jpnn.com - Bisa jadi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tengah menghitung hari. Sebab, pada 20 Oktober mendatang dia akan melepas jabatan sebagai kepala negara. Mengingat waktu yang menurutnya begitu cepat berlalu, pria kelahiran Pacitan, Jawa Timur, 9 September 1949 itu pun tak ingin melewatkan hari-harinya tanpa pamit dan maaf pada semua orang yang ditemuinya.
NATALIA LAUREN, Jakarta
BACA JUGA: Kisah Satgas Marinir-1 Surabaya Amankan Pulau Terluar
MAAF. Itulah kata yang sering meluncur dari bibir Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hampir di setiap kesempatan. Terutama ketika ia berpamitan pada masyarakat dan komunitas-komunitas yang ditemuinya di agenda kenegaraan.
Selasa (16/9) misalnya. Jenderal TNI purnawirawan itu berpamitan dengan perangkat rumah tangga dan jajaran kawal TNI dan POLRI, di kediaman pribadinya, Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat.
BACA JUGA: Melanggar Aturan Cinta Lingkungan, Surat-Surat Dipersulit
Dalam kesempatan itu, SBY bersama Ibu Negara Ani Yudhoyono yang kompak mengenakan seragam batik warna biru menyampaikan ucapan terima kasih kepada para perangkat rumah tangga Cikeas. Tak ketinggalan dia juga mengucap terima kasih kepada TNI dan Polri yang sudah 10 tahun ini menemaninya melaksanakan tugas sebagai kepala negara.
“Bila ada yang dirasakan kurang berkenan saat mengemban tugas, saya dan ibu negara meminta maaf,” ucap presiden dengan suara lirih.
BACA JUGA: Cerita Dua Mantan Komandan Paspampres Kawal Presiden dan Wapres
Kepala negara pun tak ingin momen itu berakhir begitu saja. Selesai berpamitan dan menyampaikan sambutan, SBY dan Ani pun mengikuti sesi foto bersama yang dilakukan secara bergantian di antara para petugas perangkat rumah tangga dan jajaran unsur pengamanan wilayah. Ini sebagai caranya menyimpan kenangan manis bersama orang-orang yang mengiringi tugasnya selama 10 tahun.
Acara perpisahan itu berlanjut dengan makan bersama antara SBY dan Ani dengan petugas perangkat rumah tangga dan jajawan kawal TNI dan Polri.
Sebelumnya, SBY juga berpamitan dengan seluruh pegawai di lingkungan Istana Negara Jakarta. Seluruh pegawai yang bertugas di lingkungan kepresidenan berkumpul khusus untuk foto bersama. Mulai dari tim dokter kepresidenan, pegawai seskab, pegawai setneg, petugas kebersihan, protokol kepresidenan, staf sekretaris presiden, paspampres hingga wartawan.
Mereka kompak memakai seragam dan ada pula yang memilih memakai pakaian motif batik. Sedangkan Presiden dan Ibu Negara memakai batik warna coklat senada. Sembari memegang kipas angin elektrik kesayangannya, Ani Yudhoyono tak sungkan untuk ikut menata barisan pegawai di lingkungan istana agar foto terlihat rapih.
Jelang akhir masa jabatannya, Presiden memang semakin cair dan suka melontarkan candaan. Termasuk kepada wartawan yang sehari-hari meliput di istana. Salah satunya saat sesi foto bersama wartawan kepresidenan. Saat itu SBY sempat meledek wartawan. Pria yang terpilih menjadi Presiden Global Green Growth Institute itu menyebut wartawan tidak pernah takut dengan polisi.
"Saya tahu, wartawan itu kalau sama polisi enggak ada takut-takutnya. Takutnya wartawan itu, cuma sama deadline," ujarnya sambil tertawa. Wartawan pun ikut cekikikan mendengar celetukan Presiden. Bisa jadi rahasia utama seorang jurnalis pun diketahui sang presiden.
Usai menyelesaikan sesi-sesi foto bersama, Presiden kembali menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang selama ini mengabdi di lingkungan Istana Negara. Lagi-lagi dia meminta maaf jika selama melaksanakan tugas negara ada hal-hal yang tidak berkenan. Ia pun berharap, kelak tak lagi menjabat silahturahmi tetap terjalin dengan baik dengan seluruh jajaran di Istana Negara.
"Saya dengan tulus pula memohon maaf. Tidak ada niat saya untuk membuat saudara tidak nyaman, semua itu semata-semata demi kebaikan lembaga kepresidenan ini dalam artian yang luas dan kebaikan pemerintahan kita," ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Sambil pamit, sambil pula berbenah. Itu yang dilakukan Ibu Negara Ani Yudhoyono di bulan September ini. Memang masih beberapa minggu lagi keluarga Presiden akan meninggalkan Istana Negara, tetapi pemilik nama Kristiani Herrawati itu memilih berbenah sejak saat ini. Potret kesibukan sang istri pun diupload Presiden ke akun twitter pribadinya @SBYudhoyono dan di instagram Ani, @aniyudhoyono.
Dalam foto itu tampak Ibu Negara sedang mengemasi pakaian ke dalam boks plastik di Wisma Negara. Itu adalah barang-barang milik pribadi keluarganya. "Mulai beberes" dan "start tidying up clothes" Demikian judul fotonya.
Dalam foto itu Ani terlihat mengerjakan sendiri aktivitas beres-beres itu dan tentu saja langsung mengundang haru dari para follower twitter dan instagram keduanya. Semua follower mendoakan, berterimakasih dan memberi salam perpisahan untuk sang Presiden.
Hanya itulah aktivitas beres-beres keluarga Presiden di jelang akhir jabatannya yang terekam lewat kamera. Satu gambar saja. Namun cukup mendukung setiap kata maaf dan pamit Presiden yang tampaknya memang sudah sangat siap meninggalkan kursi kekuasaan.
Jika Ibu Negara sibuk membereskan barang pribadinya, Presiden justru teringat akan mobil dinasnya Mercedes-Benz S600 model W221 produksi tahun 2008. Sebelum mewariskan mobil dinas itu untuk presiden terpilih Joko Widodo, Presiden SBY mengaku akan memberi servis dulu pada mobil itu.
"Kendaraan saya dan wapres akan kami serahkan saat itu juga, pada 20 Oktober mendatang. Pak Wapres, nanti kita service dulu sebelum dikembalikan ya," tuturnya pada Wapres Boediono ketika menggelar rapat terbatas bersama jajaran kabinet.
Tak ada yang tahu aktivitas beres-beres apalagi yang dilakukan Presiden dan keluarganya jelang masa pensiun. Namun, Presiden mengaku ia sudah siap meninggalkan Istana yang ditempatinya 10 tahun lalu. Dengan suara lirih tapi tegas Presiden mengaku 20 Oktober nanti ia akan segera meninggalkan Istana untuk Jokowi.
"Untuk saya dan wapres, kita harus meninggalkan rumah jabatan paling lama setidaknya pada tanggal 20 Oktober, sudah siap untuk diisi dan digunakan presiden dan wapres baru," ujar Presiden. (*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sukses Rebut Pulau Kepayang dari Tangan Tommy Soeharto
Redaktur : Tim Redaksi