jpnn.com - JAKARTA - Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya, Luhut B Panjaitan sangat optimistis bahwa pariwisata saat ini sedang menemukan momentum untuk membawa Indonesia melompat lebih jauh. Karena itu dia mengingatkan kepada seluruh stakeholder pariwisata untuk bangkit dan bekerja bersama demi merebut sukses dengan membangun kebanggaan bangsa.
“Terima kasih Pak Menpar Arief, pariwisata membuat perspektif baru dalam hidup dan pekerjaan saya,” kata Luhut saat membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) III Pariwisata 2016 di Ecovention, Ecopark Ancol, Jakarta, Kamis (15/9).
BACA JUGA: Wonderful Indonesia Bakal Menggebrak Vietnam Lagi
Purnawirawan TNI berbintang empat itu menyebut timing menyeriusi pariwisata saat ini sangat tepat. Sebab, sektor yang selama ini menjadi andalan sedang meredup. Baik minyak dan gas (migas), batu bara ataupun minyak kelapa sawit (CPO) sedang turun.
“Hanya sektor pariwisata yang terus naik. Kalian harus bangga menjadi insan pariwisata,” kata Luhut sambil memaparkan grafis tentang penurunan angka devisa hasil komoditas migas, batu bara dan CPO.
BACA JUGA: Produsen Baja Tambah Kapasitas Produksi jadi 400 Ribu Ton Setahun
Luhut yang juga merangkap jabatan menteri ESDM itu mengakui, devisa dari komoditas migas mengalami penurunan dramatis dan diperkirakan akan terus merosot hingga 2050. “Ini kesalahan kita juga. Ada mismanagement, tetapi by design. Problemnya rata-rata sama, soal regulasi dan peraturan-peraturan. Ini yang sedang kami sisir, untuk dibereskan,” kata Luhut dengan lugas.
Dia lantas mengutip data Badan Pusat Statistik, perolehan devisa Indonesia dari pariwisata yang mengalami peningkatan drastis dan stabil. Pada tahun 2013, devisa dari pariwisata mencapai USD 10,054 juta. Angkanya melonjak pada 2014 menjadi USD 11,166 juta. Sedangkan pada 2015, devisa pariwisata melonjak lagi ke angka USD 12, 578 juta.
BACA JUGA: Target Rp 630 Miliar, Bisnis Panas Bumi Sumbang Rp 518 Miliar
Sementara jenis komoditas yang lain seperti migas pada 2013 mengalami penurunan sebesar USD 32,633 juta, sedangkan 2014 turun menjasi USD 30, 318. juta dan pada 2015 turun lagi menjadi USD 18,906 juta.
Menurut dia, ada dua hal yang paling cepat untuk menaikkan revenue negara. Yang pertama adalah perikanan.
Sedangkan yang kedua adalah pariwisata yang mengalami pertumbuhan paling cepat, murah, dan berkelanjutan. “Batak (Festival Danau Toba 2016, red) itu, baru ngomong saja sudah langsung jalan! Kalau minyak? Sekarang ngomong, lima tahun lagi baru eksplorasi dan belum langsung menghasilkan. Karena itu saya yakin, pariwisata akan maju pesat,” sebut Luhut.
Tetapi, dia juga terus mengingatkan agar keramahtamahan di sektor pariwisata juga diperkuat. Luhut lantas mencontohkan cerita tentang orang Batak penjual kopi.
Pembeli yang sudah minum segelas kopi lantas memesan lagi. “Apa kata penjualnya? ‘Kenapa nggak pesan dari tadi? Biar nggak bolak-balik bikin kopi, harusnya ngomong dari tadi, pesan dua, bikinnya bisa sekalian’,” kata Luhut menirukan perkataan penjual kopi.
Dia juga mengingatkan kepada direksi Garuda Indonesia agar lebih agresif membantu pencapaian target 20 juta wisatawan mancanegara pada 2019. “Itu saya lihat AirAsia berani ditarget enam juta penumpang. Lion Air juga berani enam juga wisatawan. Mana Garuda? Harusnya berani enam juta juga. Kalau nggak mencapai, bahaya juga lu,” tuturnya dengan nasa bicara yang khas.
Luhut juga membeber persoalan dalam biaya angkut atau logistik yang rata-rata 14,1 persen. Padahal, mestinya biaya pengangkutan tidak boleh lebih dari 5 persen. Di Jepang bahkan hanya 4,9 persen, sedangkan di Jabodetabek malah 15,3 persen, Surabaya (13,7 persen), Medan (15,6 persen), Makassar (11,7 persen).
“Begitu juga dengan regulasi private jet, yacht, cruise, semua sudah di-deregulasi. Saya kontak dengan otoritas di Singapore, berapa biaya sandar, berapa service, jauh lebih murah dan lebih cepat. Karena itu, saya minta standarnya harus sama dengan megara tetangga. Kalau nggak, kita nggak bisa bersaing,” kata dia.
Lebih lanjut Luhut meminta kepada semua stakeholder pariwisata agar memperbaiki destinasi di daerah masing-masing. Dia berharap ada peningkatan sarana maupun prasarana yang ada di seluruh area pariwisata.
”Pariwisata juga memang harus bisa masuk level atau tingkat dunia, standar dunia. Contoh kecil seperti toilet, toilet kita harus paling bersih agar wisatawan nyaman,” katanya.
Selain itu Luhut juga menyinggung tentang dunia digital yang semakin penting untuk semua sektor termasuk pariwisata. Luhut lantas mencontohkan pengalamannya memesan kamar hotel secara manual.
“Tiba-tiba anak saya berkata, ‘saya bisa beli barang yang sama, dengan harga yang jauh lebih murah’. Dengan online,” katanya.
Hal senada diungkapkan Menpar Arief Yahya. Digital bakal membawa gerbong Kementerian Pariwisata RI melompat jauh menuju target menjaring 20 juta wisatawan mancanegara pada 2019.
Karenanya, tema Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) III Pariwisata 2016 adalah Go Digital Be The Best. Tujuannya untuk mengangkat pamor Wonderful Indonesia sebagai the best digital marketing in the world. Dan yang utama, Wonderful Indonesia harus tumbuh dan menyalip dua rival utama, Malaysia Truly Asia dan Amazing Thailand.(adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Google Indonesia Berjanji Taati Ditjen Pajak
Redaktur : Tim Redaksi