Mengunjungi Penderita Kusta yang Mengucilkan Diri

Malu dengan Tetangga, Dibawa Keluarga Tinggal di Tengah Tambak

Minggu, 04 Agustus 2013 – 15:51 WIB

jpnn.com - MS (inisial), 45, merupakan seorang di antara sekian penderita kusta yang memilih untuk mengucilkan diri. Bukan hanya MS, orang tua maupun keluarganya juga harus pergi meninggalkan rumah mereka dan saat ini hidup di tengah tambak garam yang jauh dari perkampungan. Bagaimana kondisi keluarga tersebut?

DIAN EKAWATI, Bangkalan

BACA JUGA: Ranomi Kromowidjojo, Ratu Renang Belanda Keturunan Jawa

RUMAH kecil itu berada di tengah-tengah tambak garam. Panas matahari yang membakar kawasan tambak semakin menegaskan kesan kerontang di sekitar rumah berdinding tripleks tersebut. Di rumah itulah, keluarga Mang Bunali tinggal. Lokasi tambak tersebut berada di Kampung Binteng Laok Desa Tengket, Kecamatan Arosbaya, Bangkalan.

Kakek yang berusia sekitar 70 tahun itu adalah ayah kandung MS. Bunali pun menuturkan, semula keluarganya tinggal di Desa Bumilap, Kecamatan Sepuluh. Namun, pada 1990, dia melihat keanehan pada tubuh anaknya, MS.

BACA JUGA: Tak Malu Sebut Diri Bang Toyib, Hanya Sempat Tidur Ayam

Saat itu, bercak putih mulai muncul di kulit MS. Bahkan, kedua tangan anaknya mulai bengkok. Lantaran tidak ingin malu atau dikucilkan tetangga, Bunali lantas membawa keluarganya pindah dan membangun rumah di tengah tambak.

"Kami sudah periksa (memeriksakan MS). Tetapi, bukan di Puskesmas Arosbaya. Kami periksa di Puskesmas Tongguh lebih dari setahun lalu," kata Bunali saat ditanya sejak kapan dirinya tahu bahwa MS menderita kusta.

BACA JUGA: Khawatir Bocorkan Rahasia, Urung Foto Bareng sang Aktor

Sayangnya, meski bersedia menerima kedatangan Jawa Pos Radar Madura, MS kemarin tidak mau mengucapkan sepatah kata pun. Dia memang pemurung dan suka mengucilkan diri. Bukan hanya kepada orang lain, tetapi juga kepada keluarga sendiri.

Maryamah, seorang kerabat keluarga tersebut, membenarkan bahwa selama ini MS lebih banyak berdiam di rumah. "Dia (MS, Red) tidak pernah mau bermain ke rumah kerabat. Keluarga yang lain selalu menyapa dan suka berkumpul, tetapi dia lebih suka berada di rumah," tuturnya.

Bahkan, kalau keluar rumah, MS selalu memakai topi. Padahal, kerabat atau siapa pun tidak pernah mengucilkan keluarga Bunali maupun MS. "Kami selalu baik dengan mereka. Tidak pernah membedakan," ujar Maryamah.

Penyakit kusta disebabkan bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit itu mudah menyebar lewat saluran lendir hidung, tanah, dan bahkan udara. Serangan kuman yang berbentuk batang tersebut biasanya menyerang kulit, saraf, mata, selaput lendir hidung, otot, tulang, dan buah zakar.

Penyakit kusta akan makin terlihat ketika penderita keluar saat siang. Di bawah sengatan matahari, bakteri itu lebih mudah berkembang biak dan menyebar ke bagian lesi (jaringan) kulit yang lain.

Data Dinas Kesehatan Kabupaten Bangkalan mencatat, sedikitnya terdapat 393 orang di wilayah tersebut yang menjalani pengobatan kusta. Jumlah itu sesuai dengan data pada 2012. Tahun ini penderita yang masih melakukan pengobatan berjumlah 113 orang. Jumlah tersebut terhitung hingga Juni lalu.

Tempat tinggal MS saat ini berada di bawah wilayah kerja Puskesmas Arosbaya. Tetapi, pihak puskesmas justru tidak menemukan data tentang dia.

Dendy, petugas Puskesmas Arosbaya yang menangani kasus kusta, menyebutkan bahwa terdapat sembilan penderita di tempatnya. Tujuh pasien di antaranya berasal dari luar Arosbaya. Dua warga Arosbaya yang ditangani puskesmas itu berasal dari Desa Glaga dan bukan Desa Tongket, tempat MS mengucilkan diri. (*/fei/jpnn/c14/dwi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lahirkan 35 Dai, Tiga Qari, Empat Hafidz


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler