Ketika satu per satu anaknya ''berguguran'' saat dikader menjadi penerus, Mooryati Soedibyo sempat berpikir regenerasi di Mustika Ratu tidak harus dari darah daging sendiriNamun, anak kedua, Putri K
BACA JUGA: Kehidupan Warga Palestina di Jalur Gaza Pascaperang
Wardhani, yang digembleng dari bawah ternyata mampu bertahan di perusahaan.AGUS WIRAWAN, Jakarta
PUTRI mengenang sang ibu, Mooryati Soedibyo, sebagai sosok wanita yang perhatian kepada anak-anaknya
BACA JUGA: Ikon-Ikon Seni Jogja setelah sang Maestro Berpulang (3-Habis)
Dia tidak pernah membeda-bedakan anak-anaknya yang bekerja di Mustika Ratu dengan karyawan lainnya.Dia memberi contoh, selepas kuliah S-1 pada 1985, dirinya ''melamar'' bekerja di Mustika Ratu
BACA JUGA: Ikon-Ikon Seni Jogja setelah sang Maestro Berpulang (2)
Saat itu, dia harus mengawali karir mulai bawah sebagai ''marketing trainee''.Putri pun harus patuh pada tugas-tugas harian yang dibebankan manajemen profesional di atasnyaTidak ada keistimewaan apa pun, meski sebetulnya Putri anak pemilik perusahaan.
Setelah sekian lama bekerja, keinginan untuk sekolah kembali menggebuDia lalu melanjutkan studi di National University, Inglewood, California, AmerikaSetelah meraih gelar master of business administration (MBA) pada 1990, dia kembali ke tanah airSeperti sebelumnya, dia kembali ingin mengabdi ke perusahaan ibunya.
Sama dengan sikapnya terdahulu, meski Putri sudah dapat embel-embel MBA, Bu Moor tetap minta sang anak menunjukkan kemampuan lewat ''kerja'' duluMaka, wanita yang kini berusia 49 tahun itu tetap diterima sebagai karyawan magang biasa dengan status ''management trainee''.
Baru dua tahun setelah menunjukkan kesungguhannya bekerja, Putri diangkat menjadi manajerNamun, sejauh ingatannya, Putri mengaku baru mulai diajak sharing tentang perusahaan oleh sang ibu sejak 1995 ketika dirinya sudah menjadi anggota direksi.
Sebab, baru sejak saat itulah Mooryati mulai mengajak bicara tentang bagaimana membangun usaha, ide-ide yang dibutuhkan, serta apa yang harus dilakukan saat menghadapi kegagalan serta kesuksesan, dan lain-lain.
''Jadi, baru saat itulah Ibu mulai mempersiapkan saya dengan cermat, setelah bertahun-tahun saya dicuekin,'' ungkap Putri kepada Jawa Pos.
Meski saat itu dia sudah 10 tahun bergabung dengan perusahaan, lanjut Putri, ibunya menganggap belum cukup bagi dirinya siap menerima semuanyaNamun, dia merasa saat kali pertama ibunya mengajak berbicara masalah perusahaan, timing-nya memang sangat tepatPutri benar-benar merasakan proses regenerasi tersebut.
''Ibu rupanya tahu bahwa kematangan dan pola pikir saya saat itu sudah berkembangDan sejak itu pula saya makin mengerti betapa pemikiran-pemikiran Ibu sangat dalam dan jauh ke depan,'' jelasnya.
Dia mengaku tidak ada persiapan khusus untuk menjadi pengganti MooryatiBahkan, kepada semua anaknya, Bu Moor memberi kesempatan yang samaTidak ada pilih kasih''Semua berjalan alamiItu semua terserah minat kami masing-masingSemua putra-putri Bu Moor pernah, walaupun sebentar, mengecap pengalaman kerja di Mustika Ratu,'' ujar anak kedua di antara empat bersaudara tersebut.
Tiga saudara Putri yang lain juga pernah mencoba bekerja di Mustika RatuTapi, mereka ''menyerah'' setelah tiga-empat tahun bergabungDewi Nurhandayani, anak ketiga, akhirnya memilih menjadi ibu rumah tanggaHaryo Tejo Baskoro, anak keempat, memilih menjadi anggota komisaris perusahaan.
Begitu pula anak pertama, Ir Djoko Ramiadji MSc, hanya bertahan setahun bergabung ke Mustika RatuSebagai insinyur, Djoko merasa bekerja di perusahaan kosmetik milik ibunya kurang pas.
Dia akhirnya memilih mundur dan membuka usaha sendiri sesuai minat serta latar belakang pendidikannya''Itu semua memang harus panggilan jiwaTidak ada yang dipaksakanKalau kita cinta pekerjaan ini, bekerja juga akan lebih enjoy,'' terangnya.
Menurut Putri, manajemen perusahaan bisa saja diserahkan kepada profesional atau orang luar jika generasi penerus dalam keluarga tidak ada yang berminat atau tidak mampu meneruskan''Sebagai pemegang saham, bisa saja keluarga hanya duduk di komisaris,'' ucapnya.
Dia pun mengaku awalnya hanya coba-coba apakah dirinya mempunyai panggilan jiwa sebagai entrepreneur seperti sang ibu yang kini berusia 82 tahun itu''Ternyata, kecintaan saya tumbuhTantangan yang ada justru membuat otak saya terasah,'' tegasnya.
Dengan kerja keras dan jenjang karir yang prosedural, Putri akhirnya menjabat vice president director pada 1998Empat tahun kemudian (2002), dia mulai melaksanakan tugas sebagai CEO (chief executive officer) perusahaan sejak enam tahun lalu.
Menurut Putri, memang ada perbedaan dari sisi pengelolaan bisnis sejak Mustika Ratu berada di kendali tangannya dibanding masa lalu''Dulu mungkin lebih ke production driven, sekarang lebih ke market driven,'' jelasnya.
Namun, lanjut dia, ada persamaan antara manajemen Mooryati dengan dirinyaYakni, sama-sama menjalankan asas kebersamaan dan kekeluargaan''Perbedaannya, mungkin saya lebih tajam dan to the point dalam menganalisis sebuah proyek atau hasil kerjaMungkin karena latar belakang pendidikan keuangan saya yang turut memengaruhi cara berpikir,'' ujarnya.
Selain sibuk sebagai CEO Mustika Ratu, Putri disibukkan oleh segudang aktivitas di luar kantorSaat ini, dia tercatat menjadi wakil ketua Komite Tetap Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Industri Obat Tradisional.
Dia juga duduk sebagai ketua II Bidang Industri, Perdagangan, Usaha Kecil Menengah (UKM), Koperasi, Jamu Gendong/Jamu Penyedu di DPP Gabungan Pengusaha Jamu (GP Jamu) periode 2007-2011Dalam organisasi Perkosmi (Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia), Putri menjabat ketua III Bidang Perdagangan sejak 2007.
Tentang Mustika Ratu, dia mengaku kondisinya masih baik, meski ada krisis globalTahun lalu, misalnya, omzet penjualan Mustika Ratu tumbuh 25 persenDia berharap pemerintah bisa melakukan pengamanan untuk industri domestik''Mustika Ratu masih menargetkan penjualan meningkat 32 persen tahun ini,'' terangnya.
Putri menegaskan bahwa Mustika Ratu tetap akan menjadi penyandang dana terbesar Yayasan Puteri IndonesiaNamun, dia mengingatkan bahwa Mustika Ratu bukanlah pemegang waralaba (franchise) Puteri Indonesia.
Program pemilihan ratu kecantikan Indonesia itu hanyalah salah satu program CSR (corporate social responsibility) Mustika Ratu''Alasannya, selama ini kami mendapat banyak dukungan dari konsumen kami, para wanita Indonesia,'' tuturnya.
Nama Putri memang belum setenar ibundanya yang bernama lengkap Dr BRA Mooryati SoedibyoMeski tampuk kepemimpinan perusahaan dipegang sang anak sejak 2002, bayang-bayang nama besar Mooryati sulit dipisahkan dari Mustika Ratu.
Sulitnya proses suksesi dalam sebuah perusahaan keluarga pernah dipaparkan Mooryati dalam disertasi S-3 di Universitas IndonesiaWanita yang meraih gelar doktor pada usia 79 tahun tersebut menulis tentang sulitnya perusahaan keluarga yang bertahan hingga ke generasi kedua dan selanjutnya.
Menurut dia, suksesi memang perlu dipersiapkan dengan baikUntuk itu, semua anaknya harus melalui tahap-tahap karir layaknya karyawan biasaDia tidak mau asal-asalan mencari penerus karena nasib ribuan karyawan serta masa depan perusahaan berada di tangannya.
''Tantangan, persaingan, masalah, dan perubahan lingkungan pada era generasi penerus akan lebih kompleks dengan turbulensi serta ketidakpastian yang lebih besar,'' ungkapnya.
Dia tidak mau salah langkah, sehingga usahanya yang dirintis sejak 1973 itu berakhir begitu sajaBu Moor bersyukur, satu hektare tanah di Ciracas, Bogor, yang dibeli dari tabungan hasil berjualan jamu kini menjadi perusahaan modern Mustika Ratu.
Pabrik itulah yang kini melahirkan sejumlah anak perusahaanDi antaranya, Taman Sari Royal Heritage Spa, PT Mustika Ratu Centre, PT Mustika Princess Hotel, PT Mustika Ratu, Sdn, Bhd, PT Mustika Ratu Buana International, dan PT Mustika Ratu Investama.
''Di Mustika Ratu, posisi saya ibarat sesepuh sajaHampir semua keputusan penting sudah ada di tangan PutriSaya tinggal tut wuri handayani, kalau-kalau dia masih membutuhkan pertimbangan dari saya,'' ujar Mooryati kepada Jawa Pos(el)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ikon-Ikon Seni Jogja setelah sang Maestro Berpulang (1)
Redaktur : Tim Redaksi