Mengubah Komposisi Agar Lebih Efektif

Jumat, 25 November 2016 – 11:15 WIB
Timnas Indonesia saat sesi latihan. Foto: dokumen JPNN

jpnn.com - INDONESIA hendaknya belajar dari laga kontra Filipina. Transisi dari menyerang ke bertahan, menjadi koreksi, seperti ada ruang yang jauh antara lini belakang dan tengah setelah pemain melakukan penyerangan. 

Lilipaly yang memiliki tenaga kuda dan lebih mobile dari Evan, harusnya diberi kepercayaan, untuk menjadi katalis antara lini belakang dan tengah. 

BACA JUGA: Djanur Evaluasi Dua Pemainnya yang Bergabung di Timnas

Meski memiliki mental cenderung menyerang, Lilipaly juga dibutuhkan untuk menutup ruang di lini tengah. 

Biarkan, Evan Dimas yang beroperasi di tengah hanya untuk menganggu dan melakukan passing matang ke depan secara ketenangan, Evan Dimas terlihat berada di atas sosok Lilipaly. 

BACA JUGA: Pilar PSM asal Brasil Ini sudah Pulih

Dia mampu memberikan umpan terobosan dan memulai serangan dengan baik.

Di satu sisi, pemain sayap harus bisa dan kuat turun ke bawah untuk membantu merusak serangan lawan, tidak membiarkannya saja sampai  di samping kotak penalti, seperti laga kontra Filipina dan Thailand. 

BACA JUGA: Ingin Juara, Persipura Harus Lewati Dulu Tim Kuat Ini

Melihat strategi Singapura, Riedl bisa saja mencoba kombinasi Ferdinan Sinaga dimainkan, dan juga Bayu Gatra. Itu untuk menjaga stamina pemain seperti Andi Vermansah dan Lerby Elyandri atau Boaz Salossa agar lebih fresh saat dimainkan sebagai pemain pengganti. 

Ferdinan sempat membuktikan, dia lebih baik dari Zulham Zamrun. Saat melawan Filipina, pemain PSM Makassar itu sempat menciptakan dua peluang matang, meski bisa ditangkal oleh kiper Roland Muller. 

Bandingkan dengan Zulham yang melakukan beberapa kesalahan saat menyerang. 

Di belakang, Riedl ternyata masih kukuh sampai saat ini mempertahankan Kurnia Meiga. Saat latihan itu juga terlihat. Andritany Ardhyasa sepertinya bakal tak dimainkan lagi. 

Fachrudin Aryanto akan menjadi bek andalan, sementara tandemnya di tengah adalah Yanto basna. 

Sejatinya, sebagai pelatih saat pemain melakukan kesalahan dan tampak tak maksimal, harus berani mencoba memainkan komposisi lain. 

Dua Persija Andritany dan bek Gunawan Dwi Cahyo sejauh ini memang tak pernah dimanfaatkan oleh Riedl. Padahal, kedua pemain ini bisa menjadi jaminan tak adanya miskomunikasi, seperti yang dilakukan oleh Basna di dua laga sebelumnya. 

Dibanding Yanto dan Kurnia Meiga, Gunawan dan Andritany diyakini tak akan bermasalah dalam komunikasi menjaga pertahanan. Secara postur Gunawan juga pemain belakang yang paling tinggi di Timnas saat ini, dengan 185 cm, bandingkan dengan Basna yang hanya 182 cm.

Membongkar Dengan Permainan Kombinasi

Membongkar permainan SIngapura di lini pertahanan tak perlu melalui bola atas karena akan percuma, sebab pemain belakang tim negeri Singa yang juga tinggi-tinggi. 

Untuk itu, permainan kombinasi di lini depan, harus ditingkatkan. Umpan 1-2 dan chip terobosan perlu dilakukan, karena dengan kecepatan pemain dan postur yang tak terlalu besar, Singapura akan mudah melakukan pelanggaran di area berbahaya. 

Ini memungkinkan, karena wasit yang memimpin, juga ringan tiup, alias sedkit-sedikit pelanggaran.

Yang kedua, memberikan kepercayaan pemain-pemain sayap yang biasanya bertugas menusuk masuk ke dalam kotak penalti untuk lebih berani melepaskan sepakan langsung, tujuannya agar mendapat bola rebound. 

Upaya ini sempat efektif saat berjumpa Filipina.

Masih ingat bagaimana proses gol kedua terjadi, didapatkan dari skema begini. Sepakan rebound Andik, mampu dituntaskan Boaz.

Melawan Singapura yang menumpuk pemain di dalam kotak penalti, maka perlu ada keberanian mengubah taktik-strategi dan meningkatkan intensitas shooting untuk menciptakan kemelut di depan gawang. (dkk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Arema Janji Guyurkan Bonus Jika Menang di Lima Laga Terakhir


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler