Mengapa Bekerja Di Pasar Berkembang? Ini Jawabannya...

Selasa, 04 Agustus 2015 – 08:58 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Masyarakat dunia merasakan adanya transformasi lanskap global yang banyak menyoroti emerging markets atau pasar negara berkembang dalam beberapa tahun terakhir ini. Sehubungan dengan hal tersebut, pada tahun 2016 nanti diperkirakan 88 persen populasi dunia akan menetap di negara-negara berkembang ini. 

Portal real estate Lamudi yang beroperasi secara eksklusif di pasar negara berkembang, mengeksplorasi faktor-faktor kunci dalam mencapai kesuksesan bisnis di negara-negara ini. 

BACA JUGA: Inflasi Juli 0,93 Persen, Diprediksi Tertinggi 2015

Menurut data dari Euromonitor International, dalam kurun waktu tujuh tahun antara 2013 dan 2020, ekonomi pasar yang berkembang diperkirakan tumbuh tiga kali lebih cepat dibandingkan dengan ekonomi negara maju. 

Persentasenya rata-rata 65 persen dari pertumbuhan ekonomi global. 
Meskipun tidak semua pasar berkembang tumbuh pada tingkat yang sama, output ekonomi secara keseluruhan dari kelompok ini meningkat dari tahun ke tahun.

BACA JUGA: Pak Menkeu, Tolong Jangan Naikkan Cukai Rokok Dulu

Nyatanya, banyak yang menganggap semua negara di benua, atau suatu daerah, berada dalam golongan yang sama. Namun, terdapat perbedaan besar antara satu negara dengan negara yang lain, terlepas dari persamaan yang mereka miliki. 

Dari penetrasi internet hingga pembangunan infrastruktur, budaya lokal sampai dengan hukum perpajakan, setiap negara di pasar negara berkembang perlu pendekatan yang berbeda, dengan menempatkan strategi bisnis yang sesuai. 

BACA JUGA: Bu Rini Banggakan Diri Pernah Jadi Direktur Keuangan Zaman Baheula

Contoh Kenya dan Ethiopia, meskipun bertetangga, kedua negara tersebut memiliki tingkat penetrasi internet yang berbeda, yaitu 47,3 persen populasi Kenya menggunakan internet, sedangkan Ethiopia hanya 1,9 persen.

Banyak pasar negara berkembang telah melewatkan langkah yang diambil di negara-negara yang lebih maju ketika merujuk pada pemasangan sambungan telepon, desktop dan internet dial-up. 

Akibatnya, teknologi baru - termasuk nirkabel, penggunaan ponsel dan aplikasi, dan mobile banking – didominasi oleh populasi muda dan penggemar teknologi pada laju yang lebih cepat. 

Misalnya di Indonesia, sebagai salah satu pasar smartphone terbesar di dunia, yang memiliki 280 juta pengguna ponsel saat ini. Sementara itu, Kenya memimpin pasar negara berkembang dalam teknologi mobile payment.

Kelas menengah di pasar negara berkembang nyatanya berkembang sangat pesat, menciptakan kelompok konsumen baru. Peningkatan pendapatan konsumen di pasar berkembang sebagai imbas dari pembangunan ekonomi menyebabkan tumbuhnya permintaan produk-produk berkualitas tinggi. 

Selain itu, dibandingkan di negara maju, kelas menengah di pasar negara berkembang semakin didominasi oleh kalangan muda. Kelompok usia muda ini lebih terfokus pada penggunaan teknologi, yang mempengaruhi kebiasaan belanja secara online untuk membeli produk dan layanan berkualitas.

"Populasi kaum muda dan yang berkembang, ditambah dengan pertumbuhan ekonomi, membuat pasar negara berkembang menjadi pilihan favorit untuk startups, usaha kecil dan menengah, dan perusahaan multinasional." ujar Kian Moini, Co-founder dan Managing Director Lamudi Global dalam keterangan resminya, Senin (3/8).

"Masyarakat kelas menengah yang semakin berkembang di negara-negara ini, secara berkelompok pindah ke kota, membawa daya beli yang kuat, penetrasi ponsel yang tinggi dan permintaan besar terhadap layanan online -. menyajikan banyak peluang untuk pengembangan ide-ide bisnis baru," tambahnya.(ray/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Harga di Luar Jawa Kurang Terkendali, Inflasi Juli Tinggi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler