Menkop UKM: Startup Dapat Menjadi Enabler dan Agregator Bagi UMKM

Rabu, 23 Desember 2020 – 19:18 WIB
Menkop UKM Teten Masduki saat Audiensi Pemenang dan Finalis Korea-Asean Business Model Competition 2020 for SDG's secara daring di Jakarta, Rabu (23/12). Foto: Humas Kemenkop UKM.

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki mengatakan keberadaan startup dapat menjadi katalisator dan akselerator majunya UMKM Indonesia.

Selain itu, Teten menegaskan, startup juga dapat menjadi enabler dan agregator bagi pelaku UMKM. Sehingga menjadi jembatan bagi UMKM untuk naik kelas.

BACA JUGA: Harapan Menteri Teten, Pahlawan Digital dan UKM Award Jadi Role Model Masa Depan

Teten menyampaikan itu saat Audiensi Pemenang dan Finalis Korea-Asean Business Model Competition 2020 for SDG's secara daring di Jakarta, Rabu (23/12).

Teten di depan Senior Advisor Green Business Center (GBC) Meliadi Sembiring dan Direktur Green Business Center Lee Jong Soon, menambahkan, sesuai dengan RPJMN 2020-2024 dan Rencana Strategis Kementerian Koperasi dan UKM, pihaknya akan terus berkomitmen untuk melahirkan wirausaha baru.

BACA JUGA: Menteri Luhut, Teten dan Erick Beber Gagasan soal UMKM di Harbolnas 12.12

"Termasuk melahirkan startup-startup baru, yang unggul, inovatif, dan berdaya saing," kata Teten.

Menurut Teten, komitmen tersebut akan dilakukan melalui peningkatan iklim kewirausahaan, pengembangan inkubator dan peningkatan akses pembiayaan bagi wirausaha. 

BACA JUGA: Tip Memulai Usaha Startup

Dari segi reformasi aturan dan regulasi, penyusunan rancangan peraturan pemerintah (RPP) tentang KUMKM juga akan memfasilitasi berbagai kemudahan. 

"Salah satu kemudahan yang diberikan untuk UMKM maupun startup adalah dalam hal mendapatkan inkubasi dari lembaga inkubator, baik inkubator pemerintah pusat, pemerintah daerah, perguruan tinggi, maupun dunia usaha," jelas Teten.

Menurut Teten, lembaga inkubasi memiliki peran strategis dalam penciptaan dan pengembangan usaha. Khususnya, bagi usaha-usaha yang berbasis teknologi, berwawasan lingkungan, berorientasi ekspor, maupun berbasis industri kreatif.

"Upaya tersebut akan dilakukan pemerintah dalam rangka memanfaatkan momentum yang tepat, di tengah gaung Revolusi Industri 4.0 yang menjadikan digitalisasi menjadi bagian yang tidak terpisahkan," ucap Teten.


Menkop UKM Teten juga membuka pintu seluas-luasnya untuk menerima masukan maupun sumbangsih ide dan inisiatif kerja sama lainnya, untuk memperkukuh sinergi antara pemerintah dan pelaku startup. 


Pemenang Kompetisi

Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kemenkop UKM Victoria Simanungkalit menjelaskan kegiatan Korea-ASEAN Business Model Competition 2020 for SDG’s dilaksanakan atas kerja sama pemerintah Korea (ASEM SME Eco-Innovation Center/ASEIC) berkolaborasi dengan Green Business Center dan Shinhan Future’s Lab Indonesia bersama dengan pemerintah Indonesia (Kemenkop dan UKM). 

Victoria menyatakan 200 startup dari Korea, Indonesia, Myanmar, Kamboja dan Laos mendaftar untuk kompetisi ini.

Kemudian, diseleksi ke dalam top 26. Selanjutnya diseleksi kembali ke dalam top 10. Kemudian, mengikuti sesi mentoring dan melakukan presentasi di hadapan para juri. 

Kesepuluh finalis ini merupakan startup yang dijalankan oleh para talenta muda milenial di mana usahanya berbasiskan research and development (R&D), digital, industri 4.0, bisnis hijau (green business) yang ramah lingkungan, serta energi terbarukan.

"Sektor-sektor tersebut merupakan pendukung Sustainable Development Goals (SDGs)," kata Victoria.


Juara pertama kegiatan Korea-Asean ini adalah Bell Society (Arka Irfani), startup yang bergerak di bidang pengolahan limbah organik seperti kulit buah dan limbah pertanian lainnya menjadi kulit yang ramah lingkungan yang dinamai Misel. 

Bahan ini digunakan untuk menggantikan kulit sintetis yang tidak ramah lingkungan. 

Juara kedua Ceklab.id, merupakan startup yang bergerak dalam platform online kesehatan. 

Platform ini memfasilitasi bagi individu yang ingin melakukan tes lab kesehatan namun enggan pergi ke rumah sakit atau laboratorium kesehatan. 

Melalui platform ini, masyarakat dapat melakukan pengambilan sampel di rumah untuk selanjutnya dibawa ke lab kesehatan. 


Juara ketiga Marine Innovation, satu-satunya finalis startup asal Korea yang memproduksi plastik dan kayu berbahan dasar ramah lingkungan seperti tanaman, rumput laut, kopi, dan gandum. 

Produk yang dihasilkan berupa kantong plastik, egg carton, paper cup, dan fruit tray. Produk-produk tersebut diproduksi untuk kebutuhan berbagai perusahaan di Korea. 

Pemenang kategori Best SDG’s 1 adalah Bell Society (Arka Irfani), yang menjadi pemenang kategori SDG’s karena memberikan dampak lingkungan yang signifikan sesuai dengan SDG’s. 

Pemenang kategori Best SDG’s 2, Evo & Co (David Cristian), merupakan startup yang memproduksi plastik ramah lingkungan berbahan dasar rumput laut. 

Pemanfaatan plastik ramah lingkungan dimanfaatkan untuk memproduksi cangkir, kemasan produk, produksi hamzat berbahan dasar singkong, bubble wrap berbahan dasar kertas, sedotan kertas, sendok dan garpu berbahan dasar kayu. 

Evo & Co menyediakan produksi barang-barang tersebut untuk perusahaan lain. 

Semua pemenang mendapatkan sertifikat penghargaan, kesempatan networking dengan Venture Capital, serta fasilitasi Co Working Space di Shinhan Future’s Lab dan Green Business Center. 

Di samping pemenang, ada juga para finalis. Di antaranya, Crowde (Afifah Urfani), merupakan platform yang memberikan petani akses terhadap pinjaman modal dan inovasi teknologi. 

Platform berfungsi sebagai pembiayaan bagi petani diberikan dalam bentuk bibit pupuk dan kebutuhan pertanian lainnya.

Taz Indonesia (Djati Kusumo) yang memproduksi alat conventer listrik yang memungkinkan penggunaan listrik di rumah dapat menggunakan sumber dari energi gabungan dari PLN dan sumber alternatif (panel surya).

Alat ini dapat digunakan sebagai integrator untuk mengonversi sumber AC/DC power ke DC power.


Ailesh Indo Energy (Fano Alfian), merupakan startup yang bergerak dalam bidang energi alternatif terbarukan dengan memanfaatkan sampah organik menjadi biogas. 

Ardia Multi Prama (Chita), merupakan startup yang platform digital yang menawarkan konsultasi kesehatan jiwa secara daring. Platformnya bernama Ibunda.id 

KODI atau Koperasi Digital (Inra Sumahamijaya) merupakan paltform yang bergerak di bidang digitalisasi koperasi. Melalui KODI, segala bentuk administrasi dan transaksi simpan pinjam dapat didigitalisasi. 

"Seluruh finalis mendapatkan sertifikat penghargaan dari Kementerian Koperasi dan UKM," pungkas Victoria. (Rls/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler