jpnn.com - JAKARTA – Kementerian Perindustrian optimistis peluang pengembangan industri minuman ringan masih terbuka. Ini mengacu pada tingkat konsumsi minuman ringan masyarakat Indonesia yang baru 33 liter/kapita. Sedangkan negara ASEAN lainnya seperti Thailand mencapai 89 liter dan Singapura 141 liter.
Kelompok industri minuman ringan meliputi minuman berkarbonasi, air minum dalam kemasan (AMDK), teh siap saji, minuman sari buah, kopi dan susu siap saji, serta minuman isotonik/suplemen.
BACA JUGA: Laba Bersih Hampir Rp 1 T, Saratoga Makin Perkasa
Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan pertumbuhan bisnis industri minuman turut mendorong realisasi penanaman modal dan menciptakan lapangan kerja langsung maupun tidak langsung.
“Industri minuman turut menggerakkan ekonomi dari produksi, penanaman modal, penyerapan lapangan kerja,” kata Menteri Saleh dalam keterangan persnya, Jumat (31/3).
BACA JUGA: Menteri Jonan Sudah Surati Bupati, Gubernur dan Wali Kota
Pola ekspansi perusahaan minuman, imbuh dia, juga menggerakkan ekonomi di daerah karena pelaku usaha berusaha memperkuat pemasaran dengan mendekatkan produksi dan distribusi ke konsumen. Berdirinya pabrik dan pusat distribusi termasuk pergudangan menjadi buktinya.
Hal ini merupakan strategi perusahaan menjamin kontinuitas pasokan dan menjaga loyalitas konsumen mengingat banyaknya merek produk sejenis dan persaingan yang sengit.
BACA JUGA: Cihuy, BTN Janji Turunkan Bunga KPR
Lebih lanjut, Menteri Saleh mencermati, kehidupan bermasyarakat turut mendorong konsumsi minuman ringan yang terbilang unik. Produk minuman bahkan menjadi bagian dari interaksi sosial sehari-hari.
“Lihat saja, pada pesta perkawinan dan acara keluarga, minuman ringan selalu dihidangkan sebagai salah satu jamuan favorit. Selain air putih dan teh, juga ada minuman berkarbonasi atau yang lebih dikenal sebagai minuman soda,” tandasnya.(esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... MPR Berharap Harga BBM Diturunkan Lagi
Redaktur : Tim Redaksi