Menristekdikti: Pendidikan Vokasi Tertinggal karena Masyarakat Fokus Gelar

Sabtu, 20 April 2019 – 17:00 WIB
Menristekdikti Mohamad Nasir. Foto: Humas Kemenristekdikti for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan, penguatan mutu pendidikan tinggi vokasi di era revolusi industri 4 sangat penting. Saat ini pemerintah terus mendorong pendidikan vokasi agar bisa menyediakan tenaga profesional.

"Pendidikan vokasi orientasinya harus jelas dan ini sangat penting. Lulusan pendidikan vokasi harus mempunyai sertifikat kompetensi yang dikeluarkan lembaga sertifikat kompetensi," ujar Nasir, Sabtu (20/4).

BACA JUGA: Pemilihan Rektor Selalu Bermasalah, Menristekdikti Perintahkan Lapor Polisi

BACA JUGA: Pemilihan Rektor Selalu Bermasalah, Menristekdikti Perintahkan Lapor Polisi

Dia memaparkan, mutu perguruan tinggi di Indonesia masih di bawah 500 besar dunia dengan angka partisipasi kasar (APK) 34.58 persen tahun 2018. Mahasiswa terdaftar kurang lebih 8 juta, dosen 294 ribu di seluruh perguruan tinggi negeri maupun swasta.

BACA JUGA: Menteri Nasir Tantang Politeknik Negeri Gabung LTMPT

Untuk akreditasi perguruan tinggi di Indonesia, yang akreditasi A 93. Sedangkan politeknik yang akreditasi A hanya 6.

"Dalam pendidikan vokasi, dosen harus mempunyai sertifikat kompetensi. Sudahkah dosennya mendapatkan sertifikat kompetensi," tanya Nasir.

BACA JUGA: Menristekdikti: Politeknik Harus jadi Pabrik Tenaga Kerja Profesional

Nasir menambahkan, pendidikan vokasi selalu ketinggalan karena masyarakat hanya mencari gelar. Sementara pemerintah abai terhadap pendidikan vokasi di mana banyak aturan yang tidak mendukung. Selain itu industri tidak mau terlibat langsung dalam pendidikan tinggi vokasi.

BACA JUGA: Menteri Nasir Tantang Politeknik Negeri Gabung LTMPT

Dia mengungkapkan, masalah pendidikan tinggi di Indonesia ada empat. Pertama, jumlah perguruan tingi terlalu banyak. Kedua, pendidikan vokasi bukan hal utama. Ketiga, banyak aturan yang tidak mendukung pendidikan vokasi. Empat, secara umum mutu pendidikan belum bagus

Dalam mengembangkan pendidikan vokasi di perguruan tinggi, jelas Nasir, dosen harus bekerja sama dengan industri pada bidangnya masing masing. Di mana persentase tenaga pengajarnya dosen akademik 50 persen dan dosen Industri 50 persen.

"Saya minta pendidikan vokasi bekerja sama dengan industri. Pendidikan vokasi dengan menerapkan magang 6 bulan. Di samping menghadirkan dosen dari industri. Mudah mudahan ini menjadi bagian dari pengembangan pendidikan perguruan tinggi," tandasnya. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemilu 2019: Pesan Menristekdikti untuk Mahasiswa dan Para Dosen


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler