Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana

Sabtu, 03 Februari 2024 – 20:32 WIB
Risma, lulusan Poltekkes yang menjual makanan khas Jambi di pasar apung KCBN Muarajambi. Foto Humas Kemendikbudristek

jpnn.com, MUARO JAMBI - Pasar apung di Kawasan Cagar Budaya Nasional Candi (KCBN) Muaro Jambi kini menjadi tempat favorit wisatawan. Keberadaan pasar ini sifatnya musiman.

Ketika intensitas hujan tinggi sehingga membuat lokasi di sejumlah kawasan di candi Astano Muarojambi ini tergenang hingga sepinggang orang dewasa.

BACA JUGA: Kemendikbudristek Dukung Pelestarian Adat KCBN Muaro Jambi lewat Kenduri Swarnabhumi

Untuk menuju pasar apung ini memang butuh perjuangan. Pengunjung harus melewati jalanan yang hanya bisa dilewati sepeda lisrik dan sepeda motor.

Kalaupun menggunakan sepeda motor pastikan dahulu kendaraannya cukup kuat melewati beberapa titik jalan yang kondisinya rusak dan tergenang air. 

BACA JUGA: Pasar Apung

Pengunjung pun disarankan tidak menggunakan sepatu dan lebih aman memakai sandal jepit atau boots.

Jarak menuju pasar apung ini lumayan jauh sekitar 7 km. Jadi, bagi yang tidak kuat jalan kaki, lebih baik menggunakan jasa ojek maupun menyewa sepeda listrik. 

BACA JUGA: Kemendikbudristek Menggencarkan Gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan

Tarif ojek ini bervariasi alias tergantung pintar-pintarnya pengunjung menawar.

Bagi yang pintar menawar cukup keluar uang Rp 10 ribu. Yang kurang pintar menawar bisa lebih tinggi antara Rp 20 ribu sampai Rp 25 ribu sekali jalan. 

Sebenarnya, lebih asyik jalan kaki karena Anda akan dihadapkan dengan kawasan hutan asri. Di kanan kiri jalan ada banyak pohon duku yang saat ini tengah berbuah lebat.

Menurut Kepala Unit Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V Agus Widiatmoko, ribuan pohon duku ini ditanam oleh warga sekitar KCBN Muaro Jambi.

Saking banyaknya pohon duku yang ditanam, hasil panen buah dukunya ini telah menyumbangkan kas negara sekitar Rp 500 juta.

Namun, hati-hati jangan asal petik buah duku yang menggiurkan itu. Menurut Agus, ada beberapa lokasi sudah dikapling oleh pedagang besar.

Jadi, pedagang besar ini memborong buah dukunya. Mereka ini merawat pohon dukunya ketika mulai berbuah hingga panen. 

Keberadaan pohon duku ini menjadi daya tarik tersendiri KCBN Muaro Jambi.

Puas melihat pohon duku yang berbuah lebat, pengunjung akan dihadapkan dengan pasar apung yang dikelilingi candi Tinggi, candi Astano, dan Pojok Kopi Dusun.

Menariknya pasar apung ini didominasi perempuan. Mereka berada di perahu-perahu yang ternyata milik sendiri.

Jangan kaget bila melihat ada perahu ditempati perempuan dengan penutup kepala yang khas, sedangkan lainnya hanya memakai hijab.

Jamila, pedagang pasar apung mengungkapkan sudah sejak lama dia berjualan, bahkan jauh sebelum KCBN Muaro Jambi direvitalisasi pada 2022. 

Namun, dia bersyukur ketika KCBN Muaro Jambi direvitalisasi, pendapatannya meningkat pesat. Per hari dia bisa mendapatkan uang Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu.

Jika weekend maupun hari libur, perempuan berusia 52 tahun ini bisa mengantongi Rp 500 ribu per hari.

Sehari-harinya Jamila didampingi putrinya Risma. Risma baru lulus dari Politeknik Kesehatan. Ibu dan anak ini berjualan ketan jando, susu gadis, dan ketan duren.

Ketan jando ini adalah makanan khas Jambi yang terbuat dari beras ketan dimasak dengan air dan sedikit garam. Kemudian disajikan dengan kelapa dan balado teri kacang.

Susu gadis terbuat dari ketan yang diuleni dan diisi dengan kelapa bercampur gula merah kemudian dibungkus segitiga. Ketan duren terbuat dari ketan yang diberi toping duren.

Risma bercerita sejak KCBN Muarajambi direvitalisasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), memberikan dampak siginifikan kepada masyarakat sekitar.

"Kalau banjir akibat luapan air Sungai Batanghari menjadi berkah bagi kami, karena pasar apung makin ramai," ucapnya.

Selain tiga makanan khas itu, ada juga kerupuk opak yang disajikan dengan bumbu sate Padang. Opak ini dimakan dengan lontong dan rasanya maknyus.

Walaupun banyak wisatawan datang, warga sekitar tidak mau memanfaatkan situasi untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Dagangan mereka itu dijual rata-rata Rp 5 ribu.

Agar bisa berbelanja di pasar apung, Anda harus menyewa perahu yang disewakan dengan tarif Rp 20 ribu per 45 menit.

Bagi yang ingin sewa perahu sekaligus dengan pedayungnya,  cukup mengeluarkan uang Rp 25 ribu.

Rocky, pemilik perahu di pasar apung mengungkapkan rata-rata pedagang ini berpendidikan tinggi.

"Ini yang jualan kebanyakan sarjana lho," kata Rocky.

Rocky juga sempat menikmati bangku kuliah. Namun, karena terkendala dana, dia berhenti.

Rocky punya keinginan besar untuk melanjutkan pendidikan tinggi tanpa mengganggu pekerjaannya menjadi tukang sewa perahu.

Dia pun merasakan dampak revitalisasi KCBN Muarajambi. Perahunya selalu ramai disewa. Baik pedagang maupun tukang sewa perahu sangat akur.

Mereka pun sangat menjaga kebersihan kawasan tersebut, bahkan penggunaan kemasan plastik dan tusuk lidi sangat dihindari. (esy/jpnn)


Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler