Menperin: IHT jadi Bagian Sejarah Bangsa, Khusuanya Rokok Kretek

Kamis, 28 Maret 2019 – 14:07 WIB
Petani Tembakau. Foto: Radar Madura/Jawa Pos

jpnn.com, YOGYAKARTA - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menilai Industri Hasil Tembakau (IHT) merupakan salah satu sektor manufaktur nasional yang memiliki kontribusi besar bagi negara.  

Menurut data Kementerian Perindustrian, total tenaga kerja yang diserap oleh sektor industri rokok sebanyak 5,9 juta orang, terdiri dari 4,28 juta pekerja di sektor manufaktur dan distribusi.

BACA JUGA: Konsisten Lakukan Ekspor, Menperin Apresiasi PT Bayer Indonesia

Sementara sisanya 1,7 juta pekerja di sektor perkebunan. Selain dari aspek tenaga kerja, industri rokok telah meningkatkan nilai tambah bahan baku lokal dari hasil perkebunan seperti tembakau dan cengkeh.

“IHT merupakan bagian sejarah bangsa dan budaya Indonesia, khususnya rokok kretek. Ini menjadi produk berbasis tembakau dan cengkeh yang menjadi warisan inovasi nenek moyang dan sudah mengakar secara turun temurun,” kata Airlangga di acara Dialog dengan Karyawan Mitra Produksi Sigaret (MPS) dan Paguyuban Sampoerna Retail Community (SRC), Sleman, Yogyakarta, pada pekan lalu.

BACA JUGA: Mesin AMMDes Diimpor dari India

Tak hanya itu, industri rokok juga dinilai sebagai sektor yang berorientasi ekspor sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi. 

Pada 2018 lalu, nilai ekspor rokok dan cerutu meningkat 2,98 persen dibanding tahun sebelumnya yang sebesar USD 904,7 juta.

BACA JUGA: Kemenperin Dorong Warga Binaan Berjiwa Wirausaha

Industri hasil tembakau turut berkontribusi besar dalam penerimaan cukai. Pada 2018 lalu, penerimaan cukai menembus hingga Rp 153 triliun atau lebih tinggi dibandingkan perolehan pada tahun sebelumnya yang sebesar Rp 147 triliun.

Penerimaan cukai pada tahun lalu telah berkontribusi 95,8 persen terhadap pendapatan cukai nasional.

Meski begitu, produk IHT merupakan barang kena cukai. Pengenaan cukai ini untuk mengendalikan konsusimnya.

Karena itu, peraturan terkait rokok semakin ketat, baik di dalam maupun luar negeri. Alasan petimbangan terhadap perlindungan konsumen dan kesehatan menjadi tantangan tersendiri bagi industri rokok.

“Tentunya, melalui industri ini, kami tidak menganjurkan agar masyarakat banyak mengkonsumsi rokok, tetapi kami mengajak bahwa anak-anak muda dijauhkan dari rokok, terutama anak sekolah. Selain itu, kemi mendorong untuk menjaga kesehatan melalui R&D industrinya,” ungkap Airlangga.

Dalam kunjungannya tersebut, Airlangga juga mengapresiasi Mitra Produksi Sigaret Berbah PT Mitra Adi Jaya yang beroperasi sejak 2006 dengan jumlah tenaga kerja 900 orang. 

MPS Berbah memproduksi SKT hingga 3,72 juta batang per minggu atau 200,88 juta batang per tahun, setara dengan Rp 200 miliar per tahun.

Dengan kontribusi besar tersebut, Airlangga menilai MPS sebagai pahlawan industri Indonesia.

Sementara, Direktur Urusan Eksternal HM Sampoerna, Elvira Lianita, mengapresiasi kehadiran Airlangga ke sejumlah MPS HM Sampoerna. Kunjungan tersebut merupakan komitmen dalam menjaga keberlangsungan IHT nasional.

“Secara keseluruhan yang bekerja di MPS wilayah Jogja sebanyak 3.500 karyawan, karena ada dari Bantul dan Wates. Beberapa waktu lalu, Bapak Menperin sudah meninjau di Lamongan dan Mojokerto,” ungkapnya.

Menurut Elvira, keberadaan MPS ini tidak saja menjadi rezeki bagi karyawan yang bekerja di pabrik, tetapi juga menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi di sekitarnya karena dapat memacu usaha-usaha lain untuk tumbuh dan berkembang.(chi/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 2020, Kemenperin Targetkan Industri Otomotif Produksi 1,5 Juta Unit


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler