jpnn.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menjelaskan penghapusan kemiskinan ekstrem merupakan tantangan yang sangat berat.
Dia menerangkan, jumlah kemiskinan ekstrem di Indonesia memang relatif kecil.
BACA JUGA: Program Keluarga Harapan Era Jokowi Dinilai Berhasil Tekan Angka Kemiskinan
Namun, jumlah yang kecil itu tidak menjamin lebih mudah diatasi.
"Justru kecil ini adalah merupakan kerak dari piramida kemiskinan. Karena dia kerak, maka daya ungkitnya membutuhkan energi sumber daya yang ekstra," ujar Menko Muhadjir di Jakarta, Selasa (14/6).
BACA JUGA: Ratusan Warga Sidoarjo Yakin Sandiaga Bisa Menuntaskan Kemiskinan di Indonesia
Dia mengibaratkan, kemiskinan sebagai sepanci nasi. Dia menyebut kemiskinan ekstrem sebagai "intip" atau kerak dari nasi.
Jumlahnya sedikit, tetapi untuk dikerok atau diatasi lebih sulit.
BACA JUGA: Jokowi Berkomitmen Tuntaskan Kemiskinan Melalui JPS
"Ibarat ngeliwet, kemiskinan ektrem ini adalah intipnya. Mengerok intip jauh lebih sulit dari pada mengambil nasi yang di atasnya. Walaupun nasinya banyak ambilnya mudah. Kalau sudah jadi intip, itu memang sulit untuk dikerok," terangnya.
Karena itu, menurut Menko PMK, untuk mengentaskan kemiksinan ekstrem memerlukan daya ungkit yang ekstra keras.
Dia meminta kerja sama dan kekompakkan dari semua unsur terkait.
Sebagai informasi, Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun 2022 Tentang Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem telah ditetapkan tanggal 8 Juni 2022.
Inpres Nomor 4 Tahun 2022 telah mengamanatkan kepada 22 Kementerian enam, Lembaga, dan Pemerintah Daerah (Gubernur/Bupati/Wali Kota) untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing untuk melakukan percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Program Food Estate Mampu Mengatasi Kemiskinan di Sumba Tengah
Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Mesyia Muhammad