Menjelang Bertemu Paus Fransiskus, Ketum GP Ansor Pimpin OKP Lintas Agama Temui Dubes RI untuk Vatikan

Rabu, 21 Agustus 2024 – 15:54 WIB
Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor Addin Jauharudin. Foto: source for jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Gerakan Pemuda Ansor bersama organisasi kepemudaan lintas agama Indonesia bertemu dengan Dubes Besar RI untuk Tahta Suci (KBRI Vatikan) Michael Trias Kuscahyanto menjelang pertemuan dengan pimpinan tertinggi Gereja Katolik Dunia Paus Fransiskus di Vatikan, Rabu (21/8/2024).

Delegasi itu dipimpin langsung oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Addin Jauharudin.

BACA JUGA: Merespons Rencana Kunjungan Paus Fransiskus di Indonesia, FMKI Tangerang Raya Soroti Masa Depan Dunia

Pimpinan organisasi kepemudaan lintas agama terdiri dari Ketua Umum PP GP Ansor Addin Jauharudin, Ketua PP Muhammadiyah Dzulfikar Ahmad Tawalla, Ketua Umum Pemuda Katolik Stefanus Atma Gusma, Ketua Umum Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (Gamki) Sahat Marthin Philip Sinurat, dan Ketua Umum Perhimpunan Pemuda Hindu (Peradah) Indonesia I Gede Ariawan.

Dubes RI untuk Vatikan yang juga eks wartawan senior Kompas tersebut menyambut baik kunjungan pemuda lintas agama Indonesia yang dipimpin GP Ansor tersebut.

BACA JUGA: Wakil Indonesia, Maria Anita Beraudiensi dengan Paus Fransiskus, Angkat Pernikahan Beda Agama

"Kita boleh berbeda, tetapi kita bersaudara, dan kita adalah umat Tuhan. Saya sangat mengapreasi kunjungan ini sebagai praktek Pancasila. Wujudnya apa, ya seperti ini, bukan sekedar untuk main-main datang ke Roma," katanya di kantor Kedubes RI untuk Vatikan, Senin (19/8/2024).

Dia melanjutkan, September 2024, pimpinan tertinggi gereja katolik dunia Paus Fransiskus akan berkunjung ke Indonesia, dan kedatangan pemuda lintas agama ini seperti menjemput kedatangan Paus ke Indonesia.

BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Paus Meminta Maaf Atas Istilah Homofobia Vulgar yang Digunakannya

"Meyakinkan Paus bahwa kami orang Indonesia, yang muda-muda saling rukun, saling menghormati, bekerja sama, itu sangat meyakinkan Paus," katanya.

Dalam kesempatan itu, Ketua Umum GP Ansor Addin Jauharudin mengatakan kedatangan dirinya dan ketua umum organisasi pemuda lintas agama ini, memiliki tiga agenda.

"Pertama, ingin menyampaikan suka cita kedatangan Paus ke Indonesia pada September nanti. Kedua, kami menegaskan dalam konsep Islam sendiri ada ukhuwah wathoniyah dan ukhuwah basyariah, jadi persaudaraan kemanusiaan," katanya.

Hal ini, lanjut Gus Addin, selaras dengan dokumen Abu Dhabi yang ditandatangani Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar, Sheikh Ahmed el-Tayeb di Abu Dhabi 4 Februari 2019 lalu, dimana menghadapi situasi saat ini, pemuda lintas agama perlu duduk bersama dan membumikan apa yang menjadi kesepakatan dua tokoh dunia besar tersebut.

Ketiga, pemuda lintas agama ini ingin memperlihatkan kepada dunia mengenai pandangan umat beragama di Indonesia, bahwa lintas agama sudah berabad-abad bisa rukun dan damai.

"Dan ini bisa menjadi kiblat perdamaian dunia, di tengah situasi dunia yang tengah 'panas' seperti sekarang ini," urainya.

Diketahui, 4 September 2019, Pimpinan Tertinggi Gereja Katolik Dunia Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar, Sheikh Ahmed el-Tayeb menandatangani "The Document on Human Fraternity for World Peace and Living Together” atau dikenal dengan Dokumen Abu Dhabi.(dkk/jpnn)

Ada dua belas poin yang ditandatangani dalam dokumen tersebut, 12 poin tersebut adalah:

1.Keyakinan bahwa ajaran asli agama-agama mendorong manusia untuk hidup bersama dengan damai, menghargai kemanusiaan, dan menghidupkan kembali kebijaksanaan, keadilan, dan cinta kasih.

2. Kebebasan adalah hak setiap orang. Pluralisme dan keberagaman agama adalah kehendak dan karunia Allah.

3.Keadilan yang berlandaskan kasih adalah jalan untuk hidup yang bermartabat.

4 .Budaya toleransi, penerimaan terhadap kelompok lain, dan kehidupan bersama dengan damai akan membantu mengatasi pelbagai masalah ekonomi, sosial, politik dan lingkungan.

5.Dialog antar agama berarti bersama-sama mencari keutamaan moral tertinggi dan menghindari perdebatan tiada arti.

6. Perlindungan terhadap tempat ibadah adalah tugas yang diemban oleh agama, nilai kemanusiaan, hukum, dan perjanjian internasional. Setiap serangan terhadap tempat ibadah adalah pelanggaran terhadap ajaran agama dan hukum internasional.

7.Terorisme adalah tindakan tercela dan mengancam kemanusiaan. Terorisme bukan diakibatkan oleh agama, melainkan kesalahan interpretasi terhadap ajaran agama dan kebijakan yang mengakibatkan kelaparan, kemiskinan, ketidakadilan, dan penindasan. Stop dukungan pada terorisme secara finansial, penjualan senjata, dan justifikasi. Terorisme adalah tindakan terkutuk.

8.Kewarganegaraan adalah wujud kesamaan hak dan kewajiban. Penggunaan kata “minoritas” harus ditolak karena bersifat diskriminatif, menimbulkan rasa terisolasi dan inferior bagi kelompok tertentu.

9.Hubungan baik antara negara-negara Barat dan Timur harus dipertahankan. Dunia Barat dapat menemukan obat atas kekeringan spiritual akibat materialisme dari dunia Timur. Sebaliknya, dunia Timur dapat menemukan bantuan untuk bebas dari kelemahan, konflik, kemunduran pengetahuan, teknik, dan kebudayaan dari dunia Barat.

10.Hak kaum wanita untuk mendapatkan pendidikan, pekerjaan, dan berpolitik harus diakui. Segala bentuk eksploitasi seksual dengan alasan apapun harus dihentikan.

11. Hak-hak mendasar bagi anak-anak untuk tumbuh dalam lingkungan keluarga yang baik, mendapat gizi yang memadai, pendidikan, dan dukungan adalah kewajiban bagi keluarga dan masyarakat. Semua bentuk pelecehan pada martabat dan hak anak-anak harus dilawan dan dihentikan.

12.Perlindungan terhadap hak orang lanjut usia, mereka yang lemah, penyandang disabilitas, dan mereka yang tertindas adalah kewajiban agama dan sosial, maka harus dijamin dan dibela.


Redaktur : Budianto Hutahaean
Reporter : Muhammad Amjad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler