jpnn.com - BALI, menjadi magnet kuat bagi wisatawan, khususnya mancanegara untuk melihat keindahan Pulau Dewata ini. Tak hanya wisatawan Australia dan Eropa, masyarakat Tiongkok pun berbondong-bondong ke Pulau Dewata.
Mesya Mohamad, BALI
BACA JUGA: Ingat, Jangan Usil sama Dua Perempuan Ini
BALI tambah penggemar lagi. Penggemarnya tidak hanya orang bertubuh tinggi dan berkulit putih kemerahan atau hitam. Kini Bali disasar wisman Tiongkok, yang body-nya mirip Indonesia, sedang dan tidak fulgar.
Di setiap sudut Bali, pasti bertemu dengan wisman Tiongkok. Mudah mengenali turis Tiongkok, selain bermata sipit dan berkulit putih. Turis Tiongkok sukanya bergerombol dan agak 'berisik'.
BACA JUGA: Ketika Sang Jenderal Bikin Suasana ‘Sersan’ di Ruang Arjuna
Ya, mereka senang berbicara dengan volume lebih kencang tanpa memperdulikan lingkungan sekitar.
Tak hanya di bandara maupun tempat belanja, di hotel pun mereka agak berisik sehingga kadang mengganggu wisatawan lainnya.
BACA JUGA: GILA! Kisah Sang Jenderal Fonomenal Desak Soeharto Mundur
Ada perbedaan mencolok antara wisman Tiongkok dan Australia maupun Eropa. Wisman Australia dan Eropa lebih tertib, tenang, dan low profile. Beruntung masyarakat Bali mulai bisa menerima karakter turis Tiongkok.
Seperti pengakuan Ayu Nurdiati, pelayan restoran di Hotel Jimbaran View. Meski awalnya agak sungkan terbuka, akhirnya Ayu mau membeberkan tingkah pola turis Tiongkok.
Meski terdengar lucu, namun menurut Ayu, turis Tiongkok paling senang mengambil makanan dalam jumlah banyak. Tidak perduli badan kecil atau besar, pasti mengambil makanan dalam porsi besar. Bukan hanya satu jenis, namun seluruh hidangan yang tersedia akan diambil.
Lucunya lagi, beberapa di antaranya sudah menyiapkan kantong kresek putih. Begitu selesai makan, makanan itu berpindah ke kantong kresek. Menurut Ayu, kebiasaan turis Tiongkok ini sudah diketahui owner Jimbaran View.
Nah, untuk meminimalisir hal itu, pihak hotel sengaja mencantumkan pengumuman dalam bahasa Mandari, yang isi kira-kiranya artinya Ambilah Makanan Secukupnya.
Pengumunan itu ditempatkan hampir di seluruh lokasi makanan. Sayangnya, pengumuman itu tidak dihiraukan. Meski tidak semua yang membungkus makanan di kresek, namun kebiasaan bungkus membungkus tetap ada. Jenis makanan yang dibungkus tidak hanya kue dan fesh fruit, tapi juga nasi, lauk, maupun roti.
"Iya memang suka bungkus. Kalau sekarang sudah mendingan, nggak kayak sebelumnya banyak yang bungkus. Ini karena kami tegur langsung kalau kepergok. Karena mereka tidak bisa bahasa Inggris, kami pakai bahasa isyarat, kami bilang no..no..no," tutur Ayu.
Kalaupun ada turis lolos membungkus makanan, biasanya duduk di pojokan atau lokasi yang tidak terpantau langsung. Ayu menyebutkan, tidak hanya turis Tiongkong yang membungkus makanan, orang Indonesia juga ada, meski jumlahnya sangat sedikit.
"Kalau orang Indonesia suka bawa kotak makanan. Habis makan, mereka ambil makanan ditaruh di kotak. Alasannya buat anaknya yang masih tidur," kata Ayu.
Lain lagi pengalaman Dita, yang bertugas membersihkan meja. Katanya, turis Tiongkok kalau makan pasti mejanya kotor. Lantaran makanannya banyak berserakan di meja. Namun, lagi-lagi Dita bisa memaklumi.
"Mungkin budayanya begitu. Kalau kita kan cukup piring yang kotor, jangan mejanya," ujarnya tersenyum kecut.
Kebiasaan turis Tiongkok ini dibenarkan Asisten Deputi Pengembangan SDM Pariwisata Kementerian Pariwisata Wisnu Tanujaya. Tingkat kunjungan turis Tiongkok cukup tinggi. Namun di sisi lain, ada budaya wismannya yang membuat warga Bali terkaget-kaget.
"Mereka memang suka bungkus makanan di kresek. Makanya kalau ambil makanan pasti banyak. Tapi, di satu sisi uang yang dibawa turis Tiongkok dan dibelanjakan mereka di Bali cukup banyak. Jadi kualitas turis Tiongkok di Bali cukup tinggi. Mereka tidak terlalu senang melihat pariwisatanya. Mereka lebih tertarik berbelanja dan ini yang diharapkan dari wisman," paparnya. (***/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Hebat Satgas Tinombala, Bergerak Senyap 11 Hari di Hutan saat Malam
Redaktur : Tim Redaksi