Mendikbud Nadiem Makarim: Saya Tak Memiliki Visi Misi Sendiri, Tetapi..

Rabu, 06 November 2019 – 19:31 WIB
Nadiem Makarim tiba di komplek Istana Negara, Jakarta, Senin (21/10). Foto : Ricardo

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim, mengatakan ada lima tugas utama yang dibebankan Presiden Jokowi kepadanya.

Tugas itu merupakan visi misi presiden yang harus dilakukannya dalam lima tahun ke depan.

BACA JUGA: Celetukan Anggota DPR ke Mendikbud Nadiem: Kami Dukung Biar Tak Kena Reshuffle

"Saya tidak memiliki visi misi sendiri. Hanya ada satu visi misi yaitu visi pak presiden. Jadi saya hanya mengikuti arahan dan visi beliau. Namun, saya menginterpretasi visi tersebut bahwa yang utama adalah SDM," kata Nadiem Makarim saat raker perdana dengan Komisi X DPR RI, di Jakarta, Rabu (6/11).

Dia menyebutkan, ada lima program utama dari presiden. Pertama, pendidikan karakter. Kedua, deregulasi dan debirokratisasi. Ketiga, meningkatkan investasi dan inovasi. Keempat, penciptaan lapangan kerja. Kelima, pemberdayaan teknologi.

BACA JUGA: Nadiem Makarim Minta Masyarakat Tidak Panik Terkait Perubahan Kurikulum

Mengenai pendidikan karakter menurut Nadiem Makarim, saat ini kita harus mengerti dahulu akar permasalahannya. Sekarang yang sedang terjadi dengan besarnya peran teknologi. Kalau pemuda pemudi kita tidak punya karakter, integeritas, analisa informasi yang kuat, maka dia akan tergerus dengan berbagai macam hoaks dan memojokkan pemikirannya. 

"Jadi penjajahan pemikiran inilah salah satu ancaman yang menurut saya sangat penting, bahwa setiap pemuda kita harus bisa berpikir independen, berpikir kritis dan bisa mempertanyakan informasi yang dia terima," ucapnya. 

BACA JUGA: PGRI Sampaikan ke Nadiem Makarim tentang Kunci Memajukan Pendidikan

Lebih lanjut kata Mendikbud Nadiem, pendidikan karakter ini ada yang sifatnya kognitif, moral, values atau akhlak. Hampir semua perusahan baik kecil maupun besar di Indonesia complain mengenai ketiadaan profesionalisme dalam pemuda kita. "Ini banyak sekali yang saya dengar," sergahnya.

Nadiem Makarim memaparkan, profesionalisme sebenarnya adalah karakter. Apakah kita bangga dengan kemampuan sendiri? Apakah kita menghormati sesama pekerja ataukah atasan? Apakah menghormati waktu kita? Atau Apakah kita akan selalu bisa memperbaiki diri karena merasa kurang baik?

"Kita harus mencari ilmu lagi, ini adalah budaya kerja keras atau profesionalisme. Itu dampaknya langsung kepada ekonomi, makanya produktivitas ekonomi kita sangat rendah. Pendidikan karakter itu sangat penting untuk mendorong kultur kerja keras dan profesionalisme," terangnya lagi.

Nadiem juga menyentil soal isu intoleransi. Negara kita yang begitu beragam, meningkat dan terlihat identity politic, kekurangan intoleransi yang terjadi di berbagai macam intansi. 

Menurut dia, ini terjadi karena tidak ada perasaan identitas berbagi, identitas yang bersifat nasionalis dan juga untuk saling mengerti, rasa saling comparison antarsesama suku, agama, institusi dan lain-lain. 

"Saya sebagai representatif milenial, ingin bilang sebenarnya konsep-konsep seperti pendidikan karakter ini sudah ada dan banyak yang baik. Tetapi yang ingin saya lakukan adalah ingin menerjemahkannya kepada suatu konten atau bahasa yang bisa dimengerti milenial. Pendidikan karakter itu tidak cukup dengan oh kita baca saja buku, kita masukkan saja dalam kurikulum, atau dijelaskan seorang pakar atau menteri itu tidak cukup," tegasnya.

Kata Nadiem, pendidikan karakter itu harus menjadi kegiatan. Harus dalam bentuk kegiatan. Kita tidak akan mungkin bisa belajar values ini kalau itu tidak dilakukan melalui kegiatan pendidikan karakter tersebut. Walaupun Kemendikbud itu menjaga mutu unit pendidikan tetapi kalau kita abaikan orang tua, masyarakat luas dan bila pendidikan karakter ini tidak terjadi secara luas, jangan harap bisa mencapai perubahan yang dinginkan. 

"Jadi salah satu yang akan saya canangkan adalah bagaimana agar pendidikan karakter ini langsung kepada masyarakat dari konten-konten kekinian, spesifik agar masyarakat juga bisa mengerti apa itu moralitas, apa city civil society, akhlak dengan contoh nyata bukan filosofis. Ini yang akan kami coba lakukan," pungkasnya. (esy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler