jpnn.com, JAKARTA - Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19 yang diumumkan pada Selasa (30/3) telah berlaku.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim langsung menindaklanjuti SKB 4 Menteri tersebut.
BACA JUGA: SKB 4 Menteri: Mendagri Keluarkan Instruksi Pembelajaran Tatap Muka
Dia mengimbau seluruh satuan pendidikan yang guru dan tenaga pendidiknya sudah divaksinasi, untuk segera memenuhi daftar periksa dan menawarkan opsi pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas.
“SKB ini sudah berlaku. Tidak perlu menunggu Juli 2021 untuk melakukan PTM terbatas,” kata Mendikbud dalam keterangannya, Selasa (6/4).
BACA JUGA: Pak Ganjar Siap Ikut SKB 4 Menteri, tetapi Ada Syaratnya
Mendikbud juga menyampaikan satuan pendidikan yang sudah ataupun dalam proses melakukan PTM terbatas, walaupun pendidik dan tenaga kependidikannya belum divaksinasi tetap diperbolehkan melakukan PTM terbatas. “Selama mengikuti protokol kesehatan dan sesuai izin pemerintah daerah,” ungkapnya Nadiem Anwar Makarim.
Sebanyak 20 persen sekolah sudah melakukan PTM terbatas.
BACA JUGA: Bu Retno:Â Uji Coba PTM Terbatas Seharusnya Juli 2021
Sekolah tersebut telah menunjukkan berbagai praktik baik kebijakan PTM terbatas.
Di antara sekolah itu adalah SD Negeri 03 Pontianak Selatan, Kalimantan Barat, dan SMA Negeri 9 Bengkulu Selatan, Bengkulu.
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Jumeri mengatakan SDN 03 Pontianak Selatan telah melakukan berbagai persiapan dalam menunjang PTM terbatas.
Persiapan itu antara lain membentuk Tim Satgas Covid-19, mempersiapkan prosedur operasional standar (POS) PTM terbatas, melakukan pemenuhan daftar periksa (menyediakan fasilitas cuci tangan pakai sabun, melakukan kerja sama dengan Puskesmas, membeli thermo gun, pendataan penyakit bawaan warga sekolah).
Selanjutnya, mereka memperbanyak imbauan 4M di lingkungan sekolah, memberitahukan rencana PTM terbatas kepada RT, Kelurahan, dan Bhabimkamtibmas, melaporkan perkembangan kesiapan uji coba PTM terbatas pada Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Pontianak.
SD Negeri 03 Pontianak Selatan melakukan beberapa langkah untuk memastikan kelancaran dan keamanan PTM terbatas.
Di antaranya mengimbau setiap guru melakukan rapid test secara berkala, mendata dan memastikan bahwa siswa dan guru yang sakit atau merasa tidak enak badan untuk tidak sekolah.
Kemudian, selalu menerapkan protokol kesehatan, memastikan tidak ada yang masuk ke lingkungan sekolah tanpa izin dari keamanan sekolah, mengecek suhu setiap warga sekolah yang datang dan pergi, serta mengimbau pendidik dan tenaga kependidikan segera melakukan vaksinasi.
Terkait pembagian rombongan belajar, SDN 03 Pontianak Selatan menerapkan anjuran pemerintah yaitu maksimal 50 persen kapasitas per kelas. Dalam satu rombongan terdapat dua kelompok belajar. Masing-masing rombongan belajar melakukan PTM terbatas sebanyak dua kali dalam satu minggu.
“Siswa dengan nomor absen 1-16 masuk di hari Senin dan Rabu, siswa dengan nomor absen 17-32 masuk di hari Selasa dan Kamis,” tutur Jumeri.
Satu kali pertemuan berlangsung selama tiga jam yakni pukul 07.00–10.00 WIB. Setiap siswa melakukan PTM terbatas sebanyak enam jam dalam satu minggu.
“Jam masuk dibuat selang-seling dengan jeda beberapa menit agar ketika pulang tidak terjadi penumpukan,” kata Jumeri.
Dalam hal mengombinasikan PTM terbatas dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ), SDN 03 Pontianak Selatan melakukan PJJ secara daring melalui grup WhatsApp untuk memberikan materi kepada kelompok belajar yang pada hari tersebut tidak giliran masuk ke sekolah.
Pembahasan tugas dilakukan di ruang kelas bagi yang giliran masuk dan lewat aplikasi Zoom bagi yang giliran PJJ. Selanjutnya, hari Jumat digunakan untuk melakukan evaluasi PTM terbatas pada setiap minggunya.
Sekolah lain yang telah membagikan praktik baik dalam PTM terbatas adalah SMA Negeri 9 Bengkulu Selatan.
Dalam melaksanakan PTM terbatas, salah satu guru SMAN 9 Bengkulu Selatan Meydia Afrina mengatakan pihaknya melakukan koordinasi dengan pemerintah setempat, wali siswa atau orang tua, untuk melakukan sosialisasi dengan dua tujuan.
Pertama, mendengarkan pendapat orang tua ketika sekolah akan dibuka kembali. Kedua, memastikan orang tua menyiapkan anak mereka dengan protokol kesehatan yang ketat ketika kembali ke sekolah.
Persiapan yang dilakukan SMA Negeri 9 Bengkulu Selatan sebelum memulai PTM terbatas antara lain mempersiapkan kurikulum yang digunakan dalam kondisi khusus, melakukan pengadaan alat protokol kesehatan, mempersiapkan ruang belajar sesuai dengan petunjuk SKB 4 Menteri.
Selanjutnya, mempersiapkan sarana fisik sekolah seperti sanitasi dan kebersihan, dan melaporkan kegiatan yang menimbulkan kerumunan.
Supaya PTM terbatas tetap berlangsung secara aman, SMA Negeri 9 Bengkulu Selatan selalu mengingatkan untuk patuh pada protokol kesehatan.
Tidak membuka kantin dan tak melakukan kegiatan yang menimbulkan kerumunan, selalu mengingatkan peserta didik untuk jaga iman, aman dan imun, melakukan pembiasaan hidup bersih dengan rajin cuci tangan dan tidak ada jam istirahat.
Kemudian, contoh praktik baik dari SMAN 9 Bengkulu Selatan dalam pembagian rombongan belajar.
Di sekolah itu, rombongan belajar dibagi menjadi 2 shift, yaitu pagi dan siang dengan jadwal per tingkat.
Senin dan Kamis untuk kelas XII, Selasa dan Jumat untuk kelas XI, serta Rabu dan Sabtu untuk kelas X.
Dalam seminggu, siswa melakukan PTM terbatas dengan total 4 jam 30 menit.
Mengingat jam belajar tatap muka yang berkurang, ditambahkan PJJ dengan memberikan tambahan materi menggunakan berbagai platform yang dikuasai guru seperti Google Classroom, WhatsApp, dan lainnya.
“Saya yakin banyak praktik baik lain dari sekolah di daerah-daerah lain dalam mempersiapkan PTM terbatas pada era kebiasaan baru,” tutur Jumeri.
Praktik baik lainnya juga hadir dari SDN 2 Pembataan.
Plt Kepala Sekolah Nina Zurdiana mengatakan pada kegiatan tatap muka di sekolah ada 590 siswa di SDN 02 Pembataan.
Pihaknya menggunakan enam rombongan belajar. Satu rombongan belajar tediri dari 30 siswa.
“Namun kami bagi menjadi tiga kelompok, jadi satu kelompok terdiri dari kurang lebih 10-12 siswa dalam satu kelompoknya. Satu kelompok itu mempergunakan waktu selama satu jam untuk pembelajaran. Jadi pembelajaran itu dilaksanakan dengan menggunakan penjelasan saja kepada siswa, penguasaan tetap dilakukan di rumah,” ujar Nina Zurdiana. (*/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Boy