Menko Airlangga Hartarto: Indonesia akan Jadi Perhatian Dunia di KTT G20

Rabu, 09 November 2022 – 23:54 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Foto: Dokumentasi Humas Kemenko Perekonomian

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan Indonesia akan menjadi perhatian dunia dalam penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Nusa Dua, Bali, pada 15-16 November ini.

Hal itu tidak terlepas dari performa perekonomian Indonesia dalam kondisi yang baik untuk memimpin G20.

BACA JUGA: Dukung Pemulihan Ekonomi, Kemenkeu One Bersinergi Memberdayakan UMKM, Ini Kegiatannya

"Dari segi recognition, Indonesia akan menjadi perhatian dunia," kata Menko Airlangga melalui keterangan tertulisnya, Rabu (9/11).

Apalagi, lanjut Menko Airlangga itu menjelaskan, ekonomi Indonesia tumbuh impresif, yaitu sebesar 5,72 persen (yoy) di kuartal III-2022 pada saat G20 Indonesia berlangsung.

BACA JUGA: Menko Airlangga Sebut Big Data Mendukung Capaian Pembangunan Nasional yang Inklusif

Pemerintah juga berhasil menekan tingkat inflasi menjadi 5,7 persen.

"Kita juga akan memegang keketuaan ASEAN. Jadi ini tentu akan membuat Indonesia semakin diperhitungkan,” ujarnya.

BACA JUGA: Menko Airlangga Paparkan Pentingnya Industri Kelapa Sawit Berkelanjutan di IPOC 2022

Menko Airlangga menyampaikan agar capaian tersebut patut disyukuri karena ini membuktikan bahwa roda pemulihan ekonomi domestik terus bergerak cepat di tengah pelambatan ekonomi global yang sedang berlangsung.

Belum lama ini, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa ekonomi Indonesia tumbuh 5,72 persen pada kuartal III-2022 atau 1,81 persen (qtq) melanjutkan tren pertumbuhan yang solid sejak awal tahun ini.

Dari sisi pengeluaran, Konsumsi Rumah Tangga menjadi penyumbang pertumbuhan terbesar PDB dengan mampu tumbuh tinggi sebesar 5,39 persen (yoy).

Sementara itu, konsumsi LNPRT juga tumbuh signifikan mencapai 6,09 persen (yoy).

Demikian juga dengan PMTB mampu tumbuh sebesar 4,96 persen (yoy) sejalan dengan meningkatnya kapasitas produksi dunia usaha.

Daya beli masyarakat terdorong berkat adanya peningkatan realisasi program perlindungan sosial sebesar 12,46 persen (yoy) dan peningkatan realisasi subsidi BBM sebesar 111,96 persen (yoy).

“Mobilitas masyarakat yang semakin pulih menjadi determinan utama pendorong aktivitas ekonomi, baik dari sisi pengeluaran maupun sisi sektoral," kata pria yang sekarang menjabat sebagai Ketua Umum Partai Golkar.

Pemerintah juga dinilai tela mengambil langkah-langkah responsif dalam menjaga daya beli masyarakat di tengah tren kenaikan inflasi global.

Kuatnya pertumbuhan ekonomi domestik pada Triwulan III-2022 juga ditopang oleh kinerja neraca perdagangan Indonesia yang menunjukkan surplus sebesar USD 14,92 miliar, atau tumbuh sebesar 12,58 persen(yoy).

Indonesia juga masih mendapatkan windfall profit akibat tingginya harga beberapa komoditas unggulan yang didominasi oleh batu bara 13,31 persen, kemudian minyak kelapa sawit 8,95 persen, serta besi dan baja di angka 6,38 persen.

"Alhasil, sektor ekspor mampu tumbuh double digit sebesar 21,64 persen (yoy)," sebutnya.

Impor juga tumbuh tinggi sebesar 22,98 persen (yoy) selama Triwulan III-2022 dengan didorong oleh kenaikan impor bahan baku dan barang modal untuk mendukung aktivitas ekonomi yang menciptakan nilai tambah lebih tinggi sehingga masing-masing mampu tumbuh 34,22 persen dan 44,08 persen (yoy).

Pertumbuhan ekonomi Indonesia hampir terjadi di seluruh sektor lapangan usaha selama Triwulan III-2022.

Sektor industri pengolahan sebagai kontributor terbesar PDB tumbuh positif sebesar 4,83 persen (yoy).

Sektor utama lainnya, seperti pertambangan dan pertanian mengalami pertumbuhan, masing-masing sebesar 3,22 persen (yoy) dan 1,6 persen (yoy).

Di saat yang sama, sektor transportasi dan pergudangan merupakan sektor dengan pertumbuhan paling tinggi, yakni sebesar 25,81 persen (yoy), diikuti akomodasi dan makanan minuman 17,8 persen (yoy) dan administrasi pemerintahan 12,42 persen (yoy).

“Pulihnya berbagai sektor usaha di Triwulan III-2022 juga mendorong peningkatan penyerapan tenaga kerja,” ungkap Menko Airlangga.

Melansir data per Agustus 2022, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga meningkat menjadi 68,63 persen dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurun menjadi 5,86 persen, lebih baik dibandingkan tahun 2021.

Sektor pertanian menjadi sektor usaha yang mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja paling besar.

Selain itu, keyakinan dunia usaha untuk mulai merekrut pegawai juga tercermin dari peningkatan persentase komposisi penduduk bekerja di kegiatan formal sebesar 0,14 persen (dibandingkan Agustus 2020).

Secara umum, aktivitas ekonomi yang terus pulih telah berhasil menurunkan jumlah penduduk usia kerja yang terdampak Covid-19 menjadi sebesar 4,15 juta orang di Agustus 2022, lebih baik dibandingkan tahun lalu dengan penurunan sebesar 17,17 persen (yoy).

Secara spasial, seluruh daerah di Indonesia juga melanjutkan pertumbuhan positif pada Triwulan III-2022.

Meski masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dengan memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 56,30 persen, kelompok provinsi di Pulau Sulawesi mencatatkan pertumbuhan ekonomi tertinggi mencapai 8,24 persen secara (yoy) di mana industri pengolahan dan pertambangan dan penggalian menjadi sumber pertumbuhan utama.

Prospek ekonomi Indonesia diperkirakan semakin cerah yang tercermin dari berbagai leading indicators, seperti indeks keyakinan konsumen (IKK) yang terus berada di level optimis.

Sejalan dengan itu, aktivitas dunia usaha juga semakin bergeliat dan tergambar dari level Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia pada September 2022 yang kembali melanjutkan level ekspansif selama 14 bulan beruntun dengan berada di tingkat 51,8.

Nilai PMI Indonesia juga tercatat lebih tinggi dibanding negara-negara di ASEAN lainnya seperti Thailand (51,6), Vietnam (50,6), Malaysia (48,7), dan Myanmar (45,7).

Menko Airlangga mengatakan kebijakan dan strategi pemerintah akan diarahkan untuk menjaga keseimbangan antara mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi dan tetap menjaga inflasi di level yang stabil.

"Kebijakan fiskal masih menjadi instrumen utama sebagai shock absorber, sementara stabilitas harga akan dijaga melalui Program kebijakan 4K yaitu Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif," paparnya.

Untuk jangka menengah panjang, lanjut dia, pemerintah akan terus memperkuat fundamental ekonomi bangsa melalui peningkatan kualitas SDM, dan melanjutkan reformasi struktural.

Dengan resiliensi perekonomian domestik yang masih tetap terjaga hingga Triwulan III-2022, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan tetap berada di atas level 5 persen pada Triwulan ke-IV tahun 2022 serta diharapkan tetap mampu mencapai target pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan ke depannya.(mrk/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler