Menpar Arief Yahya Belajar Double Growth dari Jepang

Sabtu, 01 April 2017 – 08:34 WIB
Arief Yahya. Foto: JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Menko Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyebut Menteri Pariwisata Arief Yahya itu dengan istilah "Paten!"

Blak-blakan, dengan gaya Batak yang ceplas-ceplos, dia mengakui semula underestimate akan sektor pariwisata. Dulu dia menganggap pariwisata itu kelas dua.

BACA JUGA: Putri Pariwisata Siap Promosikan 10 Bali Baru

"Ah, ini bidang yang isinya hanya hura-hura saja," kelakar Menko Luhut yang disambut tertawa oleh sekitar 500 audience di Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pariwisata di Hotel Borobudur, Jakarta, 30 Maret 2017.

Luhut pun mengakui, presentasi Menpar Arief di Rakornas triwulan I tahun 2017 ini sangat sistematik, komprehensif dan punya alur logika yang masuk nalar.

BACA JUGA: Putri Pariwisata Jadi Magnet Wisatawan

Mantan tentara yang mengaku 22 tahun di Kopassus, sejak berpangkat Letnan sampai Kolonel itu semakin tahu dan yakin, bahwa pariwisata itu penghasil devisa, PDB dan pencipta lapangan kerja yang cepat dengan harga murah.

"Dan yang paling cepat rebound dalam investasi dan ekonomi," papar Luhut.

BACA JUGA: Dua Eks Menteri Gelorakan Wonderful Indonesia di Jepang

Menkomar Luhut berkali-kali memuji Arief Yahya, dalam gaya tentaranya yang khas.

Terutama dalam kerjasama antar kementerian dan lembaga yang dia sebut "Indonesia Incorporated," itu.

"Di Kopassus itu ada banyak spesialisasi. Ada yang demolish, ada khusus komunikasi. Saya dulu lama bertugas membangun teamwork, dan itulah hebatnya kesatuan Baret Merah," ujar dia.

Yang membuat semua pasang mata di ballroom itu terbelalak adalah benchmarking dengan Jepang dan ilmu yang di-download dari UNWTO, Lembaga PBB soal pariwisata.

"Kenaikan wisman ke Jepang itu eksponensial, nyaris double! Dari 10 juta turis tahun 2013, melonjak hampir 20 juta di 2017, padahal proyeksi mereka di angka itu baru akan tercapai tahun 2023 atau sepuluh tahun. Mereka sangat cepat! Pertanyaannya, mengapa bisa cepat, melompat double seperti itu?" tanya Arief Yahya.

Pertama, lanjut Menteri Arief, Jepang melakukan deregulasi, dengan istilah "Relaxation of Visa Rule!" Mereka membebaskan Visa Kunjungan dari originasi China dan ASEAN sejak 2013.

"Mereka tahu, customers nya ada di daerah-daerah terdekat. Kita juga sudah membuat kebijakan yang sama, bebas Visa Kunjungan, dari 15 negara menjadi 169 negara," papar Arief.

Kedua, mereka melakukan depresiasi mata uang Yen tahun 2013.

"Artinya, mereka menaikkan price competitiveness! Harga dibuat murah dan membangun affordibility untuk bisa berkunjung ke Jepang. Kita juga sudah melakukan, dan price competitiveness kita di top five dunia. Kita juga sudah melakukan dengan baik," tandasnya.

Ketiga, membangun LCC low cost carrier, yang mendorong travellers lebih banyak ke Tokyo. Menurut Japan National Tourism Organization (JNTO), jumlah wisman ke Jepang naik 47% tahun 2015.

"Ini rekor juara terbesar dalam 45 tahun terakhir," ungkap dia.

Satu lagi, faktor yang menurut Arief Yahya yang membuat percepatan inbound ke Japang meningkat drastis.

Di Jepang, tidak perlu "Incorporated" lagi, bahkan tidak perlu rakornas seperti yang sedang dijalani Kemenpar di Hotel Borobudur selama dua hari, 30-31 Maret 2017 ini.

"Karena menteri yang mengurusi incorporated itu hanya satu. Namanya Minister of Land, Infrastructure, transport and tourism, yang sekarang dijabat Keichii Ishii. Semua urusan sudah berada dalam satu atap kementerian, sehingga bisa diputuskan dengan cepat, tanpa banyak birokrasi," ungkap Arief Yahya.

Peran itu sejatinya bisa dijalankan oleh Kemenko Bidang Kemaritiman, yang secara koordinatif bisa mengorkestrasi Pariwisata, PUPR, Perhubungan, Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BUMN, dan Agraria, Energi dan Sumber Daya Mineral.

Dengan satu komando, maka pekerjaan rumah soal "incorporated" itu bisa dilalui lebih mudah, cepat dan terintegrasi dalam satu misi.

"Jepang ternyata bisa! Target jumlah wisatawan masuk double, yang dipatok 10 tahun, tercapai 4 tahun. Karena itu, benchmark dari Negeri Matahari Terbit itu, target double inbound tourism yang dicanangkan Presiden Jokowi dengan 20 juta di 2019 itu sebenarnya masuk nalar. Ada contoh yang konkret di Jepang," kata Arief yang Mantan Dirut PT Telkom itu.

Menko Luhut yang hadir di Rakornas itu pun berkali-kali memuji paparan Menpar Arief yang sulit dibantah itu.

Karena ada contoh suksesnya, ada benchmark, negara yang sudah menjalankan konsep itu, dan sukses.

"Paten! dia!" lagi-lagi sebut Luhut saat berpidato di depan audience yang semuanya stakeholder kepariwisataan dari seluruh Indonesia itu.

Beberapa pejabat yang hadir di Rakornas itu pun ikut memberi tepuk tangan. Ada Menkes Nila F Moeloek, Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman yang sedang getol membangun infrastruktur agar akses menuju destinasi wisatanya makin maju.

"Kami ini lokasinya juga berdekatan dengan Malaysia dan Singapore, di Selat Malaka," kata Gubernur Arsyad.

Para bupati yang memiliki destinasi pun ikut asyik mendengarjan presentasi berbobot di atas.

Ada Bupati Humbang Hasundutan Dosmar Banjar Nahar, Bupati Samosir Rapidin Simbolon, Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan, Bupati Tobasa Darwin Siagian, Bupati Lombok Tengah M.Suhaili, Bupati Wakatobi H.Arhawi, Wabup Buton La Bakny, Bupati Pulau Murotai Samsuddin A.Kadir, Wakil Bupati Karang Asem Bali, I Wayan Artha Dipa, Bupati Tana Toraja M.Biringkanae, Bupati Toraja Utara Kolatiku Paembonan, dan Bupati Pandeglang Irna Narulita.

Masih ada lagi, hasil studi dan saran-saran dari UNWTO, lembaga internasional PBB yang bisa dijadikan referensi aktual.

UNWTO itu sudah kenyang dengan puluhan, bahkan ratusan contoh dari negara-negara di dunia yang sudah menjalankan dengan sukses. (adv)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Famtrip Asal India Terkesima Lombok Travel Mart


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler