Pulau Cocos berada di tengah-tengah Samudra Hindia, yang masih berada di bawah wilayah Australia. Pulau ini bisa dicapai sekitar 3.000 kilometer sebelah barat laut kota Perth. Pulau ini menawarkan keindahan alam dan kesederhanaan hidup.

Pulau Cocos, yang juga dikenal Pulau Keeling mungkin luasnya tidak melebihi 14 kilometer persegi. 

BACA JUGA: Murid di Pedalaman Australia Harus Tempuh Jarak 85 KM ke Sekolah Terdekat

Pulau yang memberlakukan hukum yang berlaku di negara bagian Australia Barat dengan kesatuan polisi dari Kepolisian Federal Australia (AFP), dan mencoblos di daerah pemilihan Kawasan Utara Australia.

Pulau ini mungkin tidak terlalu popular sebagai kawasan wisata, namun Pulau Cocos memiliki pemandangan yang luar biasa, dengan pasir putih, pohon kelapa yang subur dan air laut yang sangat biru, seperti layaknya di film-filim.

BACA JUGA: Australia Diperkirakan Alami Penurunan 40 Persen Investasi Tambang

Ada beberapa pulau kecil di kawasan ini, tetapi hanya dua pulau utama yang ditinggali, yakni di sebelah barat dan selatan.

BACA JUGA: Suhu Panas Ekstrim Terpa Kawasan Longreach

Di Pulau sebelah barat, ada sekitar 120 warga Australia dan sejumlah ekspatriat. Akomodasi bagi para turis juga bisa dietmukan disini.

Tak hanya itu, di pulau ini pun terdapat sekolah dan bandara udara.

Sementara di pulau utama sebelah selatan, ada sekitar 500 warga yang tinggal, dan kebanyakan memiliki keturunan Melayu.

Warga keturunan Melayu ini berasal dari mereka yang pernah dikirim ke Pulau Cocos di tahun 1826 sebagai budak.

Sementara para ekspatriat biasanya berada di pulau ini bekerja sebagai guru, di kantor polisi, atau bekerja di industri pariwisata.

Warga yang tinggal di pulau ini merasakan kebahagiaan seutuhnya dengan melihat bagaiman anak-anak pergi ke sekolah hanya menggunakan sepatu, atau tidak perlu mengunci mobil, atau mengunci rumah saat pergi.

Salah satunya adalah Jill Jules Bush yang bekerja paruh waktu di sebuah klink kesehatan dan kafe. Ia pun membantu sebuah restoran, jika ada waktu luang.

"Kita telah berada disini selama 11 tahun," ujar Jill. "Senang sekali dengan orang-orang disini dan gaya hidupnya sangat menyenangkan." tambahnya.

Jill mengaku kalau ia berencana untuk tinggal selama mungkin di pulau ini, meskipun banyak tantangan yang dihadapi dengan tinggal di daerah terpencil ini.

"Seperti di surga, udara yang segar dan bersih, dan orang-orangnya sangat menyenangkan, semua saling berbagi," jelas Jill.

Jill mengaku kalau ia tidak perlu mengunci rumahnya. Kalau ada sesuatu yang hilang, hanya tinggal membuat pesan di sebuah klab dan biasanya ada yang menemukan. 

Jill yang kini juga menjabat sebagai marketing manajer di Asosiasi Pariwisata Pulau Kokos, yang tinggal bersama suami dan dua anak perempuannya.

Di pulau ini tidak ada bioskop atau pusat perbelanjaan, hanya ada klab, kafe, dan beberapa pulau kecil yang menawarkan hiburan.

Jumlah pelajar di pulau ini mencapai 90 orang, dengan sekolah utama yang ada di dua pulau. Anak-anak bisa mengenyam pendidikan dari tingkat anak-anak hingga hingga kelas 10.

Pulau Kokos pun telah memiliki jaringan internet dan telepon genggam tersendiri.

Hidup di pulau seperti ini tidak membuat para warganya mengikuti tren yang ada, yakni berbelanja secara online.

Kedatangan pesawat yang membawa barang-barang dan makanan segar biasanya terjadi setiap hari Juma'at.

"Bisa dibilang saat pesawat datang, menjadi acara yang sangat ramai, karena disaat itulah mereka mendapatkan buah-buahan dan sayuran segar dari pesawat," ujar Julia.

Pulau ini pun memiliki dokter yang tinggal di pulau bagian selatan. Jika ada keadaan darurat di pulau sebelah selatan, Kepolisian Federal Australia akan membawanya dengan melalui jalur perairan.

Sementara energi berasal dari mesin diesel dan beberapa gedung sudah dilengkapi dengan panel solar.

Tetapi jangan mengira kalau tinggal di pulau ini bisa murah, karena harga segelas kopi saja bisa mencapai Rp 65 ribu rupiah, atau 20 ribu lebih mudarh dibandingkan di Indonesia. 

BACA ARTIKEL LAINNYA... PBB Sebut Australia Langgar HAM karena Penjarakan Remaja Tanpa Pembebasan Bersyarat

Berita Terkait