Menhub: Kalau Pelindo II Tidak Jalan, Kita Sendiri yang Mengelola

Minggu, 27 Agustus 2017 – 03:45 WIB
Menhub Budi Karya Sumadi. Foto Yessy Artada/jpnn.com

jpnn.com, PALEMBANG - Menteri Perhubungan (Menhub) RI, Budi Karya Sumadi juga menaruh perhatian pada pembangunan infrastruktur lain, selain LRT di Palembang, Sumsel.

Dia bersama rombongan terlihat meninjau pelabuhan penumpang Tanjung Api-Api (TAA) dan rencana pelabuhan peti kemas, kemarin (26/8).

BACA JUGA: Uji Coba LRT Palembang akan Digelar Februari 2018

Naik helikopter, Menhub didampingi Sekretaris Daerah (Sekda) Sumsel Nasrun Umar dan Project Management Unit (PMU) KEK TAA, Regina Ariyanti, tiba di sana sekitar pukul 14.00 WIB.

Lalu, rombongan naik mobil menuju ke pelabuhan penumpang TAA. Di sana, Menhub langsung memimpin rapat tertutup dengan jajaran Dishub provinsi dan kabupaten/kota. Tak lama, hanya sekitar 15 menit.

BACA JUGA: Kumat, Anak yang Diduga Alami Gangguan Jiwa Itu Bacok Ayahnya

Usai rapat, Budi mengungkap kalau pengembangan KEK TAA termasuk pelabuhan peti kemas belum terlalu menggembirakan. “Selama ini ibarat telor dan ayam, mana yang mau duluan. Tunggu investor atau mau investasi dulu,” ucapnya.

Menurutnya, dibutuhkan keberanian dari pemerintah daerah untuk menanamkan investasi di sana. Salah satu yang bisa dilakukan, membangun pelabuhan laut di Tanjung Carat yang perairannya cukup dalam.

BACA JUGA: Tentang Taksi Online, Kemenhub Diminta Segera Membuat Peraturan Baru

“Kalau di TAA, tidak terlalu dalam, hanya sekitar 4-5 meter. Apa bedanya dengan Boom Baru kalau begitu. Kapal-kapal besar jelas tidak dapat masuk. Yang bisa masuk hanya kapal kecil saja,” tutur Budi.

Dalam rapat itu pun dibahas dua alternatif. Tetap membangun pelabuhan laut di kawasan TAA, dengan syarat harus dikeruk secara berkala agar kedalaman alurnya tetap 10 meter. Kemungkinan, investor akan melakukan reklamasi untuk menambah kedalaman.

Dia mengibaratkan kedalaman alur kapal seperti halnya jalan. Orang akan malas lewat kalau jalannya becek dan berlumpur.

Begitu pula kalau alur dangkal, kapal tidak bisa lewat. Seandainya draft kedalaman mencapai 10 meter, Budi yakin akan banyak investor yang berminat untuk berinvestasi.

Alternatif kedua, membangun pelabuhan di Tanjung Carat di muara, yang berjarak 6 km dari rencana lokasi dermaga peti kemas di TAA. Dalam hal ini, dirinya mengaku sudah menugaskan PT Pelindo II dan PT Sriwijaya Mandiri Sumsel (SMS) selaku pengelola KEK untuk membahasnya.

“Maunya kita, keduanya bisa berinvestasi sehingga tak tergantung lagi dengan APBN,” jelasnya.

Kata Menhub, dia telah meminta Pelindo segera menyelesaikan feasilibity study (FS).

Soal komoditas yang bisa dikeluarkan, Budi menegaskan harus ada kombinasi. Dan itu sudah dimintakannya kepada Pelindo dan PT SMS untuk mengkajinya.

“Mereka kan korporasi besar, bisa bayar satu konsultan khusus yang bisa mencium apa saja yang bagus dan bisa dikirimkan melalui KEK,” jelasnya.

Pelabuhan peti kemas itu bisa difungsikan sebagai tempat pengiriman barang dari kota atau daerah sendiri, juga menerima barang ke luar.

Kemenhub menunjuk Pelindo karena kepada swasta sudah beberapa kali di-sounding soal pembangunan pelabuhan ini, tapi belum ada yang berminat. Untuk semua itu, dia memberikan waktu satu bulan ke depan.

Pihaknya akan menyimpulkan keputusan sekitar dua bulan lagi setelah dilakukannya eveluasi. Dengan begitu, targetnya Desember sudah bisa dioperasikan.

“Kalau Pelindo II tidak jalan, kita sendiri yang mengelola dengan cara-cara seperti yang biasa dilakukan,” tegas Budi. Sebelum melakukan tinjauan itu, Menhub menjadi pembicara dalam seminar di Kampus Unsri Bukit Besar.(chy/qda/ce1)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sering Diintimidasi, Driver Angkutan Online Desak Hapus Zona Merah


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler