Menilai Tingkat Kepemimpinan Kuantum 3 Capres-Cawapres 2024

Rabu, 01 November 2023 – 20:44 WIB
Andrew Tani soal kepemimpinan kuantum. Foto: dok pribadi

jpnn.com, JAKARTA - Corporate Culture Indonesia sekaligus Founder dan CEO Andrew Tani & Co, Andrew Tani mengajak masyarakat untuk turut menilai kapasitas kepemimpinan kuantum dari ketiga paslon yang akan berkontestasi di Pilpres 2024.

Meliputi paslon Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

BACA JUGA: Pemimpin Berwibawa, Prabowo jadi Capres Idola Anak Muda

“Saya mengajak semua untuk melihat lebih jauh mengenai tingkat kepemimpinan kuantum dari ketiga paslon tersebut, yang diukur dengan merujuk pada konsep inti dalam paradigma kepemimpinan saya,” jelas Andrew dalam keterangannya, Kamis (1/11).

Andrew menerangkan secara singkat kepemimpinan kuantum merupakan konsep kepemimpinan yang mengadopsi prinsip-prinsip fisika kuantum dalam konteks manajemen dan kepemimpinan organisasi, baik itu organisasi bisnis, sosial, maupun negara.

BACA JUGA: KPU Memastikan Debat Capres-Cawapres Tetap Digelar

Era kuantum akan menggantikan era digital. Era tersebut akan menghadirkan goncangan baru yang signifikan dan lebih dahsyat lagi, ditandai ketika komputer kuantum memasuki dunia kerja.

Secara sederhana, komputer kuantum menggunakan prinsip-prinsip mekanika kuantum untuk melakukan komputasi.

BACA JUGA: Pendaftaran Bakal Capres-Cawapres di Pilpres 2024 Berakhir

Hal itu berarti bahwa berbeda dengan komputer konvensional yang menggunakan bit sebagai unit dasar informasi.

Komputer kuantum menggunakan qubit yang memungkinkan mereka untuk menjalankan perhitungan yang jauh lebih kompleks dengan kecepatan yang sangat tinggi.

“Era ini bukan hanya soal teknologi yang lebih canggih, tetapi juga akan menciptakan generasi baru manusia yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan komputasi yang tak terbayangkan sebelumnya,” jelas Andrew.

Berangkat dari konsep tersebut, kepemimpinan kuantum mengacu pada tuntutan yang sebaiknya dipersiapkan dari sekarang.

“Kepemimpinan kuantum dibutuhkan di era saat ini karena era ini ditandai oleh perubahan yang cepat dan ketidakpastian yang tinggi,” imbuhnya.

Di tengah kompleksitas dan dinamika yang makin meningkat, model kepemimpinan tradisional yang hierarkis dan otoriter seringkali dipandang tidak cukup efektif.

Kepemimpinan kuantum memberikan kerangka kerja yang lebih cocok untuk mengatasi tantangan itu.

“Oleh karena itu, di level bangsa sudah saatnya kita mencoba mengajak para calon pemimpin kita untuk mengadopsi model kepemimpinan kuantum,” lanjut Andrew.

Dia juga menjabarkan dalam paradigma kepemimpinan kuantum terdapat sejumlah faktor kunci yang dapat digunakan untuk mengukur kapasitas seorang pemimpin.

Pertama, pemahaman atas dinamika kuantum. Penting bagi para Capres dan Cawapres untuk memahami bahwa dalam era kuantum, dunia tidak lagi dapat dijelaskan oleh model-model lama yang statis. Semua bergerak dan berubah dengan cepat.

“Kepemimpinan kuantum mengharuskan pemimpin untuk memiliki pemahaman mendalam tentang kompleksitas dan ketidakpastian dalam menghadapi tantangan masa kini,” urai Andrew.

Kedua, kebijakan yang adaptif. Pemimpin harus memiliki kemampuan untuk merancang kebijakan yang adaptif, yang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang tak terduga.

Itu mencakup fleksibilitas dalam merespons kebutuhan masyarakat, ekonomi, dan geopolitik.

Ketiga, kesadaran atas keterhubungan. Pemimpin kuantum memahami bahwa semua aspek kehidupan dan kebijakan terkait satu sama lain.

“Hal itu mencakup kesadaran tentang dampak kebijakan dalam berbagai bidang seperti ekonomi, lingkungan, dan social,” ungkap Andrew.

Selanjutnya, kepemimpinan berbasis nilai. Paradigma ini menekankan pentingnya kepemimpinan yang didasarkan pada nilai-nilai yang positif dan inklusif.

“Pemimpin harus bernafaskan Bhinneka Tunggal Ika dan nilai-nilai Pancasila. Keadilan sosial, kesetaraan, rule of law dan keberlanjutan makin dituntut di era kuantum,” jelas Andrew.

Dan terakhir, kemampuan untuk membangun konsensus. Dalam era kuantum, keputusan yang baik dibuat melalui proses konsensus maupun tindakan yang bertanggungjawab.

“Pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memfasilitasi dialog dan kolaborasi di antara berbagai pemangku kepentingan untuk memastikan kebijakan yang diambil mampu memberikan manfaat seluas-luasnya kepada penduduk Indonesia,” kata Andrew.

Jadi, untuk mengukur tingkat kepemimpinan kuantum dari Capres dan Cawapres Indonesia, perhatian harus diberikan kepada sejauh mana kapasitas mereka memenuhi faktor-faktor tersebut di atas.

Itu termasuk kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan perubahan, memahami interkoneksi antara berbagai isu, dan mempromosikan nilai-nilai positif.

Ditambah keberanian untuk bertindak dengan risiko yang layak bilamana dituntut oleh kondisi.

“Keberhasilan dalam memenuhi tantangan era digital akan menjadi indikator keberhasilan kepemimpinan mereka di era kuantum yang pada akhirnya akan membawa Indonesia memenuhi visi Indonesia Emas 2045, yakni menjadikan Indonesia sebagai negara maju dan sejahtera,” pungkas Andrew. (rdo/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Keputusan MK soal Capres-Cawapres Buka Celah Penyimpangan Regulasi Besar-Besaran di Indonesia


Redaktur & Reporter : M. Rasyid Ridha

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler