Mengamini Sikap Golkar, Pakar Nilai Pemimpin Tengah Akan Mencegah Perpecahan

Selasa, 28 Februari 2023 – 16:01 WIB
Ilustrasi Pemilu/Pilpres. (ANTARA News/Ridwan Triatmodjo)

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) sepakat dengan Partai Golkar agar memilih pemimpin yang berada di tengah.

Menurut dia, pemimpin yang ada di tengah bisa menghilangkan politik identitas atau polarisasi.

BACA JUGA: Golkar Ajak Masyarakat Pilih Pemimpin Tengah, Tidak Terlalu Kiri atau Kanan

"Maka yang harus ditumbuhkan adalah bagaimana mencari sosok yang ada di tengah ini," kata Ujang saat dihubungi, Selasa (28/2).

Ujang menilai, sosok pemimpin atau calon presiden yang berada di tengah cocok untuk kultur Indonesia.

BACA JUGA: Airlangga: Lebih Baik Golkar yang Menyejahterakan Rakyat Daripada yang Lain

Namun dia menegaskan, pemimpin yang berada di tengah bukan berarti tak peduli dengan kelompok-kelompok tertentu, ketika figur itu sudah menjadi pemimpin, makanya sosok itu harus mengayomi semua kelompok dan golongan.

"Posisi dari pemimpin itu ya harus di tengah. Berdiri di atas semua kelompok dan golongan, itu yang harus didahulukan," tegas pengamat politik darri Universitas Al Azhar ini.

BACA JUGA: Ridwan Kamil Mendongkrak Suara Golkar untuk Pemilih Muda

Menurutnya, dengan sosok figur pemimpin yang berada di tengah maka Indonesia bisa terjaga.

Ujang mengingatkan pengalaman yang melelahkan pada Pemilu 2019.

Ia mengingatkan akan sangat berisiko jika masyarakat kembali terpecah akibat pemilu.

Oleh karena itu ia berharap, polarisasi tidak kembali terulang pada Pemilu 2024.

Masyarakat juga diminta menjaga Indonesia ini dengan menjaga persatuan dan kesatuan.

"Caranya dengan mencari sosok pemimpin di tengah siapapun pemimpin itu yang mestinya harus di tengah," kata Ujang.

Sebelumnya, Ketua DPD Golkar Jawa Timur, M Sarmuji mengimbau agar pemilih memilih pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang berada di tengah pada Pilpres 2024 mendatang.

"Saran saya kepada para pemilih, pilihlah capres yang tak merepresentasikan blok kanan dan blok kiri. Jangan pilih capres yang merepresentasikan kanan yang terlalu, kiri yang terlalu. Pilih yang tengah saja," kata Sarmuji.

Pernyataan Sarmuji tersebut tercetus saat menjawab pertanyaan bagaimana cara agar politik identitas tidak terulang lagi seperti Pemilu 2019 lalu.

Jika partai politik salah memilih calon presiden, Sarmuji meyakini Pemilu 2024 mendatang suasana politiknya akan sama seperti Pemilu 2019 lalu.

"Di 2024 sebenarnya akan terjadi kelanjutan 2019 kalo parpol-parpol salah pilih calon," ucapnya.

Terkait peluang Golkar pada kontestasi Pemilu 2024, Sarmuji mengatakan pihaknya optimis akan memenangkan Pemilu dan Pilpres pada 2024 mendatang.

Sarmuji juga mengatakan bahwa pihaknya akan selalu optimis di tahun 2024 bisa memenangkan Pemilu maupun Pilpres.

"Dan kita bisa memenangkannya dengan izin Allah SWT," ujar Sarmuji.

Sarmuji menceritakan bahwa dahulu ketika dirinya merasa pesimis, ia selalu diajarkan oleh seorang Kyai untuk selalu bersikap optimis.

"Jadi kalau saya pesimis, saya dimotivasi oleh kyai saya cerita Thalut dan Jalut. Pasukannya Thalut itu yang pesimis dan udah diam tinggalkan, tapi yang optimis itu sampai dikutip oleh Tuhan di dalam Quran itu," kata Sarmuji.

Kutipan dalam Quran tersebut berbunyi "Berapa banyak kamu temui jumlah yang sedikit bisa mengalahkan jumlah yang besar dengan izin Allah".

Karena hal tersebutlah, Sarmuji mengatakan pihaknya selalu merasa optimis pada 2024 mendatang bisa memenangkan Pemilu dan Pilpres. (dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler