Mencekam! Santri Dianiaya, FPI Ancam Sweeping Geng Motor

Senin, 29 Agustus 2016 – 23:51 WIB
Ilustrasi. Foto: dok jpnn

jpnn.com - CIANJUR - Suasana di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, belakangan ini mencekam. Pemukulan terhadap 12 santri yang diduga dilakukan anggota geng motor pada Jumat pekan lalu menjadi penyebabnya.

Peristiwa itu menyulut kemarahan dari kalangan pondok pesantren se-Cianjur. Ormas Front Pembela Islam pun ikut menyatakan siap perang melawan geng motor.

BACA JUGA: Ribuan Hektar Hutan Terbakar, Bupati ini tak Juga Tetapkan Status Siaga Darurat

"Kami (FPI) dan Forum Ponpes Cianjur, sepakat dan meminta pada kepolisian dalam kurun waktu 2x24 jam untuk segera mengusut tuntas dan menangkap pelakunya,” kata Sekretaris FPI Cianjur M Shidiq Permana saat ditanya perihal perkembangan kasus pemukulan terhadap santri di Cianjur, Senin (29/8).

Dia berharap aparat bisa dengan cepat mengungkap kasus ini. Dengan begitu, FPI dan para santri tidak perlu melakukan sweeping anggota geng motor. 

BACA JUGA: Ribuan Hektar Hutan Terbakar di Sumut, 2 Warga Diduga Jadi Biang Kerok

FPI, lanjut Shidiq, juga mengimbau bupati, kapolres, serta komandan Kodim Cianjur untuk segera memberlakukan jam malam untuk membatasi pergerakan geng motor. Pihaknya pun menuntut diberlakukannya larangan peredaran minuman keras yang tegas dan menyeluruh di Cianjur.

"Sebab perilaku dan perbuatan yang berujung kriminal, kebanyakan dampak dan efek dari Miras. Maka dari itu, pemerintah wajib untuk mengembalikan Cianjur sebagai kota santri seutuhnya," tutup Shidiq.

BACA JUGA: Baru Kenal 4 Bulan, Siswi SMP Sudah 10 Kali Begituan Dengan Pacar

Senada diungkapkan, pimpinan Ponpes Al-Alawiyyin KH Dagus Abdurohman. Dia yang meminta kepada jajaran pemerintah dan kepolisian di Kabupaten Cianjur untuk menjaga stabilitas keamanan bagi warganya. "Jadi tidak ada alasan bagi pemerintah untuk membiarkan masalah ini, kasus seperti ini bukan lagi masalah regional, tapi sudah menjadi isu nasional. Penangannya harus seluruh komponen pemerintah dan keamanan yang turun tangan,” ujar Dagus.

Ia menambahkan, jangan sampai masyarakat menjadi arogan dengan masalah seperti ini. Jadi ia memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada pemerintah dan aparat kepolisian untuk menanggulangi hal tersebut, baik pencegahannya maupun penindakannya. "Dalam hal ini kami masih punya rasa percaya kepada pemerintah dan aparat untuk menangani hal-hal seperti ini. Tidak harus turun dari masyarakat, karena sudah kewajiban Negara dan seluruh komponen-komponennya untuk menindaklanjuti masalah ini," harapnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, 12 santri Ponpes Al-Alawiyyin menjadi korban penganiayaan oleh sekelompok orang tak dikenal pada Jumat dini hari. Mereka menjadi bulan-bulanan dua orang pelaku yang tak diketahui identitasnya itu. 

Salah seorang korban, Jaka menuturkan, mereka yang saat itu beriringan menggunakan enam sepeda motor dicegat oleh dua orang tak dikenal. Kedua pelaku menyalip rombongan layaknya begal, sambil mengayunkan tongkat pemukul baseball yang terbuat dari besi ke arah mereka. Akibatnya, dua orang mengalami luka serius dan lima luka ringan.

Korban menyebutkan, ciri-ciri salah satu pelaku berbadan tinggi, berkulit hitam, memakai anting magnet warna hitam di telinga bagian kiri, mengenakan baju warna putih dan memakai topi bergambar payung terbalik. Sedangkan satu pelaku lagi sebagai pembawa motor, tidak terlalu jelas karena pakai helm dan jaket hitam. (yud/dil/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Waduh, Udara Dumai sudah Tidak Sehat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler