Menko Airlangga Hartarto Groundbreaking Pabrik Refinery Mineral Pertama di Indonesia

Sabtu, 19 Februari 2022 – 18:00 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara groundbreaking proyek perluasan PT Smelting di Gresik, Provinsi Jawa Timur, Sabtu (19/02/2022). (ANTARA/HO-Kemenko Perekonomian)

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto melakukan groundbreaking proyek perluasan PT Smelting di Gresik, Jawa Timur, Sabtu (19/2). 

Perluasan pabrik refinery mineral pertama di Indonesia itu akan menjadikan Gresik sebagai sentra hilirisasi tembaga, serta mampu mengolah 3,3 juta ton konsentrat.

BACA JUGA: Airlangga Capres Terfavorit Versi CNN, Golkar: Kami Terus Bekerja

“Dengan ekspansi di pabrik refinery mineral pertama di Indonesia ini, ada 3,3 juta ton konsentrat yang nantinya akan diolah, sehingga Gresik menjadi sentra dari hilirisasi tembaga,” kata Airlangga Hartarto dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu (19/2).

Menko Airlangga berharap ke depannya dengan renewable energi, electric vehicle dan solar panel seluruhnya membutuhkan tembaga.

BACA JUGA: Menko Airlangga: Kartu Prakerja Miliki Segudang Manfaat, Jadi Kunci Selama Pandemi

“Oleh karena itu, hilirisasi produk turunannya perlu untuk terus didorong, terutama untuk kebutuhan memproduksi produk elektronik,” ujarnya.

Dia menuturkan bahwa kebijakan pemerintah dalam hilirisasi produk mineral dan batu bara (minerba) terutama ditujukan untuk meningkatkan nilai tambah.

BACA JUGA: Airlangga Sebut BRI Punya Andil Besar dalam Penyaluran Kredit UMKM

Selain itu, katanya, juga menjadi sumber penerimaan negara, memenuhi kebutuhan dalam negeri serta ekspor, termasuk menghasilkan bahan baku energi bersih.

Dengan demikian, Airlangga mengatakan, keberadaan proyek ekspansi PT Smelting sebagai industri pionir dalam pengembangan hilirisasi produk minerba diharapkan dapat turut berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi nasional maupun secara spasial di wilayah Jawa Timur.

Saat ini, kata Airlangga, Indonesia memiliki cadangan bijih tembaga sebesar 3,1 miliar ton dengan tingkat produksi sebanyak 100 juta ton per tahun. 

Cadangan bijih tembaga tersebut diperkirakan akan habis dalam 30 tahun apabila tidak ada tambahan cadangan baru. 

Oleh karena itu, peningkatan nilai tambah bijih tembaga sangat diperlukan, baik dengan pembangunan pabrik baru atau ekspansi pabrik yang ada untuk ekstraksi tembaga.

Lebih lanjut Airlangga menyampaikan bahwa dengan kapasitas pengolahan konsentrat PT Smelting direncanakan akan mengalami peningkatan menjadi sebanyak 1,3 juta ton dan kapasitas produksi katoda tembaga juga meningkat menjadi 342.000 ton per tahun.

Proyek ekspansi PT Smelting yang keempat sejak 1999 tersebut, juga akan menambah pabrik asam sulfat baru, menaikkan kapasitas beberapa peralatan di smelter, serta menambah jumlah sel elektrolisa di refinery. 

Peningkatan kapasitas dalam ekspansi tersebut membutuhkan capex USD 231 juta, dan direncanakan akan selesai pada September 2023.

Ekspansi PT Smelting tidak hanya memenuhi kebutuhan produk di dalam negeri, seperti katoda tembaga untuk industri kawat/kabel, batangan tembaga, industri kimia, serta produk samping berupa asam sulfat untuk bahan baku pabrik pupuk serta copper slag dan gipsum sebagai bahan baku semen.

Namun, Airlangga Hartarto menyatakan PT Smelting juga mengekspor katoda tembaga dan tembaga telurida.

“Kekuatan industri copper di Indonesia akan terus ditingkatkan dan klaster yang ada di Gresik tentunya perlu terus didorong, sehingga Pak Bupati Gresik (Fandi Akhmad Yani, red) ini bisa juga menjadi Bupati Tembaga,” tutur Airlangga Hartarto. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler