jpnn.com, BALIKPAPAN - Setelah menanti puluhan tahun, warga Kampung Salok Lai, Kelurahan Lamaru, Balikpapan Timur, Kaltim, akhirnya dapat menikmati aliran listrik dari PLN. Listrik telah menerangi perkampungan tersebut mulai Kamis (20/9) pukul 14.00 Wita.
Ketua RT 09 Kampung Salok Lai Elsan Prabowo menuturkan, PLN memasang 164 tiang listrik berkekuatan 20 kV. Di mana, tiang listrik ini tersebar melintasi RT 08, 09, 07, dan 20. Kini listrik dapat menerangi sekitar 40 rumah. Proses pemasangan tiang hingga rampung kurang lebih memakan waktu sekitar delapan bulan.
BACA JUGA: PLN Agresif Garap Kawasan Industri
“Petugas PLN sudah memulai pengerjaan sejak akhir Januari. Terkendalanya karena stok kabel sempat kosong. Kemudian pohon karet yang cepat sekali tumbuh setelah penebangan,” katanya. Selain petugas PLN yang bekerja, warga juga ikut bergotong royong menebang pohon karet.
Masalahnya, pohon karet yang terkena jalur kabel ini harus dipangkas melalui kerja bakti. Warga perlu menebang pohon karet sepanjang 6 kilometer yang terbagi sebanyak dua baris. Kerja bakti ini harus dilakukan berkali-kali hingga tak ada lagi pohon yang mengganggu jalur kabel.
BACA JUGA: PLN Disjatim Berpeluang Tingkatkan Penjualan Listrik
Elsan bercerita, cuaca juga sempat menjadi kendala utama dalam tahap awal pemasangan tiang. Selama Februari hingga Maret, Balikpapan lebih sering dilanda hujan dan proses pengerjaan baru maksimal pada April.
“Kalau cuacanya hujan, otomatis jalanan jadi bubur. Warga dan petugas PLN sudah tidak bisa apa-apa. Hanya berharap panas segera datang,” imbuhnya. Rusaknya akses jalanan menuju Salok Lai menjadi kendala utama pemasangan tiang. Cara termudah kendaraan melalui Jalan Mulawarman, tepatnya dekat SMA 7 dan Polsek Lamaru.
BACA JUGA: Apes! Feriansyah Jual Motor Curian kepada Polisi
“Sementara kalau lewat jalan atas dari arah Waduk Teritip, kemungkinan kendaraan berat tidak dapat melalui jembatan yang tak seberapa kuat,” ujarnya.
Bukan perjalanan mudah untuk menerangi Salok Lai. Warga harus bekerja keras hingga mendapat perhatian. Titik cerah mulai terlihat tahun lalu, saat PLN mengatakan akan melakukan pembangunan listrik. Sebelumnya, listrik tidak pernah masuk selama 23 tahun terakhir kampung ini dibuka.
Kebanyakan warga menggunakan genset untuk memenuhi kebutuhan energi. Namun, tentu saja genset juga digunakan terbatas. Rata-rata hanya bertahan hingga pukul 22.00 Wita. “Pengajuan listrik ke PLN pernah dilakukan 2012. Saat itu penduduk mulai ramai dan jalan sudah terbuka,” ucapnya.
Selama ini, Elsan dan keluarga memanfaatkan listrik dari tenaga surya atas inisiatif pribadi. Dia membeli alat solar cell yang sudah dia gunakan sekitar tiga tahun belakangan. Meski begitu, listrik ini hanya mampu digunakan untuk lampu dan nonton televisi. Sebelum solar cell, Elsan hanya menggunakan lampu templok dengan bahan bakar minyak tanah.
Semenjak minyak tanah mahal, mereka mencari alternatif lain. Sisanya warga kebanyakan menggunakan mesin genset dan dompeng (diesel). Setiap rumah membayar patungan sekitar Rp 150 ribu per bulan. “Listrik bisa digunakan dari magrib sampai pukul 22.00 Wita. Itu pun tidak bisa nyetrika karena anjlok aliran terbagi-bagi,” ujarnya. (gel/riz/k15)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pertamina Salurkan Solar untuk Genset dan PLN di Sulteng
Redaktur & Reporter : Soetomo