Mengintip Booming Akik di Kulonprogo

Mulai Jenis Kalsedon, Pancawarna, Jasper hingga Yahman

Rabu, 25 Februari 2015 – 00:18 WIB
KHAS KULONPROGO: Koleksi batu akik asli Kulonprogo seperti kalsedon dan pancawarna saat dipajang dalam sebuah ajang pameran batu akik di Kota Wates, Minggu (22/2). Foto: Hendri Utomo/Radar Jogja/JPNN

jpnn.com - Booming batu akik memang telah terjadi hampir di seluruh daerah di Indonesia. Pecintanya juga semakin tidak terbatas pada kaum adam, tetapi juga kaum hawa dari berbagai usia. Setiap daerah juga seolah berlomba untuk mengangkat koleksi batu akik dari wilayahnya, tidak terkecuali di Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

HENDRI UTOMO, Kulonprogo

BACA JUGA: Pengacara Cakar-cakaran Rebutan Klien Cantik

PAGI itu suasana Rumah Makan Kampung Rasa di Jalan Sugiman, Watulunyu, Wates di Kabupaten Kulonprogo  terlihat sangat berbeda. Seluruh ruangan penuh sesak dengan pengunjung.

Mereka tampak antusias mengerumuni beberapa meja yang sudah didesain sedemikian rupa. Tidak ada sajian makanan atau minuman yang disantap, karena semua meja berisi batu akik yang diangkat dari sejumlah daerah di salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta itu. Karenanya muncul beberapa istilah, batu jasper dan yahman dari Kokap, Samigaluh, Nanggulan, Kalibawang, Girimulyo dan beberapa daerah perbukitan serta bantaran sungai.

BACA JUGA: Hantuuu...Dua Siswi pun Digendong ke Mobil Kepala Madrasah

”Batu ini jenisnya jasper dan yahman, khas dari pedukuhan Teganing, Hargotirto, Kokap. Dalam pameran kali ini saya hanya mengangkat batu dari Teganing, karena kami ingin mengenalkan Teganing dengan koleksi batunya,” terang Ivan Aldino, 20, warga Teganging 3, Hargotirto, Kokap saat menjaga stan Teganing dalam Pameran Batu Akik Kampung Rasa, Minggu (22/2) lalu.

Ivan mengungkapkan, batu jasper dari Teganing memiliki ciri khas yang unik. Selain itu juga memiliki ornamen yang sangat kaya.

BACA JUGA: Astaga, Kepala Madrasah Paksa 2 Siswinya di Mobil

Dalam kesempatan itu, batu yang dipajang ada yang sudah digosok dan ada yang masih berbentuk bahan. Harga buka mulai Rp 50 ribu hingga Rp 5 juta.
 ”Untuk bahan paling murah saya jual Rp 50 ribu, sementara yang sudah digosok ada satu koleksi bermotif wayang sudah ditawar Rp 5 juta namun belum kami lepas,” ungkapnya.

Rekan Ivan, Wagiran menambahkan, semua koleksi batu yang diangkat dari daerah Teganing ditemukan di urat sungai dan perbukitan. ”Kami tidak melakukan penggalian, batu yang kami temukan ya sudah seperti ini, kami melakukan pencarian tidak dengan menggali, karena tidak mau me-rusak alam,” terangnya.

Pantauan Radar Jogja, pameran batu akik yang digelar pertama kali di Kulonprogo ini mendapat sambutan meriah dari warga. Pengunjung datang silih berganti. Ada yang hanya sekadar melihat, tetapi banyak pula yang terlibat dalam transaksi jual beli. Mereka yang datang bahkan tidak hanya dari Kulonprogo dan DIY saja, melainkan juga dari luar kota.

Agus Priyanto, 32, penjaga salah satu stan pameran asal Wates mengatakan, bebatuan dari dataran tinggi bagian utara Kulonprogo paling mendominasi ajang itu. Selanjutnya ada bebatuan dari muara sungai Serang dan Progo. Tidak hanya jasper dan yahman, tetapi juga ada jenis pancawarna.

”Pancawarna dari Kulonprogo khasnya pasti ada badar besinya, struktur batuannya sangat keras. Selain itu, batu juga memiliki kulit kapur yang menandakan batu sangat tua, beberapa berwarna ungu lavender,” ucapnya.

Agus menuturkan, menjadi pemburu batu akik sangat mengasyikkan. Menurutnya, menyusuri sungai dengan beberapa teman menawarkan sensasi tersendiri. Berburu batu akik pun ia maknai sebagai sebuah kegiatan refreshing yang menghasilkan.

Menurutnya, di Kulonprogo juga banyak ditemukan fosil kayu dan tulang. ”Kadang kalau pas menemukan jenis batu tertentu ada semacam kepuasan yang tidak bisa dijabarkan dengan kata-kata. Hanya bisa mengaguminya, termasuk dalam proses pe-molesan, ketika menemukan motif seperti menemukan rezeki nomplok. Saya dapat motif Nyi Roro Kidul, saya buka Rp 15 juta sudah ditawar Rp 5 juta tapi belum saya lepas,” tuturnya.

Batu-batu akik asal Kulonprogo telah di-pamerankan selama dua hari, Sabtu (22/2) dan Minggu (22/2) di Rumah Makan Kampung Rasa. Pameran digelar oleh komunitas pecinta batu Kulonprogo.

Ketua Panitia Agung Prasakti mengklaim ada puluhan peserta yang ikut dalam pameran  batu akik kali ini. Mereka adalah perajin, penggemar akik, dan kolektor. 

Menurutnya, kualitas batu Kulonprogo juga tidak kalah jika dibanding dengan batu daerah lainnya. Batu-batu akik Kulonprogo jenis kalsedon dari wilayah Kokap, Girimulyo, Samigaluh dan Kalibawang juga bermunculan.”Tidak kalah jika dibandingkan dengan kualitas batu serupa dari daerah Probolinggo, Pacitan, dan Garut,” terangnya. (tom/ila/ong/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Besok, Nelayan Jatim Demo Besar-besaran Tolak Kebijakan Menteri Susi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler