Menlu Amerika Serikat Mengaku Kerap Keterlaluan kala Menyadap

Sabtu, 02 November 2013 – 06:58 WIB
Menlu AS John Kerry. FOTO: Gatty images

jpnn.com - WASHINGTON - Praktik penyadapan Badan Keamanan Nasional (NSA) terhadap negara-negara sekutu Amerika Serikat (AS) di Eropa masih menjadi bahasan utama media. Kamis (31/10) Menteri Luar Negeri John Kerry mengakui bahwa Negeri Paman Sam memang terkadang berlebihan dalam melakukan spionase.

Kerry merupakan politikus pertama AS yang mengakui adanya faktor lebay dalam aktivitas intelijen pemerintahannya. Salah satunya adalah menyadap telepon genggam Kanselir Jerman Angela Merkel dan konon 34 pemimpin dunia yang lain. Tapi, dia meyakinkan bahwa NSA melakukan penyadapan tersebut demi kepentingan negara-negara sekutu juga.

BACA JUGA: Pemerkosa 38 Wanita Dipindah, Masyarakat Los Angeles Marah

Kepada media, Kerry menegaskan, AS menyadap komunikasi via telepon dan e-mail sejak 2001. Tapi, dia tidak menyebutkan tokoh atau negara yang menjadi sasaran penyadapan NSA. Hanya, seiring berjalannya waktu, praktik itu kadang terlalu ekstrem. "Beberapa kali memang agak berlebihan," ujarnya tanpa menjelaskan lebih terperinci.

Kerry menyebut tragedi 11 September 2001 alias 9/11 sebagai faktor utama lahirnya penyadapan. Selama ini Washington menyatakan, spionase itu merupakan salah satu upaya untuk mencegah terulangnya serangan teror yang dilancarkan Al Qaeda tersebut. Apalagi, setelah 9/11, beberapa negara Eropa sempat menjadi sasaran teror serupa. Misalnya, bom London dan bom Madrid.

BACA JUGA: Akhirnya Ada Matahari

Dalam kesempatan itu, Kerry menegaskan bahwa NSA tidak punya tujuan buruk melalui penyadapan mereka. Dia juga menjamin AS tidak akan mengulangi penyadapan yang diterapkan NSA terhadap Merkel itu. "Saya bisa memastikan, tidak ada warga awam yang dirugikan dalam praktik ini. Kami hanya berupaya menghimpun informasi. Dan, kadang-kadang, upaya itu melanggar batas kesopanan," terangnya.

Kendati demikian, seperti janji Presiden Barack Obama, Kerry yakin AS akan berubah. "Presiden kami berusaha memberikan penjelasan terperinci tentang semua ini kepada publik. Saat ini kami sedang mengevaluasi untuk memastikan bahwa tidak ada satu pun individu yang dirugikan dalam praktik ini," tegasnya. Dia menambahkan, NSA melancarkan aksinya secara random, tanpa menyasar target tertentu.

BACA JUGA: Kenya Bikin Situs Perangi Korupsi

"Ada begitu banyak lokasi yang menjadi target teror di dunia ini. Karena itu, AS dan negara-negara yang lain memutuskan untuk bekerja sama demi mencegah serangan-serangan potensial itu," kata tokoh 69 tahun tersebut.

Dia kembali menegaskan bahwa dalam aksi itu AS tidak sendirian. Sejauh ini, langkah preventif AS tersebut cukup berhasil mencegah teror di dalam negeri.

Meski tidak membantah adanya penyadapan terhadap masyarakat dalam dan luar negeri, Kerry menepis berita yang mengabarkan bahwa NSA menyadap jutaan warga dalam waktu singkat. 

Kerry juga menegaskan bahwa AS tidak sepenuhnya menggali informasi intelijen melalui penyadapan. Tapi, Washington justru lebih banyak menerima laporan dari pihak lain. NATO, misalnya. NSA lantas memverifikasi data dari pihak lain tersebut dan mengolahnya menjadi informasi intelijen. Dia juga menjelaskan bahwa AS tidak merekam semua perbincangan telepon, tapi hanya mendengarkan.

Selain Eropa, Asia menjadi sasaran penyadapan NSA. Rumor tersebut membuat Tiongkok berang. Sebab, media Jerman me­nyebutkan, praktik penyadapan itu berpusat di kedutaan AS di Kota Beijing serta kantor konsulat di Kota Shanghai dan Kota Chengdu. Kemarin (1/11) Beijing mendesak Washington memberikan penjelasan detail soal praktik penyadapan NSA di Asia. (AP/AFP/hep/c5/dos)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tak Kerjakan Hukuman, Murid SD Bunuh Diri


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler