Mengunjungi Mesir, Negeri dengan Banyak Situs Spektakuler (1)

Tari Darwish Berpadu Tari Perut di Sungai Nil

Kamis, 05 Februari 2009 – 06:26 WIB
Foto: Kardono Setyo/JAWA POS

Memiliki banyak situs yang memesona dunia, Mesir adalah negeri yang menjadikan pariwisata sebagai salah andalan meraih devisaTahun lalu lebih dari 10 juta turis yang berkunjung ke sana

BACA JUGA: Para Perempuan Penerima Takhta Industri Kecantikan Nasional (2-Habis)

Bagaimana mereka mengemas industri pariwisatanya?

KARDONO SETYO, Kairo

KAPAL pesiar MS Aquarium yang kami tumpangi berjalan perlahan menyusuri Sungai Nil yang membelah Kota Kairo
Berangkat sekitar pukul 19.30, dari dek kapal bangunan-bangunan bertingkat modern di tepi sungai itu terlihat indah

BACA JUGA: Para Perempuan Penerima Takhta Industri Kecantikan Nasional (1)

Beraneka lampunya memantulkan bayangan di sungai terpanjang di dunia itu (6.650 kilometer).

Suasana di kabin kapal tak kalah meriah
Malam itu, lebih dari setengah jam Fauzi, sang penari di kapal, harus memutar tubuhnya

BACA JUGA: Kehidupan Warga Palestina di Jalur Gaza Pascaperang

Rok lebar berangka kayu seberat 40 kilogram berbentuk lingkaran itu seolah bernyawaAwalnya memang perlahanBertumpu pada kaki kanan, dia terus berputarBahkan, dalam kecepatan tinggi.

Fauzi kemudian mengangkat satu sisi rok berbentuk lingkaran ke atasPemandangan yang tersaji mengundang decak kagumSeperti manusia yang berputar di antara dua kepungan jamur raksasaPenonton yang kebanyakan turis dari Jepang pun bertepuk tangan.

Tari At-tanoura (tarian darwish) berputar memang memesonaMelalui gerakannya, Fauzi bercerita tentang perjalanan hidup Maulana Jalaluddin Rumi, sufi besar Turki abad ke-13 yang juga pendiri ordo darwish berputar.

Memulai gerakan memutarnya dengan perlahan, Fauzi bercerita mengenai Rumi yang mula-mula "hanya" seorang ahli hukum fikih di KonyaFauzi mulai bergerak cepat ketika Rumi bertemu Syams'i Tabriz, seorang mistikus pengembara yang kemudian menjadi "kekasih spiritualnya".

Dengan indahnya Fauzi menggambarkan saat-saat berkembangnya Rumi menjadi mistikus dengan berputar seraya membawa empat rebana sekaligusDengan masih berputar pula, Fauzi memainkan rebana itu seperti sedang trance.

Berpuisi dan menari, itulah hari-hari Jalaluddin Rumi ketika menjadi mistikusFauzi kemudian terus berputar lebih cepat, lebih cepat, dengan tangan dan kepala menengadah seperti berdoa, dan dengan sebuah sentakan keras dan irama musik mengentak, Fauzi tiba-tiba berhentiPenonton juga tersentakSeperti ikut naik mobil kecepatan tinggi tiba-tiba mobil direm mendadak.

Setelah menari itu, peluh membasahi sekujur tubuh FauziMeski berputar lebih dari setengah jam, kesimbangannya tak terlihat goyah''Kuncinya ada pada poros kakiDengan berputar tepat, kepala dan kaki membentuk satu poros, maka tidak akan pusing,'' ucap Fauzi kepada Jawa Pos ketika ditemui usai pentas.

''Juga jangan sering-sering berkedip bila menariNanti tambah pusing,'' tambahnya membuka sebagian rahasia bagaimana teknik menari darwish yang baik.

Pertunjukan live show menyusuri Sungai Nil belum berakhirYang membuat geleng-geleng kepala, usai tari sufi yang begitu mistis dan menggugah spiritual, pertunjukan selanjutnya malam itu adalah raqsah syarqiyyahArti harafiahnya adalah "tari timur", namun nama populernya adalah tari perut.

Seorang penari bertubuh sintal dengan pakaian minim keluarDiiringi musik gambus yang mendayu, wanita itu kemudian menggoyangkan bagian perutnyaMeski masih kalah seronok dibanding goyang ngebor atau sederet goyang lain di Indonesia, tari perut adalah tarian yang mengandalkan sensualitas.

Sang penari pun mendatangi penonton dan berharap dapat saweran alias tipSaya tak habis mengerti, mengapa tari sufi yang suci dan agung disandingkan head to head dengan tari perut''Siapa namanya?'' bisik saya ke Ahmad, pemain seruling yang kebetulan duduk dekat saya.

''RandaDia sudah jandaMengapa, tertarik?'' goda AhmadSaya menggeleng dan kemudian tertawa dalam hati mengingat namanya cocok dengan statusnyaSebab, kalau di Jawa, kata rondo artinya wanita yang sudah janda.

Sejak zaman Fir'aun ribuan tahun lalu, Sungai Nil selalu membawa berkah kepada warga yang menghuni sekitarnyaKapal pesiar itu menjadi salah satu contohnyaDengan tiket seharga 100 pound Mesir (sekitar Rp 200 ribu), perjalanan menyusuri sungai sepanjang 10 kilometer dalam waktu dua jam itu tergolong mahalFasilitas yang didapat hanya makan malam ala kadarnya dan itu tadi, live show dua sajian tarian "batin" yang berbeda arah tersebut.

Namun, kapal berkapasitas 200 penumpang itu tak pernah sepiPaling sepi, dua per tiga kursinya selalu terisi''Bahkan, harus reservasi dulu sehari sebelumnya bila pada puncak musim liburan,'' kata staf bidang penerangan sosial budaya KBRI Mesir Amir Syarif.

Padahal, ada tujuh kapal yang melayani pesiar di Sungai Nil tersebutSetiap hari kapal itu membuka dua kali pelayaranYang pertama pukul 19.30 hingga pukul 21.30Sedangkan "kloter" berikutnya pukul 22.00 hingga pukul 24.00Karena hanya berlayar malam hari, konsep hiburan yang diterapkan di kabin kapal memang bersifat "hiburan malam".

Bagi pelancong yang berkantong tipis, masih ada alternatifMereka bisa memilih puluhan kapal kecil yang mau melayani pelayaran selama satu jam dengan tarih 20 pound (sekitar Rp 40 ribu) per orang.

Meski relatif mahal, kapal-kapal pesiar itu selalu menjadi jujukan para turisNamun, yang terbanyak tentu saja turis asingSenin (2/2) lalu, saat saya naik kapal tersebut, yang dominan adalah rombongan turis dari JepangMereka menyewa satu lantai khusus di kapal tiga tingkat itu (lantai dua untuk ruang makan dan pertunjukan, sedangkan lantai paling atas adalah dek).

Menurut penuturan seorang staf lokal KBRI, banyak pejabat Indonesia yang saat berkunjung ke Kairo mem-booking kapal tersebutSeperti pada 2004, seorang menteri membawa rombongan pengusaha dan mem-booking satu kapal.

''Sebagai tambahan, kalau live show sehari-hari hanya seorang penari, khusus malam itu langsung tiga penariSangat meriah suasananya,'' kata staf lokal yang menolak disebutkan namanya.

Bagi warga Kota Kairo, kawasan sekitar Sungai Nil juga menjadi tempat favorit untuk melepas lelahSeperti Jalan Garden Hill yang setiap hari menjadi tongkrongan anak mudaAda yang berfoto-foto di patung singa jembatan Dokki (baca: Do'i, Red)Banyak juga yang sekadar melewatkan malam di sepanjang pinggiran sungai.

Dengan penerangan yang temaram, pinggiran Sungai Nil memang tampak romantisMemang tak ada kafe seperti di negara-negara majuTapi, banyak penjual teh atau kopi "gendong"Mereka hanya bermodalkan setermos air panas dan teh celupUntuk seteguk teh harganya satu pound, sementara untuk kopi satu setengah pound.

Meski Mesir agak sekuler, tetap saja ada semacam polisi dari unit susila yang selalu berjaga dan mondar-mandirTujuannya memastikan pasangan-pasangan yang ada di sana tidak kebablasan memadu kasih di muka umum.

Penjagaan makin diperketat (terutama di jembatan Dokki) pada saat Juni-JuliBahkan, melibatkan tentara''Tepat pada saat pengumuman hasil ujian sekolah,'' kata Amir Syarif.

Takut ada remaja yang kebablasan merayakan kelulusan? Ternyata bukanTapi, karena tiap tahun selalu ada siswa bunuh diri dengan terjun dari jembatan Dokki ke Sungai NilJumlahnya pun tak main-mainLebih dari 10 kasus tiap tahunMereka umumnya para pelajar yang nilai hasil akhir ujiannya jelek''Di Mesir, nilai jelek saat kelas tiga SMA berarti tak bisa kuliah,'' kata Amir(bersambung)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ikon-Ikon Seni Jogja setelah sang Maestro Berpulang (3-Habis)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler