jpnn.com, PARIS - Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani mengunjungi markas Google Cultural Institute, Paris, Prancis, Senin (9/4). Tujuan kunjungan Puan adalah untuk memperkuat pelindungan atas hak cipta karya seni dan warisan budaya Indonesia.
Puan berada di Paris untuk memimpin delegasi Republik Indonesia pada Sidang Dewan Eksekutif Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) ke-204. Dalam kesempatan itu, Puan juga menjalin kerja sama dengan Google Cultural Institute.
BACA JUGA: Menimbang Gaya SBY-Ibas dan Mega-Puan Bereaksi soal e-KTP
Puan di hadapan Direktur Laboratorium (Le Lab) Google Cultural Institute Laurent Gaveau dan Manajer Kebijakan Google Cultural Institute Claire Marie Foulquire mengapresiasi upaya raksasa teknologi itu dalam melakukan pengarsipan digital atas karya seni dan warisan budaya dari seluruh dunia. Namun, Menko PMK pertama dalam sejarah Indonesia itu juga berpesan tentang pentingnya pelindungan hak cipta atas karya-karya seni tersebut.
“Kita memerlukan program afirmasi percepatan penerbitan hak cipta karya seni dan budaya di Indonesia agar karya seni dari Indonesia yang telah diunggah menjadi konten publik di Google Cultural Institute dapat terlindungi hak ciptanya secara baik,” ujar Puan sebagaimana dikutip dari siaran pers Kemenko PMK, Selasa (10/4).
BACA JUGA: Mbak Puan Sejak Agustus 2017 Jadi Omongan di Serikat Buruh
Politikus PDI Perjuangan itu menambahkan, kerja sama dengan Google Cultural Institute bukan hanya untuk melindungi karya seni dan artefak kekayaan budaya Indonesia. Sebab, kerja sama itu juga meliputi promosi kebudayaan Indonesia ke tataran global.
"Sehingga bagi generasi muda dan pelajar dapat belajar filosofi dari karya seni dan kebudayaan tersebut. Termasuk misalnya Indonesia dengan keragaman tari daerah, bisa didokumenasikan dengan baik,” tambahnya.
BACA JUGA: Kebanggaan Mbak Puan di Tengah Anak-anak Penghafal Alquran
Sedangkan Laurent Gaveau menjelaskan, Google Cultural Institute telah memiliki lebih dari 300 mitra kerja di 44 negara termasuk Indonesia. Google Cultural Institute juga telah memublikasikan arsip digital sejarah relief dan stupa Borobudur yang tercatat dalam daftar situs warisan dunia versi UNESCO.
Merujuk kajian Google Cultural Institute, karya seni dan warisan budaya yang diarsipkan secara digital di lembaga yang berdiri pada 2011 itu makin diminati publik. Hal itu mampu memacu tingkat kunjungan wisatawan ke negeri asal karya seni yang diarsipkan di Google Cultural Institute.(jpg/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bukan Hal Aneh Kalau Mbak Puan Pengin Ketemu Mas Prabowo
Redaktur : Tim Redaksi