Menpar: Sudah Benar, Pariwisata Leading Sector!

Senin, 23 Mei 2016 – 03:01 WIB
Menpar Arief Yahya. Foto: Dokumen JPNN

jpnn.com - BEIJING – Mengapa isu “poverty reduction” yang dilontarkan Menpar Arief Yahya menjadi headline di beberapa media di Beijing? Lalu 7th G20 Tourism Ministers Meeting di First World Conference on Tourism for Development merumuskan lima poin deklarasi? Tiga hal yang dilontarkan Arief Yahya untuk menyederhanakan Sustainable Tourism Development (STD), yakni CEE, Cultural, environment, economic itu tercakup semuanya.

Bahkan, poin pertama ditulis “Tourism is a key of economic growth.” Poin ketiga CEE soal economic, justri ditarik ke nomor satu. Selama ini Arief Yahya sengaja menyembunyikan economic value atau commercial value ditonjolkan ke nomor wahid, dan lebih nyaman ditempatkan di posisi ketiga atau paling akhir, agar tidak menimbulkan polemic dan debat kusir yang berlebihan. Itulah jawaban, mengapa poin environment, alau aspek lingkungan selalu dijadikan nomor satu? “Karena kita lebih nyaman, menyebut STD itu dengan konservasi dan pelestarian lingkungan,” ucap Arief Yahya.

BACA JUGA: 50 Persen Bencana di Dunia Terjadi di ASEAN

UN-WTO dan CNTA Tiongkok yang menjadi tuan rumah konferensi ini tidak menggunakan unggah-ungguh atau sopan santun yang berlebihan. To the point dengan judul deklarasi: “Sustainable Tourism, an Effective Tool for Inclusive Development.” Statemen ini disampaikan mewaliki lembaga-lembaga internasional di bawah G-20, ILO – International Labour Organisation, OECD – Organisation for Economic Co-operation and Development, UNWTO – United Nation World Tourism Organisation, dan WTTC – World Travel and Tourism Council.  

Mengapa pariwisata menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi? Pertama, pariwisata diperkirakan menyumbangkan 10% GDP baik langsung maupun tak langsung. (WTTC). Kedua, diakui bahwa sector pariwisata akan menjadi sector pendorong ekonomi yang paling cepat, mudah, dan berkelanjutan. Ke depan, 2030 diperkirakan ada 1,8 Miliar pergerakan wisman, dan 1,2 Miliar di 2015. (UNWTO)

BACA JUGA: Menteri Ini Jadi Perbincangan di Konferensi Internasional Tourism

Ketiga, devisa yang diperoleh dari wisatawan mancanegara termasuk transportasi mencapai USD 1,4T di 2015. Ranking ketiga, setelah fuels and chemicals. (UNWTO). Keempat, efek domino dari pariwisata itu dahsyat dan sangat signifikan. Setiap  belanja USD 1 akan mendorong dan menggerakkan sector ekonomi lain minimal USD 3,2. (World Bank). Kelima, pariwisata adalah salah satu penggerak dari sector utama lainnya, seperti ekonomi, globalisasi, konektivitas, integrasi dan pengembangan sosio-ekonomi.    

“Karena itu, kami semakin yakin, apa yang diputuskan Presiden Joko Widodo itu sudah berada di rel yang benar. Pariwisata menjadi salah satu sector prioritas, selain Infrastruktur, Energi, Pangan dan Maritim. Kita punya semua potensi yang dibutuhkan untuk menghidupkan pariwisata sebagai pendongkrak ekonomi nasional,” sebut Arief Yahya.

BACA JUGA: Hukuman Mati itu Akhirnya Dilaksanakan

Poin kedua adalah, pariwisata memberi kontribusi pada Agenda 2030, terutama Sustainable Development Goals. Poin ketiga, sector pariwisata diyakini sebagai pencetak lepangan kerja, dari semua umur, segala level keterampilan, dari bidang apa saja, termasuk pertanian, jasa konstruksi, manufacturing, retail, handicraft, keuangan, teknologi informasi, dan semua sumber daya. “Juga akan menghidupkan dan membutuhkan UMKM,” kata Menpar Arief Yahya. 

Keempat, pariwisata juga cara yang paling efektif untuk membangun social inclusion. Pariwisata itu untuk semua, bukan kalangan tertentu. Pria, wanita, muda, tua, paruh baya, berasal darimana saja, dari level apa saja. “Poin-poin itu semua sangat normatif, begitu masuk struktur devisi Indonesia misalnya, pariwisata menjadi sangat mendesak untuk dikebut. Kita sudah terlambat lama, harus melompat untuk mengejar dunia yang sudah berlari ke sana,” ungkapnya.

Arief mencontohkan Tiongkok. Negara pemilik Hak Veto yang juara dalam manufacturing. Mereka sudah menyadari lebih dulu, bahwa pariwisata adalah sector prioritas untuk menambang lebih banyak devisa, menghidupkan ekonomi, menciptakan lapangan kerja baru, dan memutar investasi yang menjanjikan. Data CNTA, jumlah wisman ke China Daratan (termasuk Hongkong dan Macao) tahun 2011 sudah 135 juta, tahun 2012 turun 132 juta, tahun 2013 turun lagi 129 juta, tahun 2014, masih turun sedikit 128 juta. Tahun 2015 rebound lagi menjadi 133 juta, dan tahun 2016 ini diproyeksikan 137 juta, hampir mendekati 140 juta.

Bagaimana dengan wisatawan domestic? Lebih ngeri lagi, data yang diambil dari China Daily, tahun 2011 ada 2,6 miliar orang bergerak. Tahun 2012 naik 2,9 miliar orang. Tahun 2013 naik lagi 3,3 miliar orang. Tahun 2014 naik juga menembus 3,6 miliar orang. Tahun 2015 mencapai 4,1 miliar orang. Proyeksi 2016 adalah 4,5 miliar pergerakan di dalam negeri. “Coba bandingkan dengan Indonesia? Kita dengan jumlah penduduk 240 juta orang, hanya menghasilkan pergerakan wisnus 255 juta. Tiongkok jumlah penduduk 1,3 miliar orang, bergerak 4,1 miliar, nyaris 1:4,” kata Arief Yahya.

Lalu apa kata Menpar Arief Yahya? “Pertama, kita harus outworld looking, jangan hanya berpikir sempit dan melihat kekurangan di dalam. Terlalu sibuk meributkan hal kecil, kehilangan opportunity besar. Lihatlah apa yang dilakukan di luar sana, prestasinya apa saja, mana yang bisa dicontoh untuk pariwisata kita. Inilah yang biasa saya sebut dengan benchmarking. Lihat pesaing kita, lihat sukses orang luar sana, posisi kita ada dimana?” kata Arief Yahya.

Kedua, biasakan menggunakan data dan angka. Agar bisa mengukur, bisa membaca trend, bisa melihat perspektif dari angka-angka yang dikeluarkan oleh lembaga yang kredibel. Ketiga, pakai global standart, seperti UNWTO, WTTC, ILO, World Bank, yang sudah diakui dunia. “Jadi, kalau ada yang menyebut diri terhebat, terbaik itu sudah melalui standar yang tidak terbantahkan. Standar global,” katanya. 

Lalu bagaimana implementasi ke depan? “Yang pasti, outbond China sangat besar, 120 juta orang keluar China setiap tahun! Tidak ada satu negara pun yang memiliki outbond sebesar China. Itulah pasar yang harus diseriusi. China pantas disebut sebagai target utama pariwisata kita,'' ujarnya.(jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Empat Bulan, 74 Tewas Dihakimi Massa


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler