Mengenal Yohanes Handoko, Guru Les Bahasa Inggris Joko Widodo

Pakai Inggris Jawa, Murid Tersebar di AS dan Eropa

Senin, 01 Desember 2014 – 06:40 WIB
Foto: Jawa Pos

jpnn.com - HUBUNGAN emosional guru dan murid beserta orang tuanya mengantarkan Yohanes Handoko pada tangga kesuksesan. Sejak lama dia dipercaya Joko Widodo untuk membantu menyempurnakan kemampuan bahasa Inggris sang presiden. Bagaimana kisahnya?

-------------
BAYU PUTRA, Solo
-------------
HOUSE of Knowledge (HK) terletak di salah satu sudut kawasan Sumber, Kota Solo. Bangunannya cukup sederhana, serupa rumah tradisional Solo yang bertipe joglo. Pohon mangga tampak menghiasi halaman HK yang sekaligus menjadi peneduh di tengah teriknya udara Solo Kamis lalu (27/11).
 
Sebagai penanda, hanya ada plang kecil bertulisan House of Knowledge di ujung gang. Kemudian, di dinding depan bangunan terdapat pigura kaca yang membingkai nama tempat kursus tersebut.

BACA JUGA: Dua Programer Musik Bandung Mengeruk Untung lewat Software

Di rumah itulah Handoko mengendalikan seluruh kegiatan les privat bahasa Inggris 13 tahun terakhir, sejak beroperasi pada 2001.
 
Di rumah tersebut ada satu ruangan berukuran sekitar 2,5 x 2,5 meter tempat menerima tamu atau murid yang hendak belajar. Isinya hanya dua kursi kayu dan meja kursi untuk tempat dia mengajar.

Di sebelah rumah itu terdapat satu rumah yang digunakan untuk mengajar kelompok kecil. Terdapat tiga kamar plus ruang tengah yang masing-masing bisa menampung sekitar sepuluh murid.
 
Handoko mengkhususkan tempat kursusnya untuk les privat. Baru dua tahun belakangan dia membuka kelas reguler. Itu pun gratis. Program kelas reguler gratis yang dinamai Chilli Pari English Program tersebut digagas Gibran Rakabuming Raka, putra pertama Presiden Joko Widodo. Gibran menggandeng HK untuk menjalankan program tersebut.
 
"Kami mulai sejak 7 Mei 2012 dan sekarang muridnya sekitar 500-600 siswa di tujuh tempat di Solo," tutur Handoko. Yakni, kawasan Sumber, Banyuanyar, Munggung, Nusukan, Klodran, Pajang, dan Jajar.

BACA JUGA: Profesor Multi-Ilmu Danawati Hari Prajitno

Program itu menyasar siswa SD sampai SMA dari kalangan kurang mampu dan sepenuhnya dibiayai Gibran.
 
Pria Asli Solo tersebut sudah 17 tahun berkecimpung di dunia pendidikan bahasa Inggris. Cukup banyak murid yang sudah merasakan sentuhannya, termasuk keluarga Jokowi. Mulai Jokowi sendiri, sang istri Iriana, hingga ketiga putranya pernah dibimbing Handoko.
 
Ketika disinggung mengenai hal tersebut, Handoko merendah. "Bukan guru kalau menurut saya. Saya tinggal memoles dan meningkatkan saja," ucapnya seraya tersenyum. Menurut dia, dengan jam terbang tinggi sebagai pengusaha, dalam penilaiannya, Jokowi sudah fasih berbahasa Inggris. Dia mengetahui hal tersebut jauh sebelum Jokowi menjadi wali kota Solo.
 
Putra pasangan C.K. Hariseputro dan M.F. Hari Suwarni (mendiang) itu menuturkan awalnya sama sekali tidak pernah berpikir akan berkecimpung di dunia pendidikan, apalagi bahasa Inggris.

Sebab, pada dasarnya dia tidak menyukai bahasa Inggris. Ayahnya pun sampai meminta dia untuk les. Nah, di antara lima saudaranya, hanya Handoko yang les bahasa Inggris sampai selesai.
 
Saat itu cita-cita Handoko sebenarnya berdagang. "Maunya saya itu dipundhutke (dibelikan) kios kecil saja di (pasar) Klewer. Saya mau jualan kain. Saya nggak mau kuliah," kenang pria 41 tahun itu.

BACA JUGA: Melihat Mumi Alami di Kampung Wolondopo, Kabupaten Ende, NTT

Namun, akhirnya dia kuliah di Universitas Muhammadiyah Solo dan ABA Pignatelli, menempuh jurusan pendidikan bahasa Inggris.
 
Saat kuliah itulah, dia baru menyadari memiliki talenta di bidang bahasa Inggris. "Kalau ada ujian bahasa Inggris, nilai saya selalu di atas rata-rata. Ternyata saya bisa bahasa Inggris di atas rata-rata," lanjut pria yang berulang tahun setiap 15 September tersebut.
 
Dia pun mencoba magang dan memberikan bimbingan belajar untuk siswa. Sang ayah yang melihat talenta Handoko pun memintanya membantu mengajar di sekolah. Kebetulan, ayah Handoko merupakan kepala SLB C Surakarta. Sejak saat itulah, Handoko menghapus cita-citanya menjadi pedagang dan mulai merajut mimpi membangun tempat kursus bahasa Inggris.
 
Pada 1997 dia memulai karir dengan mengajar privat dari rumah ke rumah. Diakui, itu sangat berat. Pada awal-awal mengajar, dia hanya menangani empat kelas. Artinya, empat kali pertemuan per pekan. Selebihnya, dia menganggur. Handoko tidak mau menyerah.

Dia mengembangkan metode sendiri dalam mengajar yang akhirnya membuatnya bisa konsisten dan sukses hingga saat ini.
 
Karena sejak awal Handoko mengajar les privat, metode yang dikembangkan pun sangat personal. Pertama, dia akan mengetes kemampuan calon murid. Dengan demikian, akan ketahuan kelemahan si murid dalam berbahasa Inggris. Apakah di bidang writing, speaking, atau lainnya. Otomatis, setiap murid akan menerima materi yang berbeda.  
 
"Bahkan, untuk kelasnya Mas Gibran itu, kami tidak pernah berhenti. Ratusan materi kami buat," lanjut pria yang juga dosen di Politeknik ATMI (Akademi Teknik Mesin Indonesia) Surakarta itu.

Seluruh materi diriset minimal dua hingga enam bulan. Sebagian besar materinya dibuat sendiri, namun dia juga menggunakan kurikulum Cambridge. Buku-bukunya mayoritas dari luar negeri.
 
Dia berpatokan bahasa Inggris harus sesuai dengan rohnya, yakni British (Inggris) dan Amerika Serikat. Hanya, pendekatan budaya Indonesia harus mendapatkan prioritas. "Di sini semua materi tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945, Pancasila, dan NKRI. Tidak boleh mengandung pornografi dan SARA. Begitu ada, kami cut," tutur suami Martha Sattia Desrajudi Ningsih tersebut.
 
Dia juga menekankan budaya Timur sebagai dasar bahasa Inggris. Dengan begitu, yang tercipta adalah bahasa Inggris dengan ciri khas Indonesia, lebih tepatnya bahasa Inggris rasa Jawa.

Di berbagai negara, pengajaran bahasa Inggris pun disesuaikan dengan kultur masing-masing. Karena itu, terciptalah Singlish (Singapore English), Japanese English, dan lainnya.
 
Ciri khas Java English tampak betul pada Handoko. Saat diwawancarai, beberapa kali dia berbicara dengan menggunakan bahasa Inggris logat Jawa yang kental. Selain itu, meski lama berkecimpung di dunia bahasa Inggris, anak kedua di antara lima bersaudara tersebut tidak tertular virus keminggris. Berbicara dengan guru-guru di HK pun, dia menggunakan bahasa Jawa.
 
Tidak heran, Handoko memiliki banyak murid. Saat ini murid-murid yang pernah les di tempat kursusnya sudah menyebar. Sebagian berada di Eropa dan AS. Karena kedekatan dengan Handoko, tidak jarang para alumnus itu mengontak untuk berdiskusi dan menyempurnakan kemampuan bahasa Inggris.
 
Apabila mereka berkunjung ke Solo, HK selalu menjadi tempat persinggahan. Tidak jarang Handoko menerima hadiah dari para murid. "Saya pernah nitip kamus sama murid saya di Amerika, uangnya mau saya ganti di Solo. Ternyata setelah sampai, dia tidak mau uangnya diganti," ujarnya.
 
Saat dia menikahi sang istri, salah satu orang tua murid bahkan menawarkan bantuan, apa saja yang kurang dalam penyelenggaraan pernikahannya akan dipenuhi. Handoko pun masih kerap berkunjung ke rumah para muridnya meski sudah tidak memiliki hubungan pendidikan.
 
Hubungan personal itu juga terjadi antara dia dengan keluarga Jokowi. Mulanya Jokowi meminta Handoko untuk mengajari Gibran berbahasa Inggris secara privat sekitar 2000, saat dia masih duduk di bangku SMP. Kemudian, les privat tersebut terhenti saat Gibran disekolahkan SMA ke Singapura pada 2002.
 
Saat Jokowi menjadi wali kota Solo, Handoko pun dipanggil. Dia dipercaya membantu menyempurnakan kemampuan bahasa Inggris Jokowi dan sang istri. Dia juga diminta mengajari Kahiyang Ayu dan Kaesang Pangarep, dua adik Gibran, berbahasa Inggris.

Saat menjadi gubernur DKI Jakarta hingga sekarang pun, Jokowi masih sering berdiskusi dengan Handoko terkait dengan keilmuannya itu.
 
Hubungan personal dengan murid dan orang tua murid itulah yang membawa Handoko untuk kali pertama menginjakkan kaki di Istana Negara belum lama ini. "Saya itu masuk istana saja tidak ngimpi. Saya sadar, siapa saya. Saya belajar banyak dari beliau berdua (Jokowi dan Iriana)," ucapnya.
 
Karena Jokowi sejak awal sudah fasih berbahasa Inggris, Handoko selama ini hanya bertindak sebagai teman diskusi. Dia hanya membantu Jokowi dalam tiga hal. Yakni, pengayaan diksi, penggunaan kata, dan perbedaan arti kata.

Misalnya, menggunakan kata-kata bahasa Inggris dalam menjelaskan kebijakan ekonomi tentu berbeda saat berbicara mengenai hukum meski maknanya sama. Dalam hal perbedaan arti kata, secara sederhana, dia mencontohkan kata gate (gerbang). Arti kata gate bagi orang yang belum pernah ke bandara tentu berbeda dengan yang sudah pernah.  
 
Handoko mengaku bersyukur karena mendapatkan kepercayaan dari Jokowi dan keluarganya. "Membayangkan program (Chilli Pari) itu berjalan tiga tahun dan saya masih didhawuhi (diminta) sampai sekarang mendampingi, membantu menyempurnakan, itu jauh dari bayangan saya," ucapnya. Karena itu, dia menganggapnya sebagai tanggung jawab dan pengabdian. (*/c10/end)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dari Belajar Mengenal Kayu, Listyo Bramantyo Jadi Pembuat Bumerang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler