Mengenal Ruhana Kuddus, Jurnalis Perempuan yang Menjadi Pahlawan Nasional

Kamis, 11 November 2021 – 02:25 WIB
Janeydy, cucu Ruhana Kuddus sebagai ahli waris, menerima penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional untuk Ruhana dari Presiden Jokowi, di Istana Negara, Jakarta, Jumat (8/11/2019). Foto/Dok: M Fathra Nazrul Islam/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga mendorong generasi muda untuk mengenal lebih jauh sosok Roehana Koeddoes atau Ruhana Kuddus.

Bintang mengatakan anak-anak muda perlu meneladani perempuan asal Sumatera Barat yang menjadi pahlawan nasional itu.

BACA JUGA: Hari Pahlawan, Ini Sejarah Nama Jalan Margonda di Depok

"Sebagai pejuang hak-hak perempuan, Ibu Ruhana Kuddus adalah teladan dan inspirasi bagi generasi penerus bangsa, utamanya kaum perempuan," kata Bintang dalam keterangan yang diterima, Rabu (10/11).

Dia menjelaskan kaum perempuan telah berjuang demi kesejahteraan sejak dahulu. Hal itu dilakukan tidak hanya dengan perjuangan fisik, tetapi juga pemikirannya.

BACA JUGA: Anak Semata Wayang Mendoakan Pak Margonda Menjadi Ahli Surga

Menteri Bintang Puspayoga menyebut Ruhana Kuddus adalah pahlawan nasional perempuan pertama yang berlatar belakang jurnalis di Indonesia, sehingga sosok yang tangguh itu perlu dikenal lebih jauh lagi.

Ruhana dikenal sebagai jurnalis pemberani karena tulisan-tulisannya yang memberi semangat untuk para pejuang yang bergerilya melawan penjajah Belanda.

BACA JUGA: Hari Pahlawan: Tugu Pertempuran Medan Area Berbau Pesing

Meskipun Ruhana tidak menerima pendidikan formal, tetapi dia sudah terbiasa membaca dan menulis dengan fasih dalam bahasa Belanda.

Kakak dari tokoh perjuangan Sutan Sjahrir itu bahkan mendirikan sekolah Kerajinan Amai Setia (KAS) di Koto Gadang.

Ruhana Kuddus memberikan perhatian untuk perempuan Indonesia agar bisa belajar membaca, menulis, memahami budi pekerti, keuangan, bahasa Belanda, dan pengetahuan agama.

Pada 10 Juli 1912, Mak Tuo (tante, red) dari penyair Chairil Anwar itu mendirikan surat kabar Soenting Melayoe karena ingin perjuangannya dalam memajukan kaum perempuan di daerahnya bisa diketahui orang banyak.

Soenting Melayoe ini menjadi surat kabar pertama dengan seluruh pekerja, mulai dari pemimpin redaksi, redaktur, hingga penulis merupakan perempuan sehingga media itu disebut sebagai surat kabar perempuan pertama di Indonesia.

Surat kabar tersebut memiliki motto 'dari, oleh, dan untuk perempuan' dengan harapan semakin banyak perempuan yang ikut berjuang memajukan kesetaraan gender, khususnya di bidang pendidikan dan pekerjaan.

BACA JUGA: Sujiwo Tejo Menyanjung Cara Baru Fraksi PKS Memperkenalkan Tokoh Pahlawan kepada Generasi Muda

Presiden Joko Widodo memberikan penghargaan kepada Ruhana Kuddus sebagai Pahlawan Nasional pada 2019 melalui Gubernur Sumatera Barat dan ahli waris, di Istana Negara dengan mengacu pada Keputusan Nomor 120 TK Tahun 2019 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.

Diketahui, Ruhana meninggal dunia pada 17 Agustus 1972 dengan peninggalan berupa semangat untuk kemajuan kaum perempuan Indonesia. (mcr9/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Dea Hardianingsih

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler