Menguak Konspirasi di Istana

Jumat, 20 November 2009 – 19:33 WIB
SAYA tiba-tiba terkenang HamletLakon sandiwara yang ditulis oleh William Shakespeare di sekitar tahun 1599-1601 itu adalah sebuah kisah tragedi yang getir

BACA JUGA: Sekuntum Mawar untuk Yudhoyono

Tapi cerita yang penuh konspirasi ini, mungkin, cocok dijadikan referensi atas berbagai kasus yang juga terjadi di Indonesia, meskipun cerita, motif dan tujuannya berbeda.

Jika pun konteksnya tidak kena, tidak pas, anggaplah sekadar cerita biasa untuk melipur lara, karena "penyalaan listrik bergilir" (bahasa lain dari pemadaman bergilir) belum juga tertanggulangi.

Syahdan, Pangeran Hamlet bermuram durja
Ayahnya baru meninggal dan pamannya Claudius naik tahta

BACA JUGA: Si Ketupat Maksi dan Mini

Pamannya juga menikahi ibu Hamlet, Gertrude
"Ganti tikar," kata orang Pesisir di Sibolga, pantai barat Sumatera Utara.

Pada suatu hari yang tak tercatat, beberapa teman Hamlet bersirobok bertemu arwah yang mengaku dirinya adalah ayah Hamlet

BACA JUGA: Lagu Baru untuk Hatta Rajasa

Ketika Hamlet juga mengalami peristiwa yang sama, ya, ia bersua roh ayahnya, ia diminta untuk membalas dendam karena Claudius telah membunuh ayahnya.

Tapi ini kan pelik? Membunuh adik kandung ayahnya sendiri? Entah inspirasi dari langit mana, Hamlet bersua ilhamIa berpura-pura gila untuk bisa menjebak Claudius.

Kepura-puraan sesunguhnya adalah teaterPara pelakon drama berpura-pura saja berkarakter seperti tokoh cerita yang dimainkannyaHanya di atas pangungUsai pentas, ia kembali menjadi dirinya sendiri.

Nah, Hamlet kemudian mengundang beberapa aktor untuk mementaskan cerita yang ia tulis sendiriAha, lakonnya pun adalah tentang seseorang yang membunuh raja dengan cara menuangkan racun di lubang telinganya.

Eh, ketika lakon itu dipanggungkan, Claudius yang ikut menonton merasa tersindirIa merasa melihat dirinya sendiriIa merasa sangat bersalah dan pergi sebelum pertunjukan berakhirSatu poin sudah di tangan Hamlet.

Bagai reserse kepolisian, sang pangeran menanyai ibunya, Gertrude, tentang kematian ayahnyaTapi Gertrude tidak mau berterus terangHamlet berangDan ketika melihat seseorang sedang bersembunyi di belakang tirai, ia spontan menusuknya dengan pedang.

Tak terduga-duga, ternyata orang itu adalah Polonius, penasehat ClaudiusPolonius meninggal, dan kedua anaknya Laertes dan Ophelia berkabungPadahal, Ophelia telah jatuh cinta pada Hamlet.

Waktu berlaluUntuk mendinginkan istana, Claudius mengirim Hamlet studi ke InggrisWalaupun niatnya licikYa, mengucilkan Hamlet dari Denmark.

Namun, Hamlet dan sahabat karibnya Horatio, kemudian kabur dari kapal yang membawanya ke Inggris dan kembali ke DenmarkKetibaan Hamlet persis pada saat melihat prosesi pemakaman Ophelia, gadis yang juga dicintainyaTapi, mengapa Ophelia mati?

***
Di tepi jurang, Ophelia termenung memikirkan beragam kerumitanMengapa Hamlet yang ia cintai, tega membunuh ayahnya, Polonius?

Saat itu, Gertrude lamat-lamat kian merapatMengendap-endap ia hampiri Ophelia dari belakangKala benar-benar sudah merapat, ia genggam kuat-kuat bahu Ophelia, dan astaga, dengan sekuat tenaganya tubuh perempuan itu ia tolakkan, hingga terjun ke dalam jurang.

Kisah yang penuh konpirasi ini sekaligus mirip opera sabunJika Polonius adalah kaki tangan Claudius, yang mati di ujung pisau Hamlet, sebaliknya putrinya, Ophelia yang mencintai Hamlet, sekaligus pemuas nafsu bagi ClaudiusIni tentu saja membuat Gertrude cemburu.

Terbukti ketika Ophelia hamil, Claudius tidak suka jika tahtanya goyah karena gosipIa berencana melenyapkan Ophelia, seperti halnya Gertrude yang dibakar api cemburu.

Namun karena otoritas informasi berada dalam genggaman Claudius, rakyat diberitahu bahwa Ophelia bunuh diri karena setengah gila ditinggal Hamlet yang sekolah ke Inggris.

***
Kembali ke cerita utama, Hamlet berduka menangisi kematian OpheliaTak kuat menyaksikan peristiwa itu, ia melompat ke dalam liang kubur OpheliaLaertes murkaIa ingin membalas kematian ayahnyaIa pun menantang Hamlet untuk duel pedang.

Sebelum duel, pedang Laertes telah diberi racun oleh ClaudiusAnggur Hamlet pun sudah diberi beberapa tetes racunPada kedua putaran pertama, Hamlet menang melawan Laertes dan Gertrude khilaf meminum anggur Hamlet yang beracun itu sedemikian senang hatinya.

Pada putaran terakhir, Hamlet terluka dengan pedang LaertesNamun ia kemudian bertukar pedang dan berhasil melukai Laertes juga.

Sebelum mati karena racun, Laertes mengaku telah bersekongkol dengan ClaudiusHamlet pun membunuh ClaudiusAkhirnya, baik Gertrude maupun Hamlet sendiri juga tewas karena racun yang sama.

***
Jika kisah dari kerajaan Denmark ini terjadi sekarang, dan kemudian sebuah tim pencari fakta dibentuk menyelidikinya, kita skeptis menunggu hasilnyaBukan apa-apaSemua tokoh cerita mati, sehingga mana mungkin melakukan konfirmasi, cek-ricek dan sejenisnya, dalam metode investigasi?

Seharusnya Shakespeare mengubah jalan cerita, sehingga ketika duel pedang antara Hamlet dan Laertes berkecamuk, roh Ophelia gelisah melihat jasadnya terbujur di dalam kuburanOphelia bangkit sehingga mendadak sontak gemericing pedang Hamlet dan Laertes berhenti.

Semua terkesiap ketika mendengar penuturan roh Ophelia, yang diselai isak tangis terbata-bata berkata bahwa ia tidak mati bunuh diri karena patah hatiMelainkan dijerumuskan oleh Gertrude ke dalam jurang, karena cemburu Claudius lebih terpesona kepada tubuhnya ketimbang tubuh istrinya"Aku dihamili Claudius, Hamlet!" jerit Ophelia.

Pengakuan itulah titik awal tersibaknya konspirasi di Istana Denmark ituLaertes terpaku mendengar testimoni adiknya ituIa pun mafhum mengapa Claudius memberi jabatan penting kepada dirinya, sehingga rela saja bersekongkol menyikirkan Hamlet.

Arkian, tatkala Claudius dan Gertrude yang mencoba melarikan diri setelah testimoni Opehelia, keduanya spontan dikejar-kejar rakyatMereka tertangkap dan diadili dalam sebuah mahkamah rakyat.

Saya merenung-renungkan, jika di awal cerita arwah ayah Hamlet muncul menceritakan tentang kebobrokan Claudius, maka di akhir cerita arwah Ophelia pula yang membuat kisah ini antiklimaks.

Arwah adalah sesuatu yang genuineMungkin, mirip hati nuraniPara pendosa tahu dialah yang bersalahTapi di depan publik, ia mengaku paling suci, paling bersih.

Memang, tidak ada lagi Oedipus yang mengusut pembunuhan Raja ThebesSehingga ketika step by step ia tahu bahwa dialah pembunuh Raja Thebes, dan kemudian menikahi ibunya sendiri, ia hukum dirinyaIa tusuk kedua bola matanya dengan peniti.

Lakon yang ditulis oleh Sophocles ribuan tahun dari (era) Yunani kuno ini, pernah dimainkan Rendra di Jakarta pada tahun 1987 silamSaya ingat, suara Oedipus yang parau dilakonkan oleh Rendra mengerang pahitIa tinggalkan istana dengan bola mata  berdarahIa tahu ia seorang pendosa(*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tidak Kesepian Sampai Kesepian


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler