah di tangan Mahyaruddin.
Suasana kacau. Bahkan menurut kesaksian Novi, salah satu anak korban, ia sempat dikejar pelaku setelah membantai ayahnya dengan pisau. Setelah itu, Mahyaruddin dan Susi kompak melarikan diri dengan menggunakan sepedamotor milik korban.(per/des/ma)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Soal Serka KC Bunuh Tiga Warga, Kapolda Sumsel Bilang Begini
Redaktur & Reporter : Budi