Mensos: Tagana Masuk Sekolah Siap Jadi Gerakan Nasional

Senin, 04 Maret 2019 – 08:09 WIB
Kegiatana Tagana Masuk Sekolah (TMS). Foto: Istimewa

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Sosial (Mensos) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, kegiatan Tagana Masuk Sekolah (TMS) berlangsung sangat masif, setelah diresmikan Presiden Jokowi di Pandeglang, pada 18 Februari lalu.

TMS merupakan bagian dari upaya Program Edukasi Kesiapsiagaan Masyarakat. Edukasi Kesiapsiagaan Masyarakat dalam penanggulangan bencana bertujuan mempercepat terbangunnya pemahaman dan kesiapsiagaan masyarakat maupun petugas penanggulangan bencana terhadap potensi dan kemungkinan terjadinya bencana.

BACA JUGA: Danlanal Pantau Simulasi Penanggulangan Bencana Tsunami

"Tagana Masuk Sekolah siap menjadi gerakan nasional. Kami siapkan pedoman operasional, jaringan kerja sama dengan Kemendikbud dan BNPB, serta melibatkan organisasi kemanusian peduli bencana. Sesuai arahan Bapak Presiden agar gerakan ini betul-betul menciptakan masyarakat yang tanggap bencana," kata Mensos di Jakarta.

Presiden, lanjut Mensos, tegas menyampaikan bahwa masyarakat harus siap dalam menghadapi bencana. Pasalnya, Indonesia dilewati oleh jalur cincin api sehingga ada daerah-daerah yang rawan terhadap gempa, rawan banjir, rawan longsor, ada daerah juga yang rawan terhadap tsunami, dan bencana-bencana yang lainnya.

BACA JUGA: Presiden Harus Punya Visi Besar Penanggulangan Bencana

"Tidak ada yang tahu kapan bencana datang, namun dengan pengetahuan mitigasi bencana diharapkan dapat membangun masyarakat tanggap bencana. Salah satu edukasinya melalui Tagana Masuk Sekolah ini," tuturnya.

Belum genap satu bulan sejak program ini diluncurkan, TMS telah bergulir kencang di berbagai provinsi, kabupaten dan kota. Di antaranya Belitung Timur Bangka Belitung, Sumedang dan Tasikmalaya Jawa Barat, Ponorogo dan Tuban Jawa Timur, Banjarmasin Kalimantan Selatan, Kepulauan Talaud Sulawesi Utara, Kabupaten Bantul DIY, dan lainnya.

BACA JUGA: SDM PKH Gerak Cepat Bantu Korban Tsunami Lampung

TMS berlangsung di sekolah-sekolah di berbagai wilayah di Indonesia. Pesertanya bervariasi di setiap sekolah antara 100 hingga 400 orang per titik.

Materi yang diberikan beragam dengan materi dasar upaya Pengurangan Risiko Bencana (PRB) . Di Kabupaten Sleman, Tagana melakukan sosialisasi PRB, Logistik dan Shelter. Acara yang berlangsung di Bumi Perkemahan Agro Merapi Kabupaten Sleman ini disambut antusiasi peserta. Di Sumedang, TMS diikuti pelajar SMP dengan materi Pengenalan Bencana dan potensinya di Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Peserta juga diajarkan tentang evakuasi sederhana dan mandiri yang bisa dilakukan peserta bila terjadi bencana, baik perorangan maupun kelompok.

Di Tasikmalaya, Jawa Barat, selain memberikan materi dasar pertolongan kepada peserta, TMS juga menyusun peta jalan dan rambu evakuasi, serta rencana pembentukan tim kebencanaan di sekolah. Sementara di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Tagana mengajarkan tentang potensi kebencanaan di wilayah Kalimantan, Pengurangan Risiko Bencana Gempa Bumi dan Angin Puting Beliung, serta simulasi jika terjadi bencana.

"Targetnya adalah peserta mempunyai pengetahuan tentang bencana, potensi dan upaya pengurangan risiko bencana pada tingkatan yg paling sederhana sehingga mereka mampu menyelamatkan diri sendiri dan evakuasi sederhana bila terjadi bencana," kata Mensos. (jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Generasi Milenial Diajak Menjadi Pelopor Perdamaian


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler