jpnn.com - SOLO - Jika diperhatikan dari foto KTP-nya, tidak ada tampang bengis. Malah cenderung lugu dan kalem. Namun siapa sangka, Nur Rohman menjadi terduga kuat pelaku penyerangan bom bunuh diri di Mapolresta Surakarta, Selasa (5/7).
Gerobak makanan dari alumunium teronggok di depan sebuah rumah bercat hijau di RT 01 RW 12 Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon. Di atasnya tergantung t-shirt lengan panjang. Ya di rumah sangat sederhana itu, Nur tinggal sejak 1997.
BACA JUGA: PDIP Jadikan Idul Fitri Momentum Silaturahim Nasional
“Baik mas orangnya. Sempat kepilih jadi ketua RT. Tapi baru menjabat selama setahun, terus mengundurkan diri,” ungkap Kasmi, 52, tetangga Nur.
Bukan hanya di mata Kasmi, tingkah laku Nur di lingkungannya nyaris tidak ada cela. Dia juga kerap mengikuti kegiatan di sekitar rumahnya. Namun setelah serangan bom di pusat perbelanjaan Sarinah, Jakarta, Nur seperti ditelan bumi. Hilang dari peredaran.
BACA JUGA: Ini Agenda Prosesi Pelantikan Tito Sebagai Kapolri
"Sebelum hilang sejak beberapa bulan lalu mas, dia jualan bakso keliling. Yang di rumah cuma istri sama dua anaknya," terang Kasmi.
Ibu rumah tangga ini seakan tak percaya tetangga dekatnya menjadi terduga kuat pelaku serangan bom bunuh diri di Mapolresta Surakarta. "Tadi lihat beritanya di televisi. Terus tidak lama ada polisi datang ke rumah Mas Nur. Istrinya dibawa (ke Polresta Surakarta, Red)," beber dia.
BACA JUGA: Polri Sudah Deteksi Adanya Serangan di Bulan Ramadan
Lurah Sangkrah Singgih Bagijono membenarkan Nur Rohman merupakan warganya. "Benar dia warga saya. Tapi sudah hilang sejak aksi teroris di Sarinah. Dia juga telah mengundurkan diri sebagai ketua RT. Alasannya sibuk kegiatan di luar kota," ungkap Singgih.
Diakuinya, Nur Rohman sangat dekat dengan warga dan kerap mengikuti kegiatan di kelurahan. "Sering kumpul sama warga. Sebelum hilang, setiap hari pasti datang ke kelurahan buat internetan," imbuhnya. (atn/yan)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Nikmati Kemudahan Cairkan Uang Tunai Dengan Fire Cash BCA
Redaktur : Tim Redaksi