Menimbang Risma, Djarot dan Rizal Ramli untuk DKI

Oleh: Osmar Tanjung*

Kamis, 08 September 2016 – 22:00 WIB
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com - FAKTA penolakan dari berbagai kalangan terhadap Basuki T Purnama semakin santer muncul setiap hari dari berbagai penjuru DKI Jakarta. Ada yang sekadar penolakan oleh warga,   komunitas tertentu, bahkan kader partai.

Namun, yang menarik adalah penolakan kader-kader PDIP di bawah terhadap Ahok. Penolakan itu bahkan dilakukan di depan kantor DPP PDI Perjuangan.

BACA JUGA: Penggunaan KTP Lama Langgar Perpres

Penolakan juga datang dari tokoh masyarakat, cendekia, pemuka agama, aktivis demokrasi dan LSM, hingga budayawan. Penolakan juga datang dari kalangan wong cilik, terutama masyarakat miskin kota, nelayan dan masyarakat lainnya di Jakarta.

Bentuk penolakan juga bermacam-macam. Tidak hanya bentuk aksi, melainkan juga dalam bentuk pernyataan, opini, hingga menulis surat terbuka kepada Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Presiden Joko Widodo.

BACA JUGA: Ini Alasan Pentingnya Data Pemilih Pilkada Berbasis e-KTP

Seiring maraknya media sosial, penolakan atas Ahok juga dituangkan dalam bentuk meme. Adakalanya penolakan dilakukan sembari mendukung calon gubernur DKI selain Ahok.

Proses penolakan yang terus dikapitalisasi secara politik pun bergulir bak bola salju yang semakin hari semakin keras dan masif. Namun, sepertinya puncak penolakan atas Ahok terjadi pada Rabu, 7 September 2016 ketika Front Wong Cilik dari berbagai elemen masyarakat melakukan aksi besar-besaran di kantor DPP PDI Perjuangan di Jalan Dipanegoro, Jakarta Pusat.

BACA JUGA: Megawati: Banyak yang Ingin Masuk Bamusi

Dalam aksi itu, massa juga menuliskan surat kepada Megawati dan membacakannya. Isi surat yang dibubuhi cap jempol darah itu dibacakan wanita bernama Desi, korban penggusuran Rawa Sengon, Tanah Merah, Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Surat itu berisi curahan hati warga agar Megawati Soekarnoputri selaku ketua umum PDI Perjuangan   tidak mengusung Ahok pada pilkada DKI 2017. Sejauh ini memang ada keyakinan bahwa PDIP tak akan mengusung Ahok.

Tentu ada hitung-hitungan politiknya. Hanya saja, pertanyaannya adalah siapa yang akan diusung PDI Perjuangan?

Kalau merujuk pada nama kader PDI Perjuangan yang belakangan ini disebut-sebut dalam bursa bakal calon gubernur DKI, pilihan memang bisa jatuh ke Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini atau Gatot S Hidayat yang kini menjadi wakil gubernur DKI. Tapi jika mau melihat konsep Trisakti dan Nawacita, maka ada nama mantan Menko Maritim Rizal Ramli yang belakangan mendapat julukan Si Rajawali Ngepret.

Namun, sejauh mana kans nama-nama yang akan dipilih Megawati untuk dimajukan ke pilkada DKI lewat PDIP? Mari kita berhitung secara sederhana.

Untuk Risma, sudah jauh-jauh hari menyatakan ketidakinginannya dicalonkan menjadi cagub pada pilkada DKI. Risma juga sudah terikat janji dengan warga Surabaya untuk menyelesaikan masa jabatannya. Warga Surabaya lebih membutuhkan Risma.

Namun, jika Megawati menghendaki Risma maju di pilkada DKI, maka salah satu kader terbaik PDIP itu akan taat pada pemimpinnya. Risma sepertinya akan mau dimajukan oleh PDIP pada pilkada DKI.

Namun, ada risiko juga jika PDIP memboyong Risma ke Jakarta. Jika Risma kalah, maka PDIP bukan hanya gagal menang di pilkada DKI, tapi juga kehilangan Surabaya yang selama ini juga jadi incaran partai lain.

Kalaupun Risma menang di DKI, PDIP berpotensi kehilangan Surabaya. Meski Wisnu Sakti Buana yang kini wakil wali kota Surabaya merupakan kader PDIP, namun belum tentu ia bisa mempertahankan kejayaan partai pemenang Pemilu 2014 itu. Bagi masyarakat Surabaya pun Wisnu belum bisa sekaliber Risma.

Tapi jika Risma kalah di Jakarta, tentu lebih tragis bagi PDIP. Sudah kalah di DKI, masih kehilangan Surabaya pula. Kehilangan dua kota terbesar di Indonesia bisa berdampak pada capaian PDIP pada Pemilu 2019.

Lantas, bagaimana dengan Djarot? Sepanjang sepengetahuan saya, sosok Djarot sejauh ini memang belum secara tegas menyatakan kesiapannya  menjadi calon gubernur DKI yang akan diusung oleh PDI Perjuangan.

Tapi ada baiknya pula PDIP mulai melirik Rizal Ramli. Ia jelas paham Trisakti yang digagas Bung Karno. Soal Nawacita, Rizal saat menjadi menteri koordinator maritim juga konsisten dalam menjalankan program Presiden Joko Widodo itu.

Namun, semua memang berpulang ke Bu Mega. Siapakah yang akan diusung PDIP untuk pilkada DKI, sampai saat ini memang hanya Tuhan dan Megawati yang tahu. Wallahualam.(*****)

*Penulis adalah Sekjen Seknas JOKOWI dan Pengurus Komite Penggerak Nawacita.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ahok Dinilai Bukan Solusi, Tapi Petaka Bagi Jakarta


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler