Menarik! Analisis Pakar Psikologi Forensik soal Komplotan Pembunuh di Kelapa Gading

Rabu, 26 Agustus 2020 – 06:21 WIB
Reza Indragiri Amriel. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel tergelitik untuk menyampaikan analisis terkait kasus pembunuhan berencana terhadap seorang pengusaha bernama Sugianto (51), di depan Ruko Royal Gading Square, Jakarta Utara, 13 Agustus lalu.

Dari pengungkapan oleh jajaran Polda Metro Jaya, diketahui pelakunya melibatkan 12 orang yang telah dijadikan tersangka penembakan Sugianto.

BACA JUGA: Kapolda Metro Beber Peran 12 Pelaku Penembakan Pengusaha Pelayaran di Kelapa Gading

"Bagaimana sekian banyak orang bisa melibatkan diri dengan sengaja dalam misi pembunuhan berencana di Kelapa Gading?" ujar Reza, Selasa (25/8) malam.

Baginya, masuk akal jika dugaan awal motif pembunuhan itu adalah finansial.

BACA JUGA: Polisi Tangkap Penembak Pengusaha Pelayaran di Kelapa Gading, Ini Identitasnya

Pasalnya, Nur Luthfiah alias NL (34) sebagai otak pembunuhan, menyediakan duit yang yang tidak sedikit.

Hanya saja, master psikologi forensik pertama Indonesia ini menduga masalah finansial bukan pendorong utama pembunuhan tersebut.

BACA JUGA: Analisis Reza Indragiri tentang Aksi Tak Senonoh 3 Remaja Putri

Terlebih dia mendapat informasi dari sumber valid mengenai ungkapan dari salah seorang pelaku yang belum beredar secara umum.

Bunyinya kurang lebih begini; Bagaimana kalau ini perintah Kakang, karena sebagaimana yang diyakini bahwa Kakang adalah orang yang menjadi pelanjut perjuangan Eyang, dan menurut Reza, pelaku memiliki hubungan kekerabatan.

"Adanya kekerabatan tertentu antarpelaku, yang diwarnai groupthink, sepertinya lebih relevan untuk menyoroti kasus tersebut," ucap Reza.

Pria yang menamatkan pendidikan sarjana di Fakultas Psikologi UGM ini mengatakan, groupthink berawal dari desakan waktu yang memaksa sekumpulan orang harus membuat keputusan secepat-cepatnya, dengan pertimbangan yang terlalu sederhana, demi mempertahankan identitas mereka sebagai sebuah kelompok.

Dalam kasus pembunuhan di Kelapa Gading, katanya, sekian banyak orang akhirnya terperangkap dalam groupthink demi mempertahankan ikatan kelompok mereka.

"Jadi, membunuh orang hanya cara untuk mencapai misi. Misi terdepannya bukan memperoleh uang, melainkan memastikan kelompok tetap eksis," sambung pria asal Indragiri Hulu, Riau itu.

Reza lantas menyitir ungkapan Victor Frankl, neurolog dan psikiater Austria; orang-orang tersebut menenggelamkan diri mereka masing-masing ke dalam diri kelompok.

"Inilah konformitas ekstrem. Konformitas ekstrem yang memperteguh identitas kelompok mereka. Kelompok yang, getirnya, berupa komplotan pelaku pembunuhan berencana," jelas Reza.

Dia juga menaruh perhatian pada sosok NL, perempuan yang mengaku sakit hati terhadap korban Sugianto.

"Yang cerdas justru NL. Dia, dengan atraksi kerasukannya, menciptakan tekanan yang memantik groupthink. Klaim bahwa dia sakit hati terhadap korban boleh jadi mirip dengan extreme emotional disturbance (EED)," ungkap Reza.

Peraih gelar MCrim (Forpsych, master psikologi forensik) dari Universitas of Melbourne itu menjelaskan, EED punya tiga parameter. Pertama, didahului provokasi.

Kedua, jarak antara peristiwa yang memunculkan sakit hati dan aksi kekerasan (pembunuhan) sangat dekat.

Ketiga, EED memunculkan karena reaksi spontan, maka modus kejahatannya yang sederhana.

"Pada NL, maksimal tampaknya hanya terpenuhi parameter pertama. Jadi, benarkah sakit hati benar-benar penyebab NL ingin menghabisi korban?" tandas Reza.

Sebelumnya, Polda Metro Jaya menjerat 12 orang tersangka dalam kasus ini, yakni Nur Luthfiah (34), Ruhiman (42), Dikky Mahfud (50), Syahrul (58), Rosidi (52), Mohammad Rivai (25).

Kemudian, Dedi Wahyudi (45), Ir Arbain Junaedi (56), Sodikin (20), Raden Sarmada (45), Suprayitno (57), dan Totok Hariyanto (64).

Mereka dijerat pasal berlapis dengan ancaman hukuman 20 penjara bahkan pidana mati. (fat/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler