Mengharukan, Anak Takut dan Menangis Saat Orang Tua Datang

Jumat, 17 Juni 2016 – 07:23 WIB
Ilustrasi. FAJAR/RADAR SURABAYA

jpnn.com - TIDAK sedikit pasutri yang memilih untuk menitipkan anaknya ke orang tua. Biasa karena memiliki kesibukan yang luar biasa. Salah satunya adalah Karin, 40 dan Donwori, 45 (keduanya samaran). Demi fokus kerja di Jakarta, mereka menitipkan sang anak, Donlesi di desa. Ternyata, saking kelamaannya, Donlesi pun tak menganggap Karin dan Donwori, sebagai orang tuanya. 

Hampir 10 tahun lamanya, Donlesi tak pernah mendapatkan pelukan manja dari Karin dan Donwori. Donlesi pun takut dan menangis ketika melihat Karin dan Donwori datang ke rumahnya.

BACA JUGA: Ternyata Ibu Saeni Tidak Miskin, Punya Tiga Cabang Warteg

“Nelongso aku. Aku sudah frustasi lihat anak tidak mau memeluk dan mencium. Padahal, aku kangen banget sama anak-anak,” kata Karin. 

Seakan ingin menumpahkan air matanya, Karin yang menemani kakaknya sedang mengurus warisan tampak galau. Rencana cutinya menemani sang anak sakit dan ingin memeluknya justru mendapatkan siksaan batin yang berlimpah. 

BACA JUGA: Sumanto Berpuasa, Inilah Makanan Favoritnya untuk Berbuka

Donlesi tidak bisa dipisah oleh kakek dan neneknya. Akhirnya, proses ahli waris itu diwakilkan ke Karin dan kakaknya.

Donlesi yang terkena leukimia dan dirawat di RSUD dr Soetomo tak mau ditemani oleh Karin. Donlesi hanya mau ditemani nenek dan kakeknya yang sudah tua renta. 

BACA JUGA: Hiii... Pemkab Gunungkidul Sampai Perlu Bikin Satgas Anti-Bunuh Diri

“Saya di sini menangis seperti ini bukan ngurus gugatan atau apa. Tapi, mikir kondisi anak, masak dalam kondisi yang seperti itu dia masih tidak mau memeluk saya. Nelongso banget aku,” kata Karin kepada kakaknya dan Radar Surabaya. Matanya terus merah dan berkali-kali sibuk menelepon suaminya di Jakarta. 

Karena sikap si anak itu, Karin berniat untuk berhenti bekerja di Jakarta. Karin ingin menemani anak semata wayangnya yang kondisinya makin hari makin memburuk. 

Memang cukup berat bagi Karin untuk berhenti dari pekerjannya. Sebab, Karin sudah mendapatkan posisi yang sangat strategis di Jakarta yakni sebagai manajer marketing di salah satu perusahaan kontruksi ternama di Jakarta. 

Donwori juga berstatus pegawai negeri di salah satu kementrian dalam negeri. “Apa gunannya rumah mewah, semuanya kalau anak satu-satunya sakit kayak gini. Terus anak tidak mau sama orang tuanya,” kata  Karin denganh air mata berlinang air mata. 

Berkali-kali dia menghapus air matanya, Karin tak menyangka rezeki dan harta yang diterimanya tak membuahkan kebahagiaan karena anak semata wayangnya sakit dan tidak mau dengan orang tuanya. 

“Waktu kecil sempat mau tak ajak ke Jakarta, tapi orang tua tidak ngebolehin. Cari baby sitter kan juga sulit, takut seenaknya sendiri. Kalau sama neneknya kan pasti sayang sama cucunya,” kata Karin. 

Menurut warga asli Lidah Kulon itu, Donlesi memang tak bisa pisah dari nenek dan kakeknya. Bahkan, sampai sekarang tidak bisa tidur tanpa dikeloni kakek dan neneknya. Makin dekat saja karena Krin dan Donwori menengok Donlesi dua bulan sekali. Terkadang satu semester sekali. “Kami terlalu sibuk. Padahal, tiap hari juga telepon tapi tetap anak tidak mau ketemu kami. Kalau saya dan suami datang justru lari dan rewel,” kata dia. 

Karin berharap dengan berhenti dari pekerjannya maka akan menebus kesalahannya di masa lalu. “Namanya anak lho. Tetap saya dan suami yang salah terlalu mikirin uang dan karir ya gini hasilnya,” pungkas dia. (umi hany/no)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Maaak! 29 Ikan Paus Masih Lemas di Pantai Probolinggo


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler