Wulan Tilaar punya beban tak ringan untuk menjadi generasi kedua yang akan memimpin Martha Tilaar GroupTerutama meneruskan prestasi sang ibu yang membuat bisnis keluarga itu menjadi sebuah korporasi raksasa.
AGUS WIRAWAN, Jakarta
USAHA yang diawali dari sebuah salon kecantikan kecil di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, itu sudah makin meraksasa
BACA JUGA: Para Perempuan Penerima Takhta Industri Kecantikan Nasional (1)
Martha Tilaar Group (MTG) kini menaungi 11 anak perusahaan yang mempekerjakan sekitar 5.000 karyawanDitemui Jawa Pos di gedung Graha Irama, Kuningan, tempat salon kecantikan Martha Tilaar bersejarah berdiri, Martha Tilaar mengakui berbagai urusan bisnis yang dihadapi sekarang ini tidak sesimpel ketika dia memulai bisnis dulu.
Kondisi inilah yang membuat anak ketiganya, Wulan Tilaar, kini lebih sering tampil ke publik mewakili MTG
BACA JUGA: Kehidupan Warga Palestina di Jalur Gaza Pascaperang
Wanita pendiri MTG yang kini berusia 71 tahun itu memberikan komentar pendek tentang sosok Wulan sebagai calon pemimpin MTG mendatang, "Wulan adalah sosok perempuan inovatif dan memiliki pergaulan luasSeperti Wulan, anak-anak Martha Tilaar yang lain saat bergabung ke perusahaan ibunya juga harus mengawali karir dari bawah
BACA JUGA: Ikon-Ikon Seni Jogja setelah sang Maestro Berpulang (3-Habis)
Martha memang tidak mau anak-anaknya langsung memperoleh posisi empukMereka harus bekerja dari bawah, mulai sebagai staf biasa."Saya tidak mau mereka menjadi pemimpin yang instanTerserah nanti mereka mau jadi apa, tapi yang penting mereka mau bekerja kerasSemuanya harus mulai dari bawah," ujar Martha dengan suara lirih.
Putra pertama, Bryan Emil Tilaar, misalnya, memulai karir sebagai management trainee di Martina Berto, salah satu perusahaan di MTGBryan saat ini sudah menduduki posisi anggota board of director Commercial Division Martha Tilaar GroupPutri kedua, Pinkan Tilaar, memilih terjun ke dunia pendidikan, yakni sebagai manajer sekolah kecantikan Puspita Martha International BeautyAnak keempat (adik Wulan), Kilala Tilaar, yang juga memulai dari bawah kini menjadi deputy marketing director.
Bagi Wulan Tilaar sendiri, "peralihan" generasi kepemimpinan di MTG yang sedang dalam proses itu adalah wujud tanggung jawab keluargaUntuk itu, dia tak segan-segan belajar dari berbagai seminar dan pelatihan, baik di dalam maupun di luar negeri"Mungkin kualitas pendidikan saya lebih bagus dibanding generasi lamaTapi, saya akui masih harus banyak belajar dari Ibu," ujarnya merendah.
Lulus dari SMA Santa Theresia, Jakarta, Wulan langsung melanjutkan kuliah ke jurusan desain grafis di College of Mount StJoseph di Cincinnati, Ohio, AmerikaLulus dari sana, Wulan lalu melanjutkan kuliah S-2 di bidang Komunikasi Massa dan Advertising di Boston University.
Saat kembali ke tanah air itulah, Wulan kemudian bergabung dengan perusahaan ibunya"Pertama saya masuk di Martina BertoTapi, di divisi art and design," ungkapnya.
Karena cakupannya terlalu luas, Wulan yang kini berusia 31 tahun memilih masuk divisi yang lebih kecil, yaitu Martha Tilaar Beauty GalleryDivisi ini membawahi beberapa anak usaha lain, seperti Martha Tilaar Salon & Day Spa, Cipta Busana Martha Tilaar, dan Art & Beauty Martha Tilaar"Saya ingin lebih fokusSaya mau belajar di lapangan," katanya.
Wulan memilih jalan yang berjenjang untuk menggantikan ibunyaSebab, dengan melewati setiap tanggung jawab mulai yang kecil, dia akan siap jika sewaktu-waktu diberi tugas yang beratMeski demikian, Wulan mengaku sulit untuk menjadi seperti ibunya
"Martha Tilaar adalah superwomen, pekerja keras, dan sangat uletSaya belum sampai ke situTapi, memang saya banyak belajar dari IbuMisalnya Ibu bicara apa, saya lihat, dan saya dengarkan jawabannya," tambahnya.
Sejak dipegang Wulan, salon Martha Tilaar banyak berubah, meski tidak lepas dari unsur tradisionalDia berusaha membuat fasilitas di salon lebih lengkapMisalnya, lebih banyak memakai bahan baku alami, seperti buah-buahan, tanaman hingga telur ikan"Itu kan tidak melenceng jauh dari konsep Martha TilaarSaya cuma menambahkan menu-menu yang bersifat naturalNatural kan masih scope Martha Tilaar juga," lanjutnya.
Wulan tidak mau hanya terpaku pada konsep salon yang tradisionalDia juga bereksperimen dengan mengikuti tren kecantikan duniaBeberapa waktu lalu, mencoba tren mandi cokelat, mandi kopi, atau buah berry yang umum digunakan sebagai antioksidan.
"Apalagi di Surabaya atau Jakarta yang banyak polusiAda juga tren facial caviar, sekarang ini kita juga lagi promosikan gold treatment facial," kata deputy general manager PT Martha Beauty Gallery itu.
Wulan mengakui, sampai sekarang sang ibu memang masih aktif di MTG"Tetapi untuk even-even besar, saya yang banyak terlibat," katanya
Dia tidak mau menjadi pemimpin karbitan yang tiba-tiba muncul tanpa pengalamanKarena itu, saat ini Wulan juga aktif sebagai narasumber di berbagai seminar kecantikan, jadi juri di berbagai even nasional, hingga menjadi pengasuh rubrik kecantikan di salah satu media internet.
"Di salon, saya jadi tahu handuk tidak keringKalau tamu tidak masuk atau tamu sudah datang tapi terapisnya belum datang, saya jadi tahu bagaimana rasanya," kata Wulan
Saat kali pertama bekerja di salon dua tahun lalu, Wulan menilai salon Martha Tilaar masih sangat identik dengan sanggulSaat itu yang datang hanya orang-orang tua yang ingin mengubah penampilan menjadi lebih elegan, meski tetap bercita rasa tradisionalDi mata dia, kesan seperti itu tidak boleh dibiarkan"Salon Martha Tilaar harus bisa menjadi milik semua zamanBukan saja orang tua, tapi juga orang muda," katanya.
Di bawah kepemimpinannya, Wulan ingin menarik lebih banyak pelanggan baru yang lebih muda"Pelanggan loyal tetap harus kita maintenance (pelihara)Tapi, yang baru juga harus datang," ujar ibu dua anak itu(el)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ikon-Ikon Seni Jogja setelah sang Maestro Berpulang (2)
Redaktur : Tim Redaksi