jpnn.com, JAKARTA - Menjelang pendaftaran PPPK 2023 yang akan dimulai pada 17 September sampai 6 Oktober mendatang, guru P1 atau prioritas satu mendesak agar tidak ada tes lagi.
Menurut Ketum Forum Guru Honorer Negeri Lulus Passing Grade Seluruh Indonesia (FGHNLPSI) Heti Kustrianingsih, sudah cukup mereka dites dua kali dan ternyata hasilnya tetap sama.
BACA JUGA: Guru P1 Tanpa Formasi PPPK Minta Cut Off Data 2023, Jangan Korbankan Honorer Lagi
Mereka lulus PG, tetapi tidak diangkat sebagai aparatur sipil negara pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (ASN PPPK).
"Kami disuruh tes berkali-kali, tetapi hasilnya tidak bisa diangkat karena formasi tidak ada," kata Heti kepada JPNN con, Senin (11/9).
BACA JUGA: Kabar Baik untuk Guru P1 PPPK, tetapi Ada 2 Ironi, Rasanya Campur Aduk
Anehnya, ujar Heti, ketika formasi minim, pemerintah membuat regulasi tes observasi pada seleksi PPPK guru 2022.
Akibatnya banyak P1 dikalahkan oleh guru honorer yang tidak lulus PG, bahkan belum dites sama sekali.
BACA JUGA: Sebagian Guru P1 Batal Penempatan PPPK Kini Hanya Mengandalkan Doa, Ya Tuhan
Dia pun mempertanyakan apakah regulasi PermenPAN-RB Nomor 20 Tahun 2022 tentang Pengadaan PPPK Guru 2022 akan dipakai dalam seleksi tahun ini.
"Kami butuh penegasan pemerintah soal P1 ini. Jangan sampai status kami hilang," tegasnya.
Dia menambahkan P1 dilahirkan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). Oleh karena itu, sudah tanggung jawab pemerintah untuk menuntaskan P1.
"Kami deg-degan menunggu PermenPAN-RB baru ini. Jangan sampai P1 harus dites kembali dan masih adakah tes observasi untuk honorer di luar P1," tanya Heti.
Dia mengimbau pemerintah untuk memprioritaskan guru P1. Jangan sampai P1 tercecer kembali, karena alasannya tidak ada formasi lagi.
Heti menyampaikan saat ini seluruh P1 tanpa formasi PPPK menuntut agar pemerintah mengawal mereka dengan regulasi yang berpihak.
"Kami hanya minta janji pemerintah untuk menutupi formasi PPPK yang usulan Pemdanya minim direalisasikan. Itu solusi yang bisa menyelamatkan P1 saat ini agar tidak ada lagi guru lulus PG yang menangis," pungkasnya. (esy/jpnn)
Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : Mesyia Muhammad